Holding BUMN Migas, Pertamina dan PGN Masih Pendekatan
A
A
A
JAKARTA - Holding BUMN migas yang akan mempertemukan anak usaha PT Pertamina, PT Pertagas dengan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN masih berjalan alot. Untuk itu, kedua perusahaan sudah melakukan pendekatan (PDKT) selama 2,5 bulan untuk menyukseskan program tersebut.
VP Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengemukakan, proses pendekatan itu membahas soal masalah operasional dan infrastruktur. Pertamina sudah siap jika PGN nantinya jadi anak usaha.
"Kita punya tim gabungan dengan PGN, kerja sama 2 setengah bulan. Kita selesaikan masalah operasional dan infrastruktur. Kita sudah siap artinya enggak boleh ada pasokan gas terganggu lewat pipa distribusi A dan B enggak ada hambatan," ujarnya di Jakarta, Minggu (14/8/2016).
(Baca: Rini Dapat Restu Jokowi Bentuk Enam Holding BUMN)
Selain itu, lanjut dia, dibahas pemetaan terkait adanya tumpang tindih investasi hingga USD1,7 miliar. Kalau kedua perusahaan sudah bersinergi maka nilai tersebut bisa lebih berkurang.
"Kita maping, kalau terus berjalan terpisah ada tumpang tindih investasi USD1,7 miliar. Kalau dengan sinergi, jumlah investasi sebesar itu bisa buat akses gas ke tempat yang belum terjangkau," terang Wianda.
(Baca: Jokowi Tepis Tudingan Holding BUMN Bentuk Privatisasi)
Kemudian, kata dia, akan ada penambahan jumlah belanja modal (capital expenditure/capex) untuk memperkuat ekspansi. Pada akhirnya, harga gas lebih murah dari saat ini.
"Dari sisi operasional akan tercipta capex yang bertambah, redudansi kita mitigasi, dan dengan holding bisa hemat biaya operasional. Artinya, harga gas bisa kompetitif," pungkas Wianda.
VP Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengemukakan, proses pendekatan itu membahas soal masalah operasional dan infrastruktur. Pertamina sudah siap jika PGN nantinya jadi anak usaha.
"Kita punya tim gabungan dengan PGN, kerja sama 2 setengah bulan. Kita selesaikan masalah operasional dan infrastruktur. Kita sudah siap artinya enggak boleh ada pasokan gas terganggu lewat pipa distribusi A dan B enggak ada hambatan," ujarnya di Jakarta, Minggu (14/8/2016).
(Baca: Rini Dapat Restu Jokowi Bentuk Enam Holding BUMN)
Selain itu, lanjut dia, dibahas pemetaan terkait adanya tumpang tindih investasi hingga USD1,7 miliar. Kalau kedua perusahaan sudah bersinergi maka nilai tersebut bisa lebih berkurang.
"Kita maping, kalau terus berjalan terpisah ada tumpang tindih investasi USD1,7 miliar. Kalau dengan sinergi, jumlah investasi sebesar itu bisa buat akses gas ke tempat yang belum terjangkau," terang Wianda.
(Baca: Jokowi Tepis Tudingan Holding BUMN Bentuk Privatisasi)
Kemudian, kata dia, akan ada penambahan jumlah belanja modal (capital expenditure/capex) untuk memperkuat ekspansi. Pada akhirnya, harga gas lebih murah dari saat ini.
"Dari sisi operasional akan tercipta capex yang bertambah, redudansi kita mitigasi, dan dengan holding bisa hemat biaya operasional. Artinya, harga gas bisa kompetitif," pungkas Wianda.
(dmd)