Sukses Bukan Keberuntungan Tapi Algoritma

Minggu, 31 Juli 2016 - 08:25 WIB
Sukses Bukan Keberuntungan...
Sukses Bukan Keberuntungan Tapi Algoritma
A A A
BAGAIMANA seorang Jack Dorsey, kutu buku yang menjadi ahli komputer saat berusia 14 tahun dan kini menjadi pengusaha sukses dengan mendirikan Twitter? Dan bagaimana sebuah produk sederhana namun menjadi ikonik dan laku di pasaran?

Francesco Marconi, manajer strategi dan pengembangan usaha di The Associated Press, sekaligus peneliti di Harvard University dan pengajar jurnalistik di Columbia University, Amerika Serikat, menyebut sukses bukan masalah keberuntungan tapi sebuah algoritma.

Francesco lantas berbagi pengalamannya saat berusia 21 tahun harus hijrah dari Italia ke Amerika Serikat dan ia tidak bisa berbicara bahasa Inggris. Tidak tahu apa yang harus dilakukan dan di mana akan tinggal. Namun ia punya tekad untuk sukses. Untuk itu, ia mencermati bagaimana cara setiap orang berkomunikasi, psikologi seseorang dan melakukan perencanaan strategis.

Sukses bukan keberuntungan tapi algoritma

Ia menyebut pola tersebut sebagai “algoritma”, formula yang digunakan untuk mencapai kesuksesan yang berkelanjutan. Algoritma ini dapat diaplikasikan, dimana Francesco menyebutnya ENGAGE (bertunangan). Ya bertunangan dengan kesuksesan. Namun ENGAGE di sini adalah sebuah akronim untuk mencapai kesuksesan.

Jadi apa sebenarnya ENGAGE?

ENGAGE adalah proses enam langkah untuk menemukan apa yang mendorong Anda dan menggunakannya untuk sukses dalam karier Anda. Nah, bila Anda ingin menjadi bukan hanya baik, tapi yang terbaik, ENGAGE adalah untuk Anda.

ENGAGE

E: Explore your meaning (jelajahi pikiran Anda)
Kerap kita sering berpikir apakah kita bisa melakukan ini atau itu. Beberapa tahun yang lalu, psikolog dari Harvard University, Ellen Langer dan tim peneliti menempatkan subjek dalam dua simulator penerbangan, satu realistis yang satu bukan. Peserta dalam kelompok pertama diberitahu untuk membayangkan diri mereka sebagai pilot, dan mereka diberi seragam untuk membantu mereka memainkan peran. Dalam proses ini, masing-masing kelompok melakukan penyamaran dari simulasi.

Langer menemukan bahwa subjek yang “terbang” di simulator realistis menunjukkan peningkatan nyata dalam visi mereka. Langer menyimpulkan berpura-pura menjadi seseorang dengan visi yang baik, seperti pilot, telah membuat visi mereka dengan jelas lebih baik. Studi ini menunjukkan bahwa kekuatan pikiran kita adalah baik. Jadi kita harus menganggap (berpikir) diri kita adalah kreatif. Percaya diri.

Menjelajahi pikiran Anda

Namun terkadang, Anda kerap berpikir: saya tidak cukup pintar, saya tidak memiliki sumber daya (modal), tidak dalam lingkungan yang kreatif. Nah, jangan biarkan hal demikian membatasi dan mengendalikan Anda. Tetapi kenyataannya adalah Anda adalah faktor X dalam formula ini. Jika Anda mampu mengubah pola pikir Anda, Anda mengubah diri Anda.

Lantas, bagaimana langkah pertama mengeksplorasi pikiran Anda? Identifikasi nilai-nilai inti Anda, kemudian tentukan langkah apa yang dapat Anda lakukan setiap minggu untuk mewujudkan nilai tersebut. Anda menghargai kreativitas dalam diri Anda? Mulailah membuat hal-hal kreatif, mulai dari corat-coret dan sebagainya.

N: Narrow your goals. (fokus pada tujuan Anda)
Sebuah adagium berkata: “Hidup ini singkat, rapuh dan tidak menunggu siapa pun. Dan TIDAK PERNAH ada waktu yang tepat untuk mencapai tujuan Anda”.

Fokus pada tujuan

Bila mengubah pola pikir Anda dapat memiliki efek yang ajaib, ini dapat menetapkan tujuan Anda. Pada tahun 1961, ketika Presiden AS John Fitzgerald Kennedy mengumumkan AS akan menempatkan manusia di bulan pada akhir dekade tersebut, banyak orang berpikir mustahil. Tapi tanpa tujuan ambisius Kennedy, sulit untuk mengetahui apakah Neil Armstrong akan menginjakkan kaki di permukaan bulan delapan tahun kemudian.

Pada 2010, peneliti dari McGill University menyelidiki apakah program fokus pada tujuan memiliki efek positif pada siswa? Siswa diminta membuat penetapan tujuan mereka. Setelah empat bulan, siswa yang menetapkan tujuan spesifik dan strategi rinci, berhasil menyelesaikan program. Ada peningkatan 30% kinerja akademik dibanding mereka yang tidak fokus pada tujuan.

Jadi saatnya untuk menetapkan tujuan. Menetapkan target yang jelas. Apakah tujuan Anda itu, yaitu SMART (cerdas) – sederhana, terukur, dapat dicapai, realistis, dan ada batas waktu (tenggat).

Bagaimana langkah untuk menetapkan tujuan Anda? Yaitu selektif lah terhadap apa yang penting dan apa yang tidak penting. Terkadang kita menghabiskan sebagian besar energi kita untuk hal tidak penting.

G: Generate a plan (buatlah rencana)
Pilot sekaligus penulis Prancis, Antoine de Saint-Exupéry menyatakan tujuan tanpa rencana hanyalah sebuah angan-angan. Kita kerap menganggap yang membuat rencana adalah hanya para bos, manajer SDM, professor, atau investor. Kenapa Anda tidak membuat rencana juga? Padahal itu mudah.

Orang-orang sukses tahu bagaimana mereka mengasimilasi lingkungan mereka untuk mencapai cita-cita. So, sisihkan waktu untuk memusatkan pada usaha Anda pada orang-orang yang peduli. Menemukan orang yang dapat membantu Anda mencapai tujuan dan membuat rencana tentang bagaimana untuk menjangkau mereka.

A: Anticipate roadblocks (antisipasi hambatan)
Juara dunia tinju kelas berat termuda sepanjang sejarah, Mike Tyson menggambarkan bahwa setiap orang memiliki rencana tapi mereka harus dapat menelan semua hambatan.

Anda telah mengidentifikasi rencana dan siap untuk memulai. Tapi seberapa banyak Anda berencana, pasti Anda akan menemukan hambatan. Untuk mempelajari bagaimana mengantisipasi dan menavigasi hambatan, Anda perlu untuk mengatasi hal paling sulit atau tugas pertama. Memang hal tersulit tidak terlihat seperti apa yang Anda harapkan.

Antisipasi segala hambatan

Menurut Mayo Clinic, berpikir lah positif karena membantu Anda mengatasi situasi stres. Karena stres berpengaruh terhadap kesehatan tubuh. Semakin berkurangnya stres membuat Anda bisa fokus dan menghasilkan dua hal: 1) menyelesaikan sebuah proyek penting dan 2) mendapatkan klien baru.

G: Gain persistence (ketekunan berbuah keuntungan)
Orang kerap menganggap pengusaha Inggris, Sir Richard Branson, pendiri Virgin Records (kini Virgin Group) adalah beruntung ketika masuk industri rekaman di AS pada 1986. Namun sebaliknya, Branson mengabiskan puluhan jam untuk meyakinkan industri rekaman AS bahwa album-album mereka pantas dipasarkan di Amerika.

Mengejar impian alias ketekunan adalah kerja keras. Setiap kali Anda merasa ingin menyerah, lakukan sesuatu yang tidak terduga, seperti berbicara dengan orang asing dan berilah dorongan ekstra terhadap diri Anda untuk terus berjalan. Dengan kata lain buatlah hal-hal yang melampaui kebiasaan sehari-hari Anda.

E: Elevate yourself (menghargai tinggi diri Anda)
Ibu negara Amerika Serikat, Eleanor Roosevelt mengatakan untuk menangani orang lain, gunakan hatimu. Dan untuk menangani diri sendiri, gunakan kepala Anda.

Adapun psikolog Abraham Maslow menyatakan bahwa ada dua kebutuhan mendasar dari manusia, yaitu kebutuhan untuk memiliki dan kebutuhan untuk dihargai. Jika Anda menerapkan algoritma ENGAGE, Anda harus segera menemukan diri Anda dalam posisi kepemimpinan dengan kesempatan untuk memenuhi dua kebutuhan tersebut pada orang lain.

Menghargai tinggi diri sendiri

Mungkin hal tersebut tampak menakutkan, tapi menjadi pemimpin yang menginspirasi orang tidak memerlukan gerakan besar. Sebaliknya, dengan memperhatikan, mengucapkan terima kasih, dan mengakui pekerjaan yang dilakukan orang lain. Sehingga Anda dapat memperoleh kebutuhan memiliki dan kebutuhan untuk dihargai dari orang lain.

Bagaimana Anda mulai meninggikan diri sendiri? Mulailah dengan mengakui satu orang yang membantu Anda mendapatkan di mana Anda berada atau yang positif untuk hidup Anda. Tunjukkan rasa hormat, mengilhami orang lain dan membangun pengaruh.

ENGAGE akan membantu Anda merancang pengalaman yang mempromosikan “berpikir sukses”. Namun, rumus ini tidak bekerja jika Anda hanya menunggu untuk menemukan diri Anda sendiri (explore your meaning).

Artikel ini disadur dari CNBC, Juli 2016 dan Medium, milik Francesco Marconi, manajer strategi untuk The Associated Press, peneliti di Harvard University, dan pengajar jurnalistik di Columbia Journalism School, Amerika Serikat.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0657 seconds (0.1#10.140)