Bandara NYIA Ditargetkan Beroperasi 2019
A
A
A
KULON PROGO - Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA), yang akan dibangun di Kabupaten Kulon Progo ditargetkan beroperasi pada 2019 mendatang. Untuk mendukung bandara, pemerintah pusat akan memperlebar beberapa ruas jalan di Kulon Progo.
Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo mengaku pada siang tadi, dirinya dipanggil deputi di bawah Sekretariat Wakil Presiden dalam pertemuan di Yogyakarta. Dalam pertemuan ini, ada permintaan dari Presiden dan Wapres agar pembangunan bandara bisa lebih cepat. Targetnya pada 2019 harus sudah bisa dioperasionalkan.
“2019, bandara diminta harus sudah beroperasi,” ujar Hasto, Jumat (19/8/2016).
Selain pembangunan bandara, kata Hasto, ada beberapa proyek pembangunan fisik yang harus dikawal dan diselesaikan. Salah satunya proyek jalur jalan lintas selatan (JJLS) segera diselesaikan. Termasuk jalur utama dari Gamping sampai dengan bandara, harus ada enam jalur yang cukup lebar. Sedangkan jalan dari Sentolo-Nanggulan sampai Kalibawang dan Borobudur harus diperlebar minimal sama dengan jalan nasional saat ini.
“Beberapa jalur yang banyak kelokan juga harus dibuat lurus,” jelasnya.
Program Bedah Menoreh juga harus segera diselesaikan, untuk mewujudkan Kulon Progo sebagai penyangga wisata di Candi Borobudur. Termasuk menetukan trase mana yang harus dipilih untuk jalur kereta.
Sedangkan dari sisi regulasi, Pemkab Kulon Progo harus menyelesaikan Perda. Diantaranya Perda mengenai rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) dan rencana detail tata ruang (RDTR). “Semuanya harus jalan, tidak boleh tertinggal dan dilakukan dengan simultan,” jelasnya.
Dirut PDAM Tirta Binangun Kulonprogo, Jumantoro mengatakan pihaknya siap untuk mensuplai air bersih sampai bandara. Saat ini, jaringan air bersih sudah sampai di wilayah Karangwuni, Wates. Artinya hanya butuh beberapa kilometer saja agar pasokan air sampai di bandara.
Air yang akan dipasok ini, berasal dari air Sungai Progo yang diambilkan dari Bendung Sapon yang berada di Lendah. Produksi yang ada sudah sekitar 200 liter per detik. Kapasitas ini masih sangat mungin ditambah, menyesuaikan kebutuhan di lapangan.
“Memang minat di Karangwuni sedikit, tetapi kami siap mensuplai sampai di bandara,” jelas Jumantoro.
Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo mengaku pada siang tadi, dirinya dipanggil deputi di bawah Sekretariat Wakil Presiden dalam pertemuan di Yogyakarta. Dalam pertemuan ini, ada permintaan dari Presiden dan Wapres agar pembangunan bandara bisa lebih cepat. Targetnya pada 2019 harus sudah bisa dioperasionalkan.
“2019, bandara diminta harus sudah beroperasi,” ujar Hasto, Jumat (19/8/2016).
Selain pembangunan bandara, kata Hasto, ada beberapa proyek pembangunan fisik yang harus dikawal dan diselesaikan. Salah satunya proyek jalur jalan lintas selatan (JJLS) segera diselesaikan. Termasuk jalur utama dari Gamping sampai dengan bandara, harus ada enam jalur yang cukup lebar. Sedangkan jalan dari Sentolo-Nanggulan sampai Kalibawang dan Borobudur harus diperlebar minimal sama dengan jalan nasional saat ini.
“Beberapa jalur yang banyak kelokan juga harus dibuat lurus,” jelasnya.
Program Bedah Menoreh juga harus segera diselesaikan, untuk mewujudkan Kulon Progo sebagai penyangga wisata di Candi Borobudur. Termasuk menetukan trase mana yang harus dipilih untuk jalur kereta.
Sedangkan dari sisi regulasi, Pemkab Kulon Progo harus menyelesaikan Perda. Diantaranya Perda mengenai rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) dan rencana detail tata ruang (RDTR). “Semuanya harus jalan, tidak boleh tertinggal dan dilakukan dengan simultan,” jelasnya.
Dirut PDAM Tirta Binangun Kulonprogo, Jumantoro mengatakan pihaknya siap untuk mensuplai air bersih sampai bandara. Saat ini, jaringan air bersih sudah sampai di wilayah Karangwuni, Wates. Artinya hanya butuh beberapa kilometer saja agar pasokan air sampai di bandara.
Air yang akan dipasok ini, berasal dari air Sungai Progo yang diambilkan dari Bendung Sapon yang berada di Lendah. Produksi yang ada sudah sekitar 200 liter per detik. Kapasitas ini masih sangat mungin ditambah, menyesuaikan kebutuhan di lapangan.
“Memang minat di Karangwuni sedikit, tetapi kami siap mensuplai sampai di bandara,” jelas Jumantoro.
(ven)