Eropa Eksploitasi Gambut untuk Bahan Bakar

Selasa, 16 Agustus 2016 - 22:36 WIB
Eropa Eksploitasi Gambut untuk Bahan Bakar
Eropa Eksploitasi Gambut untuk Bahan Bakar
A A A
KUCHING - Sikap ambigu negara-negara Eropa terkait lahan gambut mendapat kritik dari para pembicara dalam kongres gambut dunia di Serawak, Malaysia. Informasi di kalangan masyarakat seakan-akan lahan gambut hanya ada di daerah tropis. Padahal, negara subtropis juga memiliki lahan gambut yang dieksploitasi untuk kepentingan ekonomi.

“Kalau pengelolaan lahan gambut untuk budidaya disalahkan, maka negara-negara subtropis seperti Eropa juga harus disalahkan,” kata Ketua Malaysian Palm Oil Council (MPOC), Kalyana Sundram saat menutup presentasinya dalam 15th International Peat Congress di Kuching, Serawak, Malaysia, Selasa (16/8/2016).

Menurut Sundram, pekerjaan rumah besar bagi para ilmuwan adalah mengkomunikasikan dengan benar bahwa pemanfaatan lahan gambut untuk budidaya memberikan dampak positif bagi ekonomi, ekologi, dan biodiversity.

“Saat ini, kesannya pemanfaatan gambut untuk budidaya adalah sumber kerusakan lingkungan. Ini yang seharusnya diluruskan,” katanya.

Menurut Sundram, lahan gambut adalah salah satu sumber daya alam yang sejak awal sejarah kehidupan manusia sudah dikelola dan dimanfaatkan. Pemanfaatan lahan gambut selain sebagai bahan bakar, juga untuk kegiatan budidaya perkebunan maupun hutan tanaman.

“Kehidupan manusia membutuhkan pemanfaatan sumber daya alam baik yang bisa diperbarui maupun yang tidak bisa diperbarui. Keduanya harus dimanfaatkan dengan optimal dan berkelanjutan,” kata Sundram.

Menurut Sundram, lahan gambut memiliki peran ekologis yang vital untuk mendukung biodiversitas dan berfungsi sebagai penyimpan karbon. Namun harus diakui, jika pemanfaatan sumber daya alam seperti gambut tidak dikelola dengan baik, akan membawa risiko lingkungan.
“Inilah tantangan besar komunikasi terkait lahan gambut. Saat ini, karena komunikasi yang lemah, lahan gambut jadi objek tudingan penyebab deforestasi dan meningkatnya emisi gas rumah kaca,” terangnya.

Sundram mengatakan komunikasi tentang lahan gambut sangat tidak berimbang. Ironisnya, banyak ilmuwan yang ikut-ikutan menyudutkan kelapa sawit dalam pengelolaan lahan gambut. “Jadi kesannya, gambut hanya isu negara-negara tropis. Ilmuwan tidak menyampaikan gambaran yang objektif terkait gambut tersebut,” katanya.

Kritik terhadap ilmuwan itu disampaikan Sundram terutama terkait Eropa yang sesungguhnya juga telah mengeksplotasi lahan gambut untuk kepentingan ekonomi, baik sebagai briket, juga sebagai lahan pertanian, hutan tanaman, dan hortikultura.

“Ini adalah sektor-sektor ekonomi penting di Eropa. Mereka melindungi sektor ekonominya tetapi dengan menyerang sektor ekonomi wilayah lain,” tandasnya.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5574 seconds (0.1#10.140)