Mendes Eko Optimistis Indonesia Jadi Negara Penghasil Pangan Terbesar Dunia

Senin, 29 Agustus 2016 - 15:02 WIB
Mendes Eko Optimistis...
Mendes Eko Optimistis Indonesia Jadi Negara Penghasil Pangan Terbesar Dunia
A A A
JAKARTA - Di tengah fluktuasi harga pangan, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDT), Eko Putro Sandjojo mencoba melontarkan rasa optimistis. Politikus PKB ini hakul yakin Indonesia bisa menjadi salah satu negara dengan penghasil pangan terbesar di dunia. Alasan Eko terbilang klasik, Indonesia memiliki potensi alam yang sangat baik dibandingkan negara-negara lain.

Bekas Dirut PT Sierad Produce itu lalu memberi contoh soal Brasil, yang dua dekade silam termasuk negara yang miskin. Namun karena negara terbesar di Amerika Selatan itu mampu memaksimalkan lahan pertaniannya, negara yang getol sepakbola itu, sekarang menjadi negara kelima terbesar perekonomiannya. Dan sektor pangannya juga stabil.

"Jika berbicara masalah kemandirian pangan Indonesia, Apakah Indonesia bisa menjadi penghasil pangan dunia? Jawabannya adalah bisa. Karena kita memiliki lahan tropis terbesar nomor dua di dunia setelah Brazil. Lebih dari itu, garis pantai kita juga paling panjang kedua setelah Kanada," kata dia di Kementerian Pertanian, Jakarta, Senin (29/8/2016)

Jika dua potensi tersebut bisa 'dikeroyok' dan dikelola dengan baik oleh masyarakatnya, maka Indonesia bakal menjadi negara yang ekonominya bisa diperhitungkan di dunia.

"Apalagi kita sudah masuk menjadi negara G20. Memang, sesuatu perubahan untuk membawa ke arah yang lebih baik itu kadang sulit diterima dan butuh pengorbanan. Sama ketika anak bayi menjalani vaksinasi, pasti setelahnya biasanya demam dulu, baru kemudian bisa sehat," katanya.

Menurut dia, selain potensi alamnya yang bisa dibanggakan, Indonesia juga memiliki keunikan tersendiri yang berasal dari desa-desanya. Meskipun memiliki keunikan masing-masing, namun mayoritas lapangan kerja mereka sama dari Sabang sampai Merauke.

"Setiap desa punya keunikan masing-masing. Ada desa yang kaya, ada yang masih tertinggal, ada juga yang sedikit penduduknya, bahkan yang rawan konflik. Namun kesamaannya, mayoritas penduduk di sana kerjanya sama, petani, nelayan dan peternak. Itu semua bisa dimaksimalkan karena mayoritas pekerja di desa-desa kita itu sama," pungkasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8639 seconds (0.1#10.140)