Urai Dwelling Time, Luhut Minta Dry Port Tingkatkan Kapasitas
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mendesak Cikarang Dry Port (CDP) menaikkan kapasitas daya tampung yang kini berada di kisaran 60,000-70,000 TEU's. Hal ini untuk mengurai masalah waktu bongkar muat barang di pelabuhan (dwelling time) sehingga mampu bersaing dengan pelabuhan-pelabuhan besar baik di tingkat regional maupun internasional.
"Target pertumbuhan ekonomi kita 6-7 %, yang akan membuat pertumbuhan volume perdagangan kita semakin cepat, yang membutuhkan kapasitas pelabuhan yang lebih besar lagi. Tanjung Priok yang saat ini memiliki kapasitas sekitar 3 juta TEU's kita targetkan untuk dapat dinaikkan menjadi 16 juta TEU's. Singapura sekarang kapasitasnya sekitar 32 juta," ujar Menko Luhut saat berkunjung ke Cikarang Dry Port (CDP, Rabu (21/9/2016).
Dia menyayangkan kapasitas yang digunakan saat ini masih jauh dibawah kemampuan CDP. Kepada pucuk pimpinan CDP, Luhut meminta agar mereka segera mengindentifikasi permasalahan yang selama ini menghambat mereka untuk bisa menambah kapasitas, dan Menteri Luhut akan membahasnya dengan kementerian terkait.
"Persoalan yang terlihat saat ini seperti regulasi, langsir kereta, tata ruang,dan perpanjangan rel kereta dan lain-lain akan kami bicarakan. Anda yang berada di lapangan dan regulator yang di atas, kita harus berdialog. Kita bisa menjalankan kebijakan untuk mengoptimalkan dry port selama satu tahun, lalu setelah satu tahun kita evaluasi dan kita lakukan perbaikan agar kebijakannya dapat diimplementasikan secara lebih baik," ujarnya kepada pihak CDP.
Dalam pertemuan itu Menteri Luhut menyampaikan keinginannya agar CDP bisa mempersingkat waktu dwelling time menjadi dua hari dari saat ini yang masih sekitar tiga hari.
"Saya mendukung pengembangan dry port, termasuk menambah jumlah dry port yang ada, agar dwelling time dan biaya logistik dapat turun secara signifikan," kata Menko Luhut.
Menurutnya, di pulau Jawa saja sekarang memerlukan sekitar lima dry port untuk menurunkan biaya logistik. "Penurunan dwelling time akan menurunkan biaya logistik, yang pada akhirnya akan menigkatkan daya saing industri kita, baik di dalam maupun di luar negeri," ujar Luhut.
"Target pertumbuhan ekonomi kita 6-7 %, yang akan membuat pertumbuhan volume perdagangan kita semakin cepat, yang membutuhkan kapasitas pelabuhan yang lebih besar lagi. Tanjung Priok yang saat ini memiliki kapasitas sekitar 3 juta TEU's kita targetkan untuk dapat dinaikkan menjadi 16 juta TEU's. Singapura sekarang kapasitasnya sekitar 32 juta," ujar Menko Luhut saat berkunjung ke Cikarang Dry Port (CDP, Rabu (21/9/2016).
Dia menyayangkan kapasitas yang digunakan saat ini masih jauh dibawah kemampuan CDP. Kepada pucuk pimpinan CDP, Luhut meminta agar mereka segera mengindentifikasi permasalahan yang selama ini menghambat mereka untuk bisa menambah kapasitas, dan Menteri Luhut akan membahasnya dengan kementerian terkait.
"Persoalan yang terlihat saat ini seperti regulasi, langsir kereta, tata ruang,dan perpanjangan rel kereta dan lain-lain akan kami bicarakan. Anda yang berada di lapangan dan regulator yang di atas, kita harus berdialog. Kita bisa menjalankan kebijakan untuk mengoptimalkan dry port selama satu tahun, lalu setelah satu tahun kita evaluasi dan kita lakukan perbaikan agar kebijakannya dapat diimplementasikan secara lebih baik," ujarnya kepada pihak CDP.
Dalam pertemuan itu Menteri Luhut menyampaikan keinginannya agar CDP bisa mempersingkat waktu dwelling time menjadi dua hari dari saat ini yang masih sekitar tiga hari.
"Saya mendukung pengembangan dry port, termasuk menambah jumlah dry port yang ada, agar dwelling time dan biaya logistik dapat turun secara signifikan," kata Menko Luhut.
Menurutnya, di pulau Jawa saja sekarang memerlukan sekitar lima dry port untuk menurunkan biaya logistik. "Penurunan dwelling time akan menurunkan biaya logistik, yang pada akhirnya akan menigkatkan daya saing industri kita, baik di dalam maupun di luar negeri," ujar Luhut.
(dmd)