BI Akui Laju Pertumbuhan Kredit Melambat
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan atas penurunan target pertumbuhan ekonomi yang pada tahun ini berkisar di angka 4,9-5,3%, maka pihaknya sepakat untuk menurunkan proyeksi pertumbuhan atas kredit di Indonesia. Sebelumnya, proyeksinya sendiri dipatok senilai 10-11% dan sekarang menjadi 7-9% untuk sepanjang tahun 2016.
Seperti diketahui, BI sendiri mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun ini di angka 4,9-5,2% dari yang sebelumnya 5-5,4%. "Kami mengubah proyeksi tersebut melihat kondisi ekonomi Indonesia. Tadinya kita proyeksi di double digit, sekarang di single digit," kata Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo, Jakarta, Jumat(19/8) malam.
Selain itu, BI pun mengakui bahwa di Indonesia sendiri untuk laju pertumbuhan kredit Indonesia masih tercatat relatif rendah, atau berada di angka 3%. "Tapi kami juga menduga bahwa ini akan membaik seiring dengan peran investasi swasta yang semakin membaik juga di semester II," sambungnya.
Agus juga mengatakan, BI akan selalu terus mendorong berbagai macam kebijakan untuk pertumbuhan kredit di Indonesia agar lajunya bisa lebih kuat lagi untuk ke depannya. "Kami akan selalu mendorong peningkatan kebijakan makro prudensial. Ini untuk kelonggaran di loan to value (LTV)," pungkasnya.
Seperti diketahui, BI sendiri mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun ini di angka 4,9-5,2% dari yang sebelumnya 5-5,4%. "Kami mengubah proyeksi tersebut melihat kondisi ekonomi Indonesia. Tadinya kita proyeksi di double digit, sekarang di single digit," kata Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo, Jakarta, Jumat(19/8) malam.
Selain itu, BI pun mengakui bahwa di Indonesia sendiri untuk laju pertumbuhan kredit Indonesia masih tercatat relatif rendah, atau berada di angka 3%. "Tapi kami juga menduga bahwa ini akan membaik seiring dengan peran investasi swasta yang semakin membaik juga di semester II," sambungnya.
Agus juga mengatakan, BI akan selalu terus mendorong berbagai macam kebijakan untuk pertumbuhan kredit di Indonesia agar lajunya bisa lebih kuat lagi untuk ke depannya. "Kami akan selalu mendorong peningkatan kebijakan makro prudensial. Ini untuk kelonggaran di loan to value (LTV)," pungkasnya.
(akr)