Rivalitas Saudi-Iran Memanas Saat OPEC Ingin Harga Minyak Stabil
A
A
A
VIENNA - Arab Saudi dan Iran menunjukkan rivalitas keduanya masih memanas hanya beberapa hari setelah OPEC atau Organisasi negara-negara pengekspor minyak menggelar pertemuan internal untuk mendiskusikan cara untuk menstabilkan harga minyak dunia yang masih jatuh. Pada awal pekan OPEC mengumumkan akan mengadakan pembicaraan informal di sela-sela konferensi di ibukota Aljazair bulan depan.
Dilansir Bloomberg, Kamis (11/8/2016) Arab Saudi yang merupakan eksportir minyak mentah terbesar di dunia mengatakan kepada OPEC akan mendorong produksi minyak mencapai 10.67 juta barel per hari pada bulan Juli. Sementara dilansir kantor berita Fars, produksi Iran juga mulai meningkat sebesar 3,85 juta barel per hari atau menjadi yang tertinggi sejak 2008.
"Ini menjadi sinyal ke pasar bahwa Saudi akan kembali, terutama dalam menghadapi Iran yang memproduksi lebih banyak minyak ke pasar. Saya ragu kesepakatan akan terjalin, meskipun ada pembicaraan," ucap seorang Analis Natixis SA Abhishek Deshpande di London.
Disebutkan Arab Saudia biasanya mempompa minyak lebih banyak pada musim panas untuk memenuhi permintaan energi domestik yang meningkat atau lebih tinggi dari AC. Pihak Kerajaan juga terlibat dalam pertempuran mendapatkan pangsa pasar minyak melawan saingan rival mereka Iran dengan cara memberikan harga diskon kepada pelanggan di Asia yang merupakan pasar kedua tersbesar eksportir minyak.
Sedangkan Kuwait kemarin juga memotong harga untuk kawasan Asia dengan memperbesar diskon sebesar USD2,65 per barel untuk September dibandingkan USD1,70 per barel pada bulan Agustus. Sementara produsen kecil di OPEC telah mengalami tekanan secara garis besar dan hanya mampu melihat kejatuhan harga minyak lebih dari 50% sejak 2014.
Sebagai informasi upaya terakhir untuk membekukan produksi minyak pada April lalu yang juga termasuk negera non-OPEC seperti Rusia harus berakhir dengan kagagalan saat Arab Saudi menuntut Iran menjadi bagian dari kesepakatan. Sedangkan Iran sendiri masih menentang pembatasan produksi ketika mereka berupaya merebut kembali saham OPEC setelah pencabutan sanksi menurut delegasi OPEC yang minta tidak diidentifikasi.
"Diskusi OPEC ini direncanakan mungkin dipandang oleh beberapa pihak sebagai kemungkinan untuk mencoba dan menstabilkan pasar," kata Kepala Peneliti Komoditas Commerzbank AG Eugen Weinberg di Frankfurt.
Dilansir Bloomberg, Kamis (11/8/2016) Arab Saudi yang merupakan eksportir minyak mentah terbesar di dunia mengatakan kepada OPEC akan mendorong produksi minyak mencapai 10.67 juta barel per hari pada bulan Juli. Sementara dilansir kantor berita Fars, produksi Iran juga mulai meningkat sebesar 3,85 juta barel per hari atau menjadi yang tertinggi sejak 2008.
"Ini menjadi sinyal ke pasar bahwa Saudi akan kembali, terutama dalam menghadapi Iran yang memproduksi lebih banyak minyak ke pasar. Saya ragu kesepakatan akan terjalin, meskipun ada pembicaraan," ucap seorang Analis Natixis SA Abhishek Deshpande di London.
Disebutkan Arab Saudia biasanya mempompa minyak lebih banyak pada musim panas untuk memenuhi permintaan energi domestik yang meningkat atau lebih tinggi dari AC. Pihak Kerajaan juga terlibat dalam pertempuran mendapatkan pangsa pasar minyak melawan saingan rival mereka Iran dengan cara memberikan harga diskon kepada pelanggan di Asia yang merupakan pasar kedua tersbesar eksportir minyak.
Sedangkan Kuwait kemarin juga memotong harga untuk kawasan Asia dengan memperbesar diskon sebesar USD2,65 per barel untuk September dibandingkan USD1,70 per barel pada bulan Agustus. Sementara produsen kecil di OPEC telah mengalami tekanan secara garis besar dan hanya mampu melihat kejatuhan harga minyak lebih dari 50% sejak 2014.
Sebagai informasi upaya terakhir untuk membekukan produksi minyak pada April lalu yang juga termasuk negera non-OPEC seperti Rusia harus berakhir dengan kagagalan saat Arab Saudi menuntut Iran menjadi bagian dari kesepakatan. Sedangkan Iran sendiri masih menentang pembatasan produksi ketika mereka berupaya merebut kembali saham OPEC setelah pencabutan sanksi menurut delegasi OPEC yang minta tidak diidentifikasi.
"Diskusi OPEC ini direncanakan mungkin dipandang oleh beberapa pihak sebagai kemungkinan untuk mencoba dan menstabilkan pasar," kata Kepala Peneliti Komoditas Commerzbank AG Eugen Weinberg di Frankfurt.
(akr)