Harga Gas Industri di Sumut Bisa di Bawah USD10
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan harga gas industri di wilayah Sumatera Utara (Sumut) bisa turun di bawah USD10 per MMBTU. Selama ini, harga gas di wilayah tersebut cukup tinggi mencapai USD13 per MMBTU.
Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Kementerian BUMN Edwin Hidayat Abdullah mengatakan, sejatiya harga gas di Indonesia tidak terlalu buruk. Hanya saja, di beberapa daerah seperti Sumatera Utara memang masih harus diturunkan.
"Indonesia enggak jelek-jelek banget harga gas. Ada beberapa di Sumut yang masih bisa diefisienkan lebih murah. Cuma nanti perhitungannya belum dirilis. Dulu kan masih USD13 ya, sekarang kita bisa turun di bawah USD10," katanya di Gedung Kemenko bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (4/10/2016).
Edwin menuturkan, harga gas industri di wilayah Indonesia tidak bisa dipukul rata. Sebab, penentuan harga juga memperhitungkan ongkos produksi serta metode yang digunakan untuk mendapatkan gas tersebut.
"Enggak bisa rata ya, kan ada yang pakai LNG, tapi ini yang kita upayakan supaya bisa lebih baik harganya. Kan harga gas di setiap region berbeda-beda. Enggak bisa dipatok, ada yang sudah murah ada yang masih mahal," imbuhnya.
Menurut dia, penurunan harga gas bisa lebih besar jika teknologi yang digunakan adalah liquified natural Gas (LNG). "Kan itu (LNG) dihitungnya landed place, ada yang dari gas pipa, Ini kan beda-beda. Kita lagi menyelaraskan satu-satu, enggak bisa dihitung secara keseluruhan. Jadi per daerah. Ini kita coba. Kalau di Jawa sekitar USD8, karena yang ekstrem harganya di Sumut," tandas dia.
Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Kementerian BUMN Edwin Hidayat Abdullah mengatakan, sejatiya harga gas di Indonesia tidak terlalu buruk. Hanya saja, di beberapa daerah seperti Sumatera Utara memang masih harus diturunkan.
"Indonesia enggak jelek-jelek banget harga gas. Ada beberapa di Sumut yang masih bisa diefisienkan lebih murah. Cuma nanti perhitungannya belum dirilis. Dulu kan masih USD13 ya, sekarang kita bisa turun di bawah USD10," katanya di Gedung Kemenko bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (4/10/2016).
Edwin menuturkan, harga gas industri di wilayah Indonesia tidak bisa dipukul rata. Sebab, penentuan harga juga memperhitungkan ongkos produksi serta metode yang digunakan untuk mendapatkan gas tersebut.
"Enggak bisa rata ya, kan ada yang pakai LNG, tapi ini yang kita upayakan supaya bisa lebih baik harganya. Kan harga gas di setiap region berbeda-beda. Enggak bisa dipatok, ada yang sudah murah ada yang masih mahal," imbuhnya.
Menurut dia, penurunan harga gas bisa lebih besar jika teknologi yang digunakan adalah liquified natural Gas (LNG). "Kan itu (LNG) dihitungnya landed place, ada yang dari gas pipa, Ini kan beda-beda. Kita lagi menyelaraskan satu-satu, enggak bisa dihitung secara keseluruhan. Jadi per daerah. Ini kita coba. Kalau di Jawa sekitar USD8, karena yang ekstrem harganya di Sumut," tandas dia.
(izz)