Kereta Berbahan Bakar LNG Diuji Coba KAI dan Pertamina
A
A
A
YOGYAKARTA - PT Pertamina (Persero) dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) mulai melakukan uji coba kereta api berbahan bakar LNG di Balai Yasa Yogyakarta. Uji coba ini merupakan puncak dari penelitian dan pengembangan dalam penyediaan bahan bakar alternatif pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM).
(Baca Juga: Pertamina Siap Pasok Bahan Bakar untuk Kereta Api)
Kepala Badan Litbang Kementerian Energi Sumber Daya Manusia (ESDM) F. X. Sutijastoto mengatakan, sudah sejak beberapa tahun terakhir memerintahkan kepada KAI untuk melakukan riset dan pengembangan teknologi. Menurutnya uji coba penggunaan LNG sebagai operasional Kereta Api merupakan yang pertama kalinya di Asia.
Lebih lanjut dia menerangkan kegiatan ini merupakan bagian dari program konversi penggunaan High Speed Diesel (HSD) menjadi Liquified Natural Gas (LNG) dalam operasional Kereta Api dan sebagai upaya dukungan kedua BUMN tersebut dalam mendorong pemanfaatan LNG untuk transportasi. “Ini bagian dari amanah Undang-undang (UU) energi,” ucap dia, Selasa (11/10/2016).
Sutijastoto menambahkan sinergi ini merupakan tindak lanjut dari kesepakatan kedua perusahaan yang dilaksanakan pada 28 Agustus 2015 lalu, dimana kerja sama tersebut meliputi berbagai bidang salah satunya program konversi penggunaan HSD menjadi LNG. Sejak kerja sama tersebut, KAI menindaklanjuti dengan studi dan riset bersama dan melalui uji statis, dinamis Kereta Pembangkit di Balai Yasa Yogyakarta pada tahun ini.
Dia menambahkan program diversifikasi penggunaan BBM ke LNG untuk transportasi ini telah sesuai dengan UU No 30 tahun 2007 tentang Energi yang mengamanatkan perlunya diversifikasi untuk pengurangan penggunaan minyak bumi. Dengan penggunaan LNG, pihaknya memproyeksikan konversi ini akan memberikan penghematan belanja BBM serta lebih ramah lingkungan.
“Jika pilot project ini sukses maka perseroan akan menjual LNG untuk kereta api, secara komersial pada April 2018,” paparnya.
Menurut dia sesuai dengan amanah UU, Pertamina telah berusaha melakukan konversi bahan bakar dengan melakukan uji coba pertama kali kepada truk-truk tambang di luar Pulau Jawa. Setelah itu, Pertamina sudah menjalin kerja sama dengan PT KAI untuk mengkonversi diesel bertenaga gas menjadi tenaga LNG.
Setelah kereta, dia menerangkan kegiatan konversi BBM ke gas akan secara pararel dilakukan untuk transportasi dan akan menyasar moda transportasi umum darat lain yaitu bus. “Sekarang masih 73% transportasi umum yang menggunakan BBM. Padahal amanahnya adalah 20% yang menggunakan BBM,” paparnya.
Sementara Executive Vice President Unit Pelayanan Terpadu Balai Yasa Yogyakarta Eko Purwanto mengatakan, setelah melalui beberapa penelitian dan pengembangan, pihaknya berhasil melakukan rekayasa kereta berbahan bakar minyak menjadi LNG. Kereta tersebut mulai diujicoba untuk bisa mendapatkan hasil yang maksimal.
Untuk tahap awal, memang baru diterapkan pada kereta pembangkit yang mensupplai kebutuhan listrik di setiap rangkaian gerbong. Namun ke depan, pihaknya juga akan melakukan modifikasi lokomotif penarik kereta untuk bisa menerapkan tehnologi yang lebih murah ini. “Secara resmi nanti akan kita terapkan April 2018. Karena bisa hemat 50% penggunaan bahan bakarnya, ”tuturnya.
(Baca Juga: Pertamina Siap Pasok Bahan Bakar untuk Kereta Api)
Kepala Badan Litbang Kementerian Energi Sumber Daya Manusia (ESDM) F. X. Sutijastoto mengatakan, sudah sejak beberapa tahun terakhir memerintahkan kepada KAI untuk melakukan riset dan pengembangan teknologi. Menurutnya uji coba penggunaan LNG sebagai operasional Kereta Api merupakan yang pertama kalinya di Asia.
Lebih lanjut dia menerangkan kegiatan ini merupakan bagian dari program konversi penggunaan High Speed Diesel (HSD) menjadi Liquified Natural Gas (LNG) dalam operasional Kereta Api dan sebagai upaya dukungan kedua BUMN tersebut dalam mendorong pemanfaatan LNG untuk transportasi. “Ini bagian dari amanah Undang-undang (UU) energi,” ucap dia, Selasa (11/10/2016).
Sutijastoto menambahkan sinergi ini merupakan tindak lanjut dari kesepakatan kedua perusahaan yang dilaksanakan pada 28 Agustus 2015 lalu, dimana kerja sama tersebut meliputi berbagai bidang salah satunya program konversi penggunaan HSD menjadi LNG. Sejak kerja sama tersebut, KAI menindaklanjuti dengan studi dan riset bersama dan melalui uji statis, dinamis Kereta Pembangkit di Balai Yasa Yogyakarta pada tahun ini.
Dia menambahkan program diversifikasi penggunaan BBM ke LNG untuk transportasi ini telah sesuai dengan UU No 30 tahun 2007 tentang Energi yang mengamanatkan perlunya diversifikasi untuk pengurangan penggunaan minyak bumi. Dengan penggunaan LNG, pihaknya memproyeksikan konversi ini akan memberikan penghematan belanja BBM serta lebih ramah lingkungan.
“Jika pilot project ini sukses maka perseroan akan menjual LNG untuk kereta api, secara komersial pada April 2018,” paparnya.
Menurut dia sesuai dengan amanah UU, Pertamina telah berusaha melakukan konversi bahan bakar dengan melakukan uji coba pertama kali kepada truk-truk tambang di luar Pulau Jawa. Setelah itu, Pertamina sudah menjalin kerja sama dengan PT KAI untuk mengkonversi diesel bertenaga gas menjadi tenaga LNG.
Setelah kereta, dia menerangkan kegiatan konversi BBM ke gas akan secara pararel dilakukan untuk transportasi dan akan menyasar moda transportasi umum darat lain yaitu bus. “Sekarang masih 73% transportasi umum yang menggunakan BBM. Padahal amanahnya adalah 20% yang menggunakan BBM,” paparnya.
Sementara Executive Vice President Unit Pelayanan Terpadu Balai Yasa Yogyakarta Eko Purwanto mengatakan, setelah melalui beberapa penelitian dan pengembangan, pihaknya berhasil melakukan rekayasa kereta berbahan bakar minyak menjadi LNG. Kereta tersebut mulai diujicoba untuk bisa mendapatkan hasil yang maksimal.
Untuk tahap awal, memang baru diterapkan pada kereta pembangkit yang mensupplai kebutuhan listrik di setiap rangkaian gerbong. Namun ke depan, pihaknya juga akan melakukan modifikasi lokomotif penarik kereta untuk bisa menerapkan tehnologi yang lebih murah ini. “Secara resmi nanti akan kita terapkan April 2018. Karena bisa hemat 50% penggunaan bahan bakarnya, ”tuturnya.
(akr)