Ekspor Jepang Juli Jatuh di Laju Tercepat sejak Krisis Keuangan
A
A
A
TOKYO - Ekspor Jepang pada Juli anjlok pada laju tercepat sejak krisis keuangan global dan yen kembali bangkit serta pelemahan ekonomi luar negeri yang membebani pengiriman luar negeri. Pemerintah sendiri lebih bergantung pada permintaan domestik yang goyah untuk mendorong pertumbuhan.
Seperti dikutip dari Reuters, Kamis (18/8/2016), ekspor Jepang pada bulan tersebut turun 14% dengan estimasi median dalam jajak pendapat ekonom Reuters dan merupakan penurunan tercepat sejak Oktober 2009.
Ekspor Jepang sekarang telah jatuh selama 10 bulan berturut-turut, penurunan terpanjang sejak kerugian subprime mortgage AS memicu krisis keuangan global yang hampir menghancurkan sistem keuangan AS.
Para ekonom mengatakan ada risiko yang berkembang bahwa melemahnya ekspor akan bertahan karena ketidakpastian ekonomi global menunjukkan tanda-tanda pelemahan, yang bisa merusak upaya pembuat kebijakan Jepang untuk kembali meningkatkan ekonomi.
"Ekspor tidak memiliki kekuatan yang diperlukan untuk memimpin perekonomian Jepang. Ini pesan yang jelas bahwa kita perlu untuk mendukung permintaan domestik. Stimulus pemerintah akan membantu, tetapi hanya dalam jangka pendek," kata Norio Miyagawa, ekonom senior di Mizuho Securities.
Ekspor pada Juli jatuh karena menurunkan pengiriman mobil ke Amerika Serikat, kapal ke Amerika Tengah dan baja ke Italia. Ekspor ke Cina sebagai mitra dagang terbesar Jepang juga turun menjadi 12,7% secara tahunan pada Juli, memperpanjang penurunan 10,0% yang terjadi pada Juni.
Pengiriman AS turun 11,8% dari tahun ke tahun, versus penurunan tahunan 6,5% pada bulan sebelumnya. Yen sendiri telah meningkat sekitar 20% terhadap USD sepanjang tahun ini dan keuntungan lebih lanjut akan dipotong ke pendapatan eksportir dan meningkatkan tekanan deflasi dengan menurunkan harga impor.
Volume impor minyak dan minyak tanah Jepang turun 8,5% pada Juli, penurunan pertama dalam tiga bulan.
Seperti dikutip dari Reuters, Kamis (18/8/2016), ekspor Jepang pada bulan tersebut turun 14% dengan estimasi median dalam jajak pendapat ekonom Reuters dan merupakan penurunan tercepat sejak Oktober 2009.
Ekspor Jepang sekarang telah jatuh selama 10 bulan berturut-turut, penurunan terpanjang sejak kerugian subprime mortgage AS memicu krisis keuangan global yang hampir menghancurkan sistem keuangan AS.
Para ekonom mengatakan ada risiko yang berkembang bahwa melemahnya ekspor akan bertahan karena ketidakpastian ekonomi global menunjukkan tanda-tanda pelemahan, yang bisa merusak upaya pembuat kebijakan Jepang untuk kembali meningkatkan ekonomi.
"Ekspor tidak memiliki kekuatan yang diperlukan untuk memimpin perekonomian Jepang. Ini pesan yang jelas bahwa kita perlu untuk mendukung permintaan domestik. Stimulus pemerintah akan membantu, tetapi hanya dalam jangka pendek," kata Norio Miyagawa, ekonom senior di Mizuho Securities.
Ekspor pada Juli jatuh karena menurunkan pengiriman mobil ke Amerika Serikat, kapal ke Amerika Tengah dan baja ke Italia. Ekspor ke Cina sebagai mitra dagang terbesar Jepang juga turun menjadi 12,7% secara tahunan pada Juli, memperpanjang penurunan 10,0% yang terjadi pada Juni.
Pengiriman AS turun 11,8% dari tahun ke tahun, versus penurunan tahunan 6,5% pada bulan sebelumnya. Yen sendiri telah meningkat sekitar 20% terhadap USD sepanjang tahun ini dan keuntungan lebih lanjut akan dipotong ke pendapatan eksportir dan meningkatkan tekanan deflasi dengan menurunkan harga impor.
Volume impor minyak dan minyak tanah Jepang turun 8,5% pada Juli, penurunan pertama dalam tiga bulan.
(izz)