Sri Mulyani: Target Pajak Tahun Ini Akan Meleset Rp219 Triliun
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan penerimaan pajak tahun ini tak akan mencapai target APBN-P 2016, yang dipatok Rp1.539 triliun. Dia memperkirakan, realisasi penerimaan pajak bakal meleset sebesar Rp219 triliun.
Sri Mulyani menerangkan ada tekanan berat terhadap target penerimaan pajak tahun ini yang disebabkan basis perhitungan target penerimaan pajak tahun ini menggunakan angka ekonomi cukup tinggi. Di mana jumlahnya melampaui target penerimaan pada dua tahun sebelumnya.
Pada 2014 lalu, realisasi penerimaan pajak adalah Rp100 triliun di bawah target yang ditetapkan. Sementara tahun kemarin, realisasi penerimaan meleset Rp248,9 triliun dari target yang ditetapkan.
"Tahun ini berdasarkan kemungkinan penerimaan negara dari sisi pajak diperkirakan akan kurang sekitar Rp219 triliun (dari target)," ujarnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (3/8/2016).
Menurut Sri Mulyani, melesetnya penerimaan pajak dari target lantaran jatuhnya harga komoditas di pasar dunia. Anjloknya harga komoditas, seperti migas, tambang, kelapa sawit, dan batu bara menyebabkan penerimaan negara dari sektor tersebut otomatis menurun.
"Jadi kalau bicara tentang komoditas itu migas, batu bara, kelapa sawit dan pertambangan lainnya, maka penerimaan negara pasti mengalami penurunan karena objek nilai pajaknya menurun cukup besar," terangnya.
Tak hanya itu, sambung mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, sektor perdagangan dan konstruksi juga mengalami tekanan yang cukup berat dari sisi volume aktivitas. Bahkan, pertumbuhannya saat ini hanya separuh dari realisasi tahun sebelumnya.
"Kondisi dunia yang mengalami pelemahan mengakibatkan perdagangan luar negeri juga mengalami kontraksi. Jadi kalau lihat statistik ekspor maupun impor itu mengalami kontraksi dari Q1/2015 sampai semester pertama 2016 ini," imbuh dia.
Menurutnya, situasi tersebut yang membuat pihaknya menyampaikan bahwa akan ada penurunan potensi penerimaan pajak yang cukup signifikan pada tahun ini. Sebab, sektor yang mengalami penurunan tersebut adalah sektor yang selama ini memberikan kontribusi cukup besar pada perekonomian.
"Terutama sektor yang selama ini memberikan kontribusi cukup besar pada perekonomian, yaitu konstruksi, perdagangan, industri, manufaktur, serta adanya pelemahan dalam perdagangan dunia yang tercermin dari sisi ekspor dan impor Indonesia. Maka Kemenkeu hari ini melaporkan ke Presiden, Wapres dan sidang kabinet bahwa penurunan potensi penerimaan pajak 2016 akan cukup signifikan," tandasnya.
Sri Mulyani menerangkan ada tekanan berat terhadap target penerimaan pajak tahun ini yang disebabkan basis perhitungan target penerimaan pajak tahun ini menggunakan angka ekonomi cukup tinggi. Di mana jumlahnya melampaui target penerimaan pada dua tahun sebelumnya.
Pada 2014 lalu, realisasi penerimaan pajak adalah Rp100 triliun di bawah target yang ditetapkan. Sementara tahun kemarin, realisasi penerimaan meleset Rp248,9 triliun dari target yang ditetapkan.
"Tahun ini berdasarkan kemungkinan penerimaan negara dari sisi pajak diperkirakan akan kurang sekitar Rp219 triliun (dari target)," ujarnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (3/8/2016).
Menurut Sri Mulyani, melesetnya penerimaan pajak dari target lantaran jatuhnya harga komoditas di pasar dunia. Anjloknya harga komoditas, seperti migas, tambang, kelapa sawit, dan batu bara menyebabkan penerimaan negara dari sektor tersebut otomatis menurun.
"Jadi kalau bicara tentang komoditas itu migas, batu bara, kelapa sawit dan pertambangan lainnya, maka penerimaan negara pasti mengalami penurunan karena objek nilai pajaknya menurun cukup besar," terangnya.
Tak hanya itu, sambung mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, sektor perdagangan dan konstruksi juga mengalami tekanan yang cukup berat dari sisi volume aktivitas. Bahkan, pertumbuhannya saat ini hanya separuh dari realisasi tahun sebelumnya.
"Kondisi dunia yang mengalami pelemahan mengakibatkan perdagangan luar negeri juga mengalami kontraksi. Jadi kalau lihat statistik ekspor maupun impor itu mengalami kontraksi dari Q1/2015 sampai semester pertama 2016 ini," imbuh dia.
Menurutnya, situasi tersebut yang membuat pihaknya menyampaikan bahwa akan ada penurunan potensi penerimaan pajak yang cukup signifikan pada tahun ini. Sebab, sektor yang mengalami penurunan tersebut adalah sektor yang selama ini memberikan kontribusi cukup besar pada perekonomian.
"Terutama sektor yang selama ini memberikan kontribusi cukup besar pada perekonomian, yaitu konstruksi, perdagangan, industri, manufaktur, serta adanya pelemahan dalam perdagangan dunia yang tercermin dari sisi ekspor dan impor Indonesia. Maka Kemenkeu hari ini melaporkan ke Presiden, Wapres dan sidang kabinet bahwa penurunan potensi penerimaan pajak 2016 akan cukup signifikan," tandasnya.
(dmd,vhs)