Pertumbuhan Penyaluran Kredit Bank Melambat
A
A
A
JAKARTA - Kredit yang disalurkan oleh perbankan pada Juli 2016 tercatat sebesar Rp4.168,4 triliun atau tumbuh sebesar 7,7% (year on year/YoY), namun lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,2% (yoy). Permintaan kredit mengalami perlambatan setelah sebelumnya mengalami akselerasi menjelang Idul Fitri.
Direktur Eksekuti Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara mengatakan, perlambatan pertumbuhan kredit terjadi pada seluruh golongan debitur. "Berdasarkan jenis penggunaan, perlambatan kredit terjadi pada Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI)," kata Tirta di Jakarta, Senin (5/9/2016).
Sementara KMK dan KI masing-masing tercatat sebesar Rp1.932,3 triliun dan Rp1.049,6 triliun atau tumbuh sebesar 5,8% (yoy) dan 10,9% (yoy), tapi lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,8% (yoy) dan 12,1% (yoy). Dia menerangkan sektor yang mengalami perlambatan dalam bentuk KMK dan KI yaitu sektor industri pengolahan dan konstruksi.
Pertumbuhan kredit yang disalurkan kepada sektor Industri pengolahan untuk jenis penggunaan KMK dan KI masing-masing tumbuh melambat dari 2,7% (yoy) dan 11,2% (yoy) pada Juni 2016 menjadi 2,3% (yoy) dan 9,7% (yoy) pada Juli 2016.
(Baca Juga: BI Akui Laju Pertumbuhan Kredit Melambat)
Selain itu, penyaluran kredit konstruksi untuk jenis KMK dan investasi juga tumbuh melambat menjadi sebesar 16,8% (yoy) dan 15,4% (yoy) pada Juli 2016, lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,2% (yoy) dan 18,1% (yoy).
Sedangkan pertumbuhan kredit yang masih terbatas juga terjadi pada kredit yang disalurkan bank umum untuk sektor UMKM. Posisi kredit UMKM yang disalurkan bank umum pada Juli 2016 tercatat sebesar Rp765,1 triliun atau tumbuh sebesar 8,0% (yoy), lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,0% (yoy).
Berdasarkan skala usahanya lanjut Tirta, pertumbuhan kredit untuk skala usaha mikro dan menengah tumbuh melambat dari 16,1% (yoy) dan 2,8% (yoy) menjadi 14,4% (yoy) dan 1,6% (yoy) pada Juli 2016. Sementara itu, kredit UMKM untuk skala usaha kecil tumbuh stabil sebesar 14,3% (yoy) pada Juli 2016.
Sejalan dengan pertumbuhan kredit UMKM, pertumbuhan kredit pada sektor properti juga mengalami perlambatan. Posisi kredit properti pada Juli 2016 tercatat sebesar Rp663,1 triliun atau tumbuh sebesar 12,1% (yoy), lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,5% (yoy).
"Perlambatan tersebut terjadi pada kredit KPR dan KPA, konstruksi, dan real estate yang masing-masing tumbuh dari 8,0% (yoy), 17,9% (yoy), dan 25,1% (yoy) menjadi 7,4% (yoy), 15,9% (yoy), dan 21,5% (yoy) pada Juli 2016," ungkapnya.
Di sisi lain, penurunan suku bunga kredit perbankan juga masih berlanjut pada Juli 2016 sejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter. Sejak awal 2016 suku bunga perbankan terus mengalami penurunan secara bertahap. Pada Juli 2016 suku bunga kredit dan simpanan berjangka bergerak turun.
Suku bunga kredit mencapai 13,36% pada Juli 2016, lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 13,38%. Selain itu, suku bunga simpanan berjangka tenor 1,3, 6, 12 dan 24 bulan turun dari 6,80%, 7,00%, 7,75%, 7,81%, dan 9,16% pada Juni 2016 menjadi 6,66%, 6,98%, 7,53%, 7,71%, dan 9,07%.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, dengan adanya penyempurnaan kembali ketentuan mengenai Rasio Loan to Value (LTV) untuk Kredit Properti serta Rasio Financing to Value (FTV) untuk Pembiayaan Properti, dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor, maka diharapkan akan ada pertumbuhan kredit yang cukup baik di paruh kedua tahun 2016.
"Kami lihat bahwa pertumbuhan kredit di akhir tahun ini di kisaran 7%-9%," tambah dia.
Bank Indonesia pun meyakini pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang dilakukan serta implementasi UU Pengampunan Pajak dapat meningkatkan pertumbuhan kredit guna mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan.
Direktur Eksekuti Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara mengatakan, perlambatan pertumbuhan kredit terjadi pada seluruh golongan debitur. "Berdasarkan jenis penggunaan, perlambatan kredit terjadi pada Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI)," kata Tirta di Jakarta, Senin (5/9/2016).
Sementara KMK dan KI masing-masing tercatat sebesar Rp1.932,3 triliun dan Rp1.049,6 triliun atau tumbuh sebesar 5,8% (yoy) dan 10,9% (yoy), tapi lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,8% (yoy) dan 12,1% (yoy). Dia menerangkan sektor yang mengalami perlambatan dalam bentuk KMK dan KI yaitu sektor industri pengolahan dan konstruksi.
Pertumbuhan kredit yang disalurkan kepada sektor Industri pengolahan untuk jenis penggunaan KMK dan KI masing-masing tumbuh melambat dari 2,7% (yoy) dan 11,2% (yoy) pada Juni 2016 menjadi 2,3% (yoy) dan 9,7% (yoy) pada Juli 2016.
(Baca Juga: BI Akui Laju Pertumbuhan Kredit Melambat)
Selain itu, penyaluran kredit konstruksi untuk jenis KMK dan investasi juga tumbuh melambat menjadi sebesar 16,8% (yoy) dan 15,4% (yoy) pada Juli 2016, lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,2% (yoy) dan 18,1% (yoy).
Sedangkan pertumbuhan kredit yang masih terbatas juga terjadi pada kredit yang disalurkan bank umum untuk sektor UMKM. Posisi kredit UMKM yang disalurkan bank umum pada Juli 2016 tercatat sebesar Rp765,1 triliun atau tumbuh sebesar 8,0% (yoy), lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,0% (yoy).
Berdasarkan skala usahanya lanjut Tirta, pertumbuhan kredit untuk skala usaha mikro dan menengah tumbuh melambat dari 16,1% (yoy) dan 2,8% (yoy) menjadi 14,4% (yoy) dan 1,6% (yoy) pada Juli 2016. Sementara itu, kredit UMKM untuk skala usaha kecil tumbuh stabil sebesar 14,3% (yoy) pada Juli 2016.
Sejalan dengan pertumbuhan kredit UMKM, pertumbuhan kredit pada sektor properti juga mengalami perlambatan. Posisi kredit properti pada Juli 2016 tercatat sebesar Rp663,1 triliun atau tumbuh sebesar 12,1% (yoy), lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,5% (yoy).
"Perlambatan tersebut terjadi pada kredit KPR dan KPA, konstruksi, dan real estate yang masing-masing tumbuh dari 8,0% (yoy), 17,9% (yoy), dan 25,1% (yoy) menjadi 7,4% (yoy), 15,9% (yoy), dan 21,5% (yoy) pada Juli 2016," ungkapnya.
Di sisi lain, penurunan suku bunga kredit perbankan juga masih berlanjut pada Juli 2016 sejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter. Sejak awal 2016 suku bunga perbankan terus mengalami penurunan secara bertahap. Pada Juli 2016 suku bunga kredit dan simpanan berjangka bergerak turun.
Suku bunga kredit mencapai 13,36% pada Juli 2016, lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 13,38%. Selain itu, suku bunga simpanan berjangka tenor 1,3, 6, 12 dan 24 bulan turun dari 6,80%, 7,00%, 7,75%, 7,81%, dan 9,16% pada Juni 2016 menjadi 6,66%, 6,98%, 7,53%, 7,71%, dan 9,07%.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, dengan adanya penyempurnaan kembali ketentuan mengenai Rasio Loan to Value (LTV) untuk Kredit Properti serta Rasio Financing to Value (FTV) untuk Pembiayaan Properti, dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor, maka diharapkan akan ada pertumbuhan kredit yang cukup baik di paruh kedua tahun 2016.
"Kami lihat bahwa pertumbuhan kredit di akhir tahun ini di kisaran 7%-9%," tambah dia.
Bank Indonesia pun meyakini pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang dilakukan serta implementasi UU Pengampunan Pajak dapat meningkatkan pertumbuhan kredit guna mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan.
(akr)