Kondisi Ekonomi Indonesia Kurang Menguntungkan
A
A
A
SUKOHARJO - CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) mengemukakan, dalam persaingan global kondisi ekonomi Indonesia saat ini kurang menguntungkan. Pertama, minyak sudah tidak bisa lagi diandalkan. Kedua, industri sudah tidak kompetitif, bahkan Indonesia sudah menjadi negara konsumtif.
Menurutnya, harga komoditas semakin rendah karena perlambatan ekonomi. "Jadi, sebetulnya kekutaan ekonomi kita saat ini rapuh. Akibatnya pemerintah berusaha menarik investasi sebesar-besarnya," ujar HT, saat memberikan kuliah umum di hadapan siswa SMK/SMA dan mahasiswa Akademi Teknologi Warga (ATW) Surakarta, Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (6/9/2016).
Terkait pajak, lanjut dia, pemerintah berusaha meningkatkannya meski tidak gampang. Situasi ini karena ekonomi Indonesia tergantung pada sekelompok masyarakat. Hal itu bisa terjadi karena adanya masalah kesenjangan sosial. Baik itu dari sisi kesejahteraan masyarakat hingga laju pembangunan di daerah.
"Kondisi perkotaan dan daerah sangat jomplang. Pembayar pajak di Indonesia sedikit dan yang paling banyak berada di kota-kota besar," katanya.
HT mengungkapkan, dari 514 kabupaten/kota yang ada hanya sekitar 10-20 daerah yang sudah terbangun dengan baik. Untuk itu, perlu ditekankan jika tidak membangun daerah dan hanya terpusat di kota-kota besar, 100 tahun Indonesia merdeka masyarakat tidak merasakan.
Ketika berada di kota-kota besar, kata HT, akan banyak dijumpai gedung-gedung bertingkat. Tapi, begitu keluar kota kondisinya sangat berbeda. Kesenjangan sosial sangat terlihat karena pembangunan terpusat di kota-kota besar.
"Ini yang terjadi saat ini. Kalau ingin bersaing di ekonomi global, kita harus mampu memacu pertumbuhan pembangunan di daerah-daerah. Itulah mengapa generasi muda harus dimotivasi agar tumbuh dan maju serta ikut mengangkat daerah sehingga pemerataan terjadi," ujarnya.
Menurutnya, harga komoditas semakin rendah karena perlambatan ekonomi. "Jadi, sebetulnya kekutaan ekonomi kita saat ini rapuh. Akibatnya pemerintah berusaha menarik investasi sebesar-besarnya," ujar HT, saat memberikan kuliah umum di hadapan siswa SMK/SMA dan mahasiswa Akademi Teknologi Warga (ATW) Surakarta, Sukoharjo, Jawa Tengah, Selasa (6/9/2016).
Terkait pajak, lanjut dia, pemerintah berusaha meningkatkannya meski tidak gampang. Situasi ini karena ekonomi Indonesia tergantung pada sekelompok masyarakat. Hal itu bisa terjadi karena adanya masalah kesenjangan sosial. Baik itu dari sisi kesejahteraan masyarakat hingga laju pembangunan di daerah.
"Kondisi perkotaan dan daerah sangat jomplang. Pembayar pajak di Indonesia sedikit dan yang paling banyak berada di kota-kota besar," katanya.
HT mengungkapkan, dari 514 kabupaten/kota yang ada hanya sekitar 10-20 daerah yang sudah terbangun dengan baik. Untuk itu, perlu ditekankan jika tidak membangun daerah dan hanya terpusat di kota-kota besar, 100 tahun Indonesia merdeka masyarakat tidak merasakan.
Ketika berada di kota-kota besar, kata HT, akan banyak dijumpai gedung-gedung bertingkat. Tapi, begitu keluar kota kondisinya sangat berbeda. Kesenjangan sosial sangat terlihat karena pembangunan terpusat di kota-kota besar.
"Ini yang terjadi saat ini. Kalau ingin bersaing di ekonomi global, kita harus mampu memacu pertumbuhan pembangunan di daerah-daerah. Itulah mengapa generasi muda harus dimotivasi agar tumbuh dan maju serta ikut mengangkat daerah sehingga pemerataan terjadi," ujarnya.
(dmd)