Tahun Ini Industri Jamu Tumbuh Melambat
A
A
A
SEMARANG - Kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih di tahun 2016 ini, cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan industri jamu di Indonesia. Industri jamu diproyeksikan hanya mengalami pertumbuhan sekitar Rp3 triliun.
Ketua Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia (GP Jamu) Jawa Tengah, Nyoto Wardoyo mengatakan, kondisi pasar industri jamu di Jawa Tengah pada 2016 ini tidak sebaik tahun lalu. Meski mengalami pertumbuhan namun tidak sebesar tahun sebelumnya.
"Pertumbuhan yang sedikit melambat ini disebabkan karena pengaruh ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih. Sehingga kondisi demikian berimbas pula pada permintaan jamu di pasar dunia," katanya Kamis (20/10/2016).
Sampai akhir tahun 2016 nanti, industri jamu Tanah Air diproyeksikan omzetnya berkisar Rp20 triliun. Jumlah tersebut tumbuh tipis dibanding pencapaian tahun lalu yang sebesar Rp17 triliun.
Khusus di wilayah Jawa Tengah sendiri, sampai saat ini masih menjadi barometer obat tradisional di Indonesia. Pangsa pasar industri jamu di provinsi ini mencapai 60% terhadap nasional. Negara-negara tujuan ekspor jamu paling banyak adalah ke Arab, Hongkong, Thailand dan negara-negara di Asia. Saat ini juga sudah merambah Eropa Timur. Sedangkan produk yang memberikan kontribusi penjualan ekspor paling banyak adalah jamu pegel linu, masuk angin, dan pelangsing.
Dijelaskannya, saat ini market share industri Jamu nasional terhadap ekspor baru mencapai 15-20%. "Sampai saat ini ada sekitar 252 industri baik skala besar maupun UKM yang tergabung dalam GP Jamu Jateng. Dan sudah ada beberapa perusahaan yang berorientasi ekspor, satu diantaranya PT Sido Muncul," imbuhnya.
Tambah dia, saat ini yang masih menjadi kendala industri jamu adalah masalah bahan baku. Meski Indonesia memiliki bahan baku melimpah, namun di musim-musim tertentu kesulitan mendapatkan bahan baku produksi.
Oleh sebab itu, GP Jamu ingin menginisiasi pembangunan gudang bahan baku agar dapat menyerap hasil panen petani. "Dengan adanya gudang, selain bisa menyerap hasil panen petani juga untuk menjaga ketersediaan pasokan bahan baku," katanya.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendorong para pelaku usaha jamu di Jateng untuk terus meningkatkan kualitas produksinya dan menambah keanekaragaman produk, supaya mampu meningkatkan daya saing di kancah pasar global.
"Diversifikasi produk dan inovasi menjadi hal penting agar bisa masuk ke pasar modern. Selain melakukan inovasi produk, para pelaku usaha industri jamu untuk menjaga kualitas dan meningkatkan kualitas produk," pesannya.
Ketua Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia (GP Jamu) Jawa Tengah, Nyoto Wardoyo mengatakan, kondisi pasar industri jamu di Jawa Tengah pada 2016 ini tidak sebaik tahun lalu. Meski mengalami pertumbuhan namun tidak sebesar tahun sebelumnya.
"Pertumbuhan yang sedikit melambat ini disebabkan karena pengaruh ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih. Sehingga kondisi demikian berimbas pula pada permintaan jamu di pasar dunia," katanya Kamis (20/10/2016).
Sampai akhir tahun 2016 nanti, industri jamu Tanah Air diproyeksikan omzetnya berkisar Rp20 triliun. Jumlah tersebut tumbuh tipis dibanding pencapaian tahun lalu yang sebesar Rp17 triliun.
Khusus di wilayah Jawa Tengah sendiri, sampai saat ini masih menjadi barometer obat tradisional di Indonesia. Pangsa pasar industri jamu di provinsi ini mencapai 60% terhadap nasional. Negara-negara tujuan ekspor jamu paling banyak adalah ke Arab, Hongkong, Thailand dan negara-negara di Asia. Saat ini juga sudah merambah Eropa Timur. Sedangkan produk yang memberikan kontribusi penjualan ekspor paling banyak adalah jamu pegel linu, masuk angin, dan pelangsing.
Dijelaskannya, saat ini market share industri Jamu nasional terhadap ekspor baru mencapai 15-20%. "Sampai saat ini ada sekitar 252 industri baik skala besar maupun UKM yang tergabung dalam GP Jamu Jateng. Dan sudah ada beberapa perusahaan yang berorientasi ekspor, satu diantaranya PT Sido Muncul," imbuhnya.
Tambah dia, saat ini yang masih menjadi kendala industri jamu adalah masalah bahan baku. Meski Indonesia memiliki bahan baku melimpah, namun di musim-musim tertentu kesulitan mendapatkan bahan baku produksi.
Oleh sebab itu, GP Jamu ingin menginisiasi pembangunan gudang bahan baku agar dapat menyerap hasil panen petani. "Dengan adanya gudang, selain bisa menyerap hasil panen petani juga untuk menjaga ketersediaan pasokan bahan baku," katanya.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendorong para pelaku usaha jamu di Jateng untuk terus meningkatkan kualitas produksinya dan menambah keanekaragaman produk, supaya mampu meningkatkan daya saing di kancah pasar global.
"Diversifikasi produk dan inovasi menjadi hal penting agar bisa masuk ke pasar modern. Selain melakukan inovasi produk, para pelaku usaha industri jamu untuk menjaga kualitas dan meningkatkan kualitas produk," pesannya.
(ven)