Perusahaan Keluarga Harus Mengikuti Perubahan Zaman
A
A
A
BISNIS keluarga akan terus maju dari generasi ke generasi asalkan bisa mengikuti perubahan zaman. Apalagi saat ini dunia sedang mengalami revolusi industri ke-4, yakni nano technology, digital technology, dan service industrial oriented economy.
Hal ini disampaikan pendiri Lippo Group Mochtar Riady saat meraih penghargaan Lifetime Achievement Award dari Indonesia Brand Forum (IBF) 2016 yang diselenggarakan Koran SINDO dan Sindonews, serta didukung BNI dengan mengusung tema “Branding Family Business: Lestari dari Generasi ke Generasi” di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Rabu (24/8/2016).
Mochtar menuturkan semasa kecil dirinya melihat banyak orang kaya dan pemilik perusahaan keluarga di sejumlah kota, seperti Malang, Surabaya, dan Jakarta. Namun, keberadaan perusahaan mereka serta generasi penerusnya saat ini nyaris tidak terdengar.
Pria berjuluk Manusia Ide ini berkesempatan berbagi pengalaman dan pandangannya tentang bisnis keluarga agar dapat bertahan dari generasi ke generasi. Berikut petikan wawancaranya:
Bagaimana pandangan Anda agar perusahaan bisa terus tumbuh dan berkembang?
Untuk bisa tumbuh berkelanjutan, perusahaan harus sensitif terhadap perubahan zaman, teknologi, dan keinginan pasar. Zaman terus bergulir, dan saat ini masyarakat serta dunia usaha dihadapkan pada era revolusi industri keempat. Di mana nanoteknologi, teknologi digital, dan industri berorientasi jasa semakin berkembang.
Sekarang zaman digital, apapun digital. Maka, bisnis juga harus mengikuti. Contohnya dengan tren alat pembayaran secara elektronik atau e-payment, maka tidak lama lagi ATM akan jadi besi rongsokan. Jadi kita harus waspada bahwa digital akan mengubah kita semua, mengubah semua cara-cara kerja.
Selain itu, di masa depan, mobil diprediksi tidak akan membutuhkan bahan bakar minyak lagi, melainkan baterai seiring kemajuan teknologi. Kilas balik bisa dilihat bahwa 150 tahun yang lalu segala industri tidak bisa terlepas dari dinamo motor, sekarang semuanya bergantung dengan chip.
Di bidang elektronik, juga sudah terjadi perubahan besar. Di mana, empat perusahaan teknologi besar Jepang diambil alih oleh Tiongkok (China) dalam lima bulan terakhir. Sementara di bidang automotif, pabrik Nissan dan Mitsubishi di Jepang diambil alih oleh perusahaan Eropa.
Bagaimana dengan bisnis yang mengikuti zaman?
Bisnis yang mengikuti zaman tidak akan masuk kategori sunset industry. Tadi saat saya masuk ke sini bertemu dengan pimpinan Sritex, dia bertanya bisnis apa yang harus dilakukan? Karena Sritex tekstil, maka saya tanya apakah ada orang yang tidak pakai baju. Saya berusia 88 tahun dan saya masih terus butuh pakaian yang bagus. Maka, tekstil industri bukan sunset industry, tapi sunrise tergantung pengusahannya bisa melihat kebutuhan masyarakat dan perubahan dalam teknologi ini apa tidak.
Anda melihat situasi ekonomi Indonesia seperti apa saat ini?
Indonesia sudah masuk dalam integrasi ekonomi seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan sejumlah skema perdagangan bebas. Dunia yang lebih bebas dan mengglobal memicu persaingan semakin ketat. Di sini kita harus jeli melihat peluang dan tantangan.
Bagaimana tanggapan Anda dengan penghargaan yang diberikan IBF?
Saya merasa bahwa yang berhak menerima ini bukan saya, tapi James Riady, John Riady (putranya). Tanpa dia orang, tidak bisa saya menunjukkan bahwa saya qualified untuk membangun. Saya sungguh tersanjung dapat award yang luar biasa ini.
Suatu perusahaan keluarga kalau tidak sadar akan hal-hal demikian maka generasi ke generasi tidak mungkin bisa berkesinambungan. Makanya saya sangat gembira bahwa ada 14 orang yang dapat Family Business Award. Saya ucapkan terima kasih kepada IBF dan Koran SINDO. Selamat kepada Anda sekalian.
Hal ini disampaikan pendiri Lippo Group Mochtar Riady saat meraih penghargaan Lifetime Achievement Award dari Indonesia Brand Forum (IBF) 2016 yang diselenggarakan Koran SINDO dan Sindonews, serta didukung BNI dengan mengusung tema “Branding Family Business: Lestari dari Generasi ke Generasi” di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Rabu (24/8/2016).
Mochtar menuturkan semasa kecil dirinya melihat banyak orang kaya dan pemilik perusahaan keluarga di sejumlah kota, seperti Malang, Surabaya, dan Jakarta. Namun, keberadaan perusahaan mereka serta generasi penerusnya saat ini nyaris tidak terdengar.
Pria berjuluk Manusia Ide ini berkesempatan berbagi pengalaman dan pandangannya tentang bisnis keluarga agar dapat bertahan dari generasi ke generasi. Berikut petikan wawancaranya:
Bagaimana pandangan Anda agar perusahaan bisa terus tumbuh dan berkembang?
Untuk bisa tumbuh berkelanjutan, perusahaan harus sensitif terhadap perubahan zaman, teknologi, dan keinginan pasar. Zaman terus bergulir, dan saat ini masyarakat serta dunia usaha dihadapkan pada era revolusi industri keempat. Di mana nanoteknologi, teknologi digital, dan industri berorientasi jasa semakin berkembang.
Sekarang zaman digital, apapun digital. Maka, bisnis juga harus mengikuti. Contohnya dengan tren alat pembayaran secara elektronik atau e-payment, maka tidak lama lagi ATM akan jadi besi rongsokan. Jadi kita harus waspada bahwa digital akan mengubah kita semua, mengubah semua cara-cara kerja.
Selain itu, di masa depan, mobil diprediksi tidak akan membutuhkan bahan bakar minyak lagi, melainkan baterai seiring kemajuan teknologi. Kilas balik bisa dilihat bahwa 150 tahun yang lalu segala industri tidak bisa terlepas dari dinamo motor, sekarang semuanya bergantung dengan chip.
Di bidang elektronik, juga sudah terjadi perubahan besar. Di mana, empat perusahaan teknologi besar Jepang diambil alih oleh Tiongkok (China) dalam lima bulan terakhir. Sementara di bidang automotif, pabrik Nissan dan Mitsubishi di Jepang diambil alih oleh perusahaan Eropa.
Bagaimana dengan bisnis yang mengikuti zaman?
Bisnis yang mengikuti zaman tidak akan masuk kategori sunset industry. Tadi saat saya masuk ke sini bertemu dengan pimpinan Sritex, dia bertanya bisnis apa yang harus dilakukan? Karena Sritex tekstil, maka saya tanya apakah ada orang yang tidak pakai baju. Saya berusia 88 tahun dan saya masih terus butuh pakaian yang bagus. Maka, tekstil industri bukan sunset industry, tapi sunrise tergantung pengusahannya bisa melihat kebutuhan masyarakat dan perubahan dalam teknologi ini apa tidak.
Anda melihat situasi ekonomi Indonesia seperti apa saat ini?
Indonesia sudah masuk dalam integrasi ekonomi seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan sejumlah skema perdagangan bebas. Dunia yang lebih bebas dan mengglobal memicu persaingan semakin ketat. Di sini kita harus jeli melihat peluang dan tantangan.
Bagaimana tanggapan Anda dengan penghargaan yang diberikan IBF?
Saya merasa bahwa yang berhak menerima ini bukan saya, tapi James Riady, John Riady (putranya). Tanpa dia orang, tidak bisa saya menunjukkan bahwa saya qualified untuk membangun. Saya sungguh tersanjung dapat award yang luar biasa ini.
Suatu perusahaan keluarga kalau tidak sadar akan hal-hal demikian maka generasi ke generasi tidak mungkin bisa berkesinambungan. Makanya saya sangat gembira bahwa ada 14 orang yang dapat Family Business Award. Saya ucapkan terima kasih kepada IBF dan Koran SINDO. Selamat kepada Anda sekalian.
(dmd)