JISDOR: Rupiah Terdepresiasi 33 Poin ke Rp13.131
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD), pada perdagangan di pasar spot, Senin (19/9/2016) dibuka melesu 8 poin atau 0,06% ke level Rp13.163/USD.
Sebelumnya, pada akhir pekan lalu, Jumat (16/9), mata uang Garuda sempat mengepak sayap hingga 20 poin atau 0,15% ke level Rp13.155/USD.
Melansir Bloomberg pada hari ini, kurs rupiah juga dibuka melemah terhadap USD, yaitu turun 6 poin atau 0,05% ke level Rp13.161/USD. Rupiah hari ini diperkirakan berada di kisaran Rp13.144-Rp13.178/USD.
Data Sindonews dari Limas, Senin (19/9), rupiah diperdagangkan menguat ke level Rp13.102/USD, dimana pada pekan lalu, berada di posisi Rp13.155/USD.
Dan data dari kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah hari ini dipatok Rp13.164/USD. Alias terdepresiasi 0,25% atau 33 poin dari posisi Rp13.131/USD pada akhir pekan lalu.
Lesunya mata yang kita dipicu oleh menguatnya indeks USD setelah data inflasi AS yang naik melebihi ekspektasi. Melansir Reuters, Senin (19/9), greenback menguat terhadap sekeranjang mata uang dunia, imbas dari kenaikan data inflasi AS, yang melebihi ekspektasi.
Indeks USD diperdagangkan di 95,984 DXY, setelah naik sampai setinggi 96,108 pada hari Jumat, level terkuat sejak 1 September 2016.
Adapun Euro tetap stabil di USD1,1160 EUR, setelah menyentuh ke level rendah USD1,1149 sebelumnya, level terendah sejak 6 September. Terhadap yen, USD melemah 0,1% menjadi 102,20 ¥ JPY. kondisi perdagangan yen cenderung lebih tipis dari biasanya, dengan pasar keuangan Jepang ditutup untuk libur publik.
Hal ini membuat The Fed (bank Sentral AS) akan mengadakan pertemuan pada esok, 20-21 September 2016. Pertemuan ini membahas apakah The Fed akan jadi menjatuhkan palu untuk menaikkan suku bunga pada tahun ini.
Namun salah satu petinggi The Fed, Lael Brainard mengatakan bahwa kebijakan suku bunga rendah di negara maju bisa membuat Amerika Serikat lebih rentan terhadap lonjakan nilai dolar yang bisa memberikan tekanan ke bawah pada inflasi.
Sebelumnya, pada akhir pekan lalu, Jumat (16/9), mata uang Garuda sempat mengepak sayap hingga 20 poin atau 0,15% ke level Rp13.155/USD.
Melansir Bloomberg pada hari ini, kurs rupiah juga dibuka melemah terhadap USD, yaitu turun 6 poin atau 0,05% ke level Rp13.161/USD. Rupiah hari ini diperkirakan berada di kisaran Rp13.144-Rp13.178/USD.
Data Sindonews dari Limas, Senin (19/9), rupiah diperdagangkan menguat ke level Rp13.102/USD, dimana pada pekan lalu, berada di posisi Rp13.155/USD.
Dan data dari kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah hari ini dipatok Rp13.164/USD. Alias terdepresiasi 0,25% atau 33 poin dari posisi Rp13.131/USD pada akhir pekan lalu.
Lesunya mata yang kita dipicu oleh menguatnya indeks USD setelah data inflasi AS yang naik melebihi ekspektasi. Melansir Reuters, Senin (19/9), greenback menguat terhadap sekeranjang mata uang dunia, imbas dari kenaikan data inflasi AS, yang melebihi ekspektasi.
Indeks USD diperdagangkan di 95,984 DXY, setelah naik sampai setinggi 96,108 pada hari Jumat, level terkuat sejak 1 September 2016.
Adapun Euro tetap stabil di USD1,1160 EUR, setelah menyentuh ke level rendah USD1,1149 sebelumnya, level terendah sejak 6 September. Terhadap yen, USD melemah 0,1% menjadi 102,20 ¥ JPY. kondisi perdagangan yen cenderung lebih tipis dari biasanya, dengan pasar keuangan Jepang ditutup untuk libur publik.
Hal ini membuat The Fed (bank Sentral AS) akan mengadakan pertemuan pada esok, 20-21 September 2016. Pertemuan ini membahas apakah The Fed akan jadi menjatuhkan palu untuk menaikkan suku bunga pada tahun ini.
Namun salah satu petinggi The Fed, Lael Brainard mengatakan bahwa kebijakan suku bunga rendah di negara maju bisa membuat Amerika Serikat lebih rentan terhadap lonjakan nilai dolar yang bisa memberikan tekanan ke bawah pada inflasi.
(ven)