Defisit Dipangkas, Pemerintah Masih Doyan Tambah Utang
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan, Indonesia masih akan menambah utang lagi hingga akhir 2016 seiring dengan defisit anggaran yang terjadi. Sebelumnya Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyepakati target defisit dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016 sebesar Rp296,7 triliun atau 2,35% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
(Baca Juga: Utang Luar Negeri Indonesia Naik Jadi Rp3.953 Triliun)
Target ini lebih rendah dari Rancangan APBN-P 2016, dimana pemerintah mengusulkan target defisit sebesar Rp313,3 triliun atau 2,48% dari PDB. Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Robert Pakpahan mengatakan, pemerintah tetap akan menarik pinjaman meski target defisit dipangkas dengan tujuan pembiayaan belanja negara.
Meski begitu dia tidak menerangkan berapa persis jumlah utang yang akan bertambah sampai akhir tahun. "Kalian lihat saja di APBN-P perubahan defisitnya 2,35% dari PDB atau Rp296 triliun. Kita harus tambah utang selama tahun 2016," ujarnya di Jakarta, Senin (29/8/2016).
Dia mengakui pemerintah masih butuh utang, lantaran pemerintah ekspansif dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi. Diterangkan selama ada defisit, maka pemerintah mau tidak mau harus menambah utang.
"Tapi hal yang lazim dan juga untuk memastikan pengeluaran-pengeluaran prioritas itu bisa kita biayai. Apalagi ekonomi lagi slow down, pemerintah menjaga pengeluaran ketika pertumbuhan makin merosot ke bawah," tandasnya.
Sebagai informasi posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia naik 3,7% (yoy) menjadi USD311,5 miliar atau sekitar Rp3.953 triliun (Rp13.155/USD) pada Februari 2016. Berdasarkan jangka waktu asal, posisi utang luar negeri Indonesia didominasi ULN berjangka panjang (87,7% dari total ULN).
(Baca Juga: Utang Luar Negeri Indonesia Naik Jadi Rp3.953 Triliun)
Target ini lebih rendah dari Rancangan APBN-P 2016, dimana pemerintah mengusulkan target defisit sebesar Rp313,3 triliun atau 2,48% dari PDB. Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Robert Pakpahan mengatakan, pemerintah tetap akan menarik pinjaman meski target defisit dipangkas dengan tujuan pembiayaan belanja negara.
Meski begitu dia tidak menerangkan berapa persis jumlah utang yang akan bertambah sampai akhir tahun. "Kalian lihat saja di APBN-P perubahan defisitnya 2,35% dari PDB atau Rp296 triliun. Kita harus tambah utang selama tahun 2016," ujarnya di Jakarta, Senin (29/8/2016).
Dia mengakui pemerintah masih butuh utang, lantaran pemerintah ekspansif dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi. Diterangkan selama ada defisit, maka pemerintah mau tidak mau harus menambah utang.
"Tapi hal yang lazim dan juga untuk memastikan pengeluaran-pengeluaran prioritas itu bisa kita biayai. Apalagi ekonomi lagi slow down, pemerintah menjaga pengeluaran ketika pertumbuhan makin merosot ke bawah," tandasnya.
Sebagai informasi posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia naik 3,7% (yoy) menjadi USD311,5 miliar atau sekitar Rp3.953 triliun (Rp13.155/USD) pada Februari 2016. Berdasarkan jangka waktu asal, posisi utang luar negeri Indonesia didominasi ULN berjangka panjang (87,7% dari total ULN).
(akr)