Tax Amnesty Diharapkan Mendorong Industri Manufaktur

Senin, 24 Oktober 2016 - 22:54 WIB
Tax Amnesty Diharapkan Mendorong Industri Manufaktur
Tax Amnesty Diharapkan Mendorong Industri Manufaktur
A A A
JAKARTA - Program pengampunan pajak (tax amnesty) yang dijalankan pemerintah diharapkan meningkatkan perkembangan bisnis di sektor properti, yang akhirnya ikut mendorong industri manufaktur seperti PT Mitsubishi Jaya Elevator and Escalator (MJEE).

“Bisnis kami sangat bergantung pada pasar properti. Tahun lalu saat bisnis properti melesu, bisnis kami pun stagnan. Tahun ini ekonomi mulai bergerak lagi, ada optimisme dari program tax amnesty, dimana proyek-proyek yang tahun lalu berhenti mulai jalan lagi,” kata Presiden Direktur PT MJEE Christian Satrya di Jakarta, Senin (24/10/2016).

Christian mengungkapkan, kondisi bisnis tahun lalu cukup berat dimana produksi turun hingga 30%, padahal saat itu pabrik kedua baru saja diselesaikan. “Ini terjadi karena memang berkurangnya kegiatan di market,” ujar Christian.

Tercatat total produksi MJEE pada tahun lalu hanya mencapai 500 unit, jauh lebih rendah dibandingkan produksi 2014 yang mencapai 700 unit. Sementara tahun ini diharapkan bisa meningkat menjadi 600-650 unit. “Memang belum sebaik tahun 2014, tapi setidaknya lebih baik dibanding 2015,” jelas Christian.

Dia pun berharap pemerintah mampu menjaga pertumbuhan, dengan program-program yang ada, salah satunya melalui tax amnesty. “Mudah-mudahan hasil tax amnesty bisa digunakan sebagai modal. Jika tidak, momentum ini hanya terjadi satu kali saja. Ini harus dikembangkan menjadi bola salju utuk membangun ekonomi. Optimisme pasar harus terus ditumbuhkembangkan,” paparnya.

Pada tahun depan, pabrik terbaru MJEE bisa beroperasi 100%, sehingga kapasitas produksi bisa ditingkatkan sebanyak 50% dibanding tahun ini. “Untuk gedung pabrik sudah diselesaikan dan sebagian besar peralatan sudah kami realisasikan, juga tinggal beberapa mesin. Jadi sekarang perkembangannya sudah mencapai 70%, dan tahun depan pabrik kedua ini sudah komplet 100%,” katanya.

Dengan peningkatan kapasitas ini, penggunaan komponen lokal juga mengalami peningkatan, dari 20% saat ini menjadi 30%. Dari sisi kebijakan lainnya, Christian juga berharap pemerintah mampu mensinergikan kebijakan di bidang perdagangan dan industri. Menurut pengamatannya, saat ini aturan perdagangan jauh lebih kuat dari perindustrian.

“Aturan di bidang perdagangan terkait dengan kerja sama luar negeri banyak memberikan kebebasan, sementara di sisi perindustrian justru belum cukup banyak stimulasi. Dampaknya, barang impor diuntungkan dibanding barang diproduksi di dalam negeri,” jelasnya.

Mahalnya biaya produksi dalam negeri, kata dia, karena tingginya biaya ekonomi seperti biaya logistik, biaya energi yakni listrik dan gas, tenaga kerja, dan lainnya. Ia berharap hal ini mendapat perhatian serius dari pemerintah. Menurutnya, Indonesia bisa belajar banyak dari Thailand dalam memajukan industri dalam negeri mereka.

Menneg PPN/Kepala Bappenas Bambang PS Brodjonegoro di kesempatan yang sama mengatakan, pemberlakuan tax amnesty membuat industri properti mulai tumbuh tahun ini. Hal ini akan mendorong industri lainnya untuk tumbuh. ''Masyarakat Indonesia mulai shifting dari tinggal di landed house kini ke apartemen. Ini tentu akan membuat industri pendukung properti juga ikut tumbuh termasuk industri manufaktur elevator dan eskalator,''ungkapnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6258 seconds (0.1#10.140)