OJK Klaim Sektor Keuangan Indonesia Tetap Terjaga

Rabu, 10 Agustus 2016 - 23:18 WIB
OJK Klaim Sektor Keuangan...
OJK Klaim Sektor Keuangan Indonesia Tetap Terjaga
A A A
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulanan memandang kondisi sektor keuangan Indonesia masih berada dalam kondisi yang stabil dan normal. Meskipun pemulihan ekonomi global terbilang masih lemah dan berjalan lambat.

Pada bulan Juli 2016 secara umum pasar keuangan dunia mendapatkan sentimen positif terutama dari kebijakan The Fed mempertahankan level Fed Funds Rate (suku bunga acuan AS) yang dipandang akomodatif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat.

Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengatakan, seiring meningkatnya sentimen global serta respons positif terkait kebijakan pengampunan pajak atau tax amnesty serta reshuffle Kabinet Kerja jilid II telah mendorong penguatan lebih lanjut di pasar keuangan domestik. IHSG tumbuh sebesar 3,97% pada bulan Juli 2016 (mtm).

"Investor non residen mencatat net buy di pasar saham sebesar Rp11,9 triliun, yang merupakan arus masuk bulanan terbesar dalam dua tahun terakhir," ujarnya di Jakarta, Rabu (10/8/2016).

Sementara, pasar Surat Berharga Negara (SBN) juga mencatat penguatan, yang ditunjukkan dengan penurunan yield pada bulan Juli 2016 rata-rata sebesar 46 bps. Sebagaimana di pasar saham, pada periode tersebut tercatat net buy investor non residen yang signifikan di pasar SBN sebesar Rp15,0 triliun.

Sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2016 lanjut dia, fungsi intermediasi lembaga jasa keuangan juga melanjutkan arah perbaikan. Per Juni 2016, pertumbuhan kredit perbankan tercatat sebesar 8,89% yoy, meningkat dibanding posisi Mei sebesar 8,34%.

"Alat likuid yang dimiliki oleh perbankan dalam kondisi memadai untuk membiayai ekspansi kredit," tukasnya.

Sementara itu, pertumbuhan piutang pembiayaan yang disalurkan oleh perusahaan pembiayaan telah mencatat pertumbuhan positif.

Plt. Deputi Komisioner Manajemen Strategis IB Slamet Edy Purnomo menambahkan, berlanjutnya perbaikan intermediasi ini diiringi oleh penurunan risiko kredit, sebagaimana terlihat dari Non-performing Loans (NPL) dan Non-performing Financing (NPF) yang tercatat masing-masing 3,05% dan 2,20%, lebih rendah dibandingkan waktu sebelumnya.

Lebih lanjut dia menerangkan, kinerja intermediasi di atas juga didukung oleh kinerja lembaga keuangan yang membaik. Dari sisi permodalan, ketahanan lembaga jasa keuangan domestik secara umum berada pada tingkat yang sangat mencukupi untuk mengantisipasi potensi risiko.

Sedangkan capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan berada pada level yang cukup tinggi sebesar 22,56% per Juni 2016. Di industri perasuransian, Risk-Based Capital (RBC) berada pada level 528% untuk asuransi jiwa dan 265% untuk asuransi umum, jauh di atas ketentuan minimum yang berlaku.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1004 seconds (0.1#10.140)