Harga Rumah Bersubsidi Diusulkan Rp135 Juta
A
A
A
SEMARANG - Harga jual rumah bersubsidi pada tahun 2017 mendatang diusulkan naik dari tahun ini, yang semula Rp116,5 juta menjadi Rp135 juta. Usualan kenaikan tersebut dianggap relevan dengan kondisi pasar dan sudah disesuaikan dengan kenaikan harga tanah dan bahan bangunan.
Wakil Ketua DPD Realestat Indonesia (REI) Jawa Tengah bidang Perumahan Rakyat, Andi Kurniwan mengaku, usulan kenaikan harga rumah bersubsidi sudah disampaikan kepada REI Pusat dengan harapan segera disampaikan kepada pemerintah.
Dia mengaku, dengan harga jual rumah bersubsidi saat ini sebesar Rp116,5 juta membuat pengembang tidak bisa berbuat banyak. Pasalnya untuk mendapatkan harga tanah di bawah Rp100 ribu per meter sudah sangat sulit diraih.
Akibatnya, kata dia, saat ini banyak pengembang perumahan bersubsidi beralih ke perumahan kelas menengah, karena dinilai lebih relalistis dan harga jualnya lebih tinggi. "Kami berharap usulan ini bisa diterima sehingga bisa kembali menumbuhkan semangat teman-teman pengembang," ujarnya, Senin (24/10/2016).
Andi menambahkan, usulan yang diajukan REI Jateng dibuat secara maksimal, mengingat setiap daerah harganya berbeda-beda. "Di Semarang mencari tanah murah sudah sulit tapi belum tentu di daerah lain," katanya.
Pihaknya memprediksi kenaikan harga rumah bersubsidi yang akan disetujui pemerintah berada di kisaran Rp125 juta-Rp127 juta per unit. Jika nanti pemerintah menaikan harga jual, para pengembang pun berkomitmen untuk ikut juga menaikan spesifikasi rumah yang dibangunnya.
Sementara itu untuk terus meningkatkan gairah pembangunan rumah sederhana bersubsidi di Jawa Tengah, REI Jateng mendorong para pengembang wilayah-wilayah yang selama ini kurang agresif untuk meningkatkan produktivitasnya.
Beberapa daerah khususnya kawasan Pantura seperti Brebes, Tegal, Pekalongan sampai Rembang, sampai saat ini masih relatif kurang produktif untuk pembangunan rumah sederhana bersubsidi. "Ini menjadi PR kami. Kendalanya selama ini memang untuk kawasan Pantura memang kurang developer," tandasnya.
Wakil Ketua DPD Realestat Indonesia (REI) Jawa Tengah bidang Perumahan Rakyat, Andi Kurniwan mengaku, usulan kenaikan harga rumah bersubsidi sudah disampaikan kepada REI Pusat dengan harapan segera disampaikan kepada pemerintah.
Dia mengaku, dengan harga jual rumah bersubsidi saat ini sebesar Rp116,5 juta membuat pengembang tidak bisa berbuat banyak. Pasalnya untuk mendapatkan harga tanah di bawah Rp100 ribu per meter sudah sangat sulit diraih.
Akibatnya, kata dia, saat ini banyak pengembang perumahan bersubsidi beralih ke perumahan kelas menengah, karena dinilai lebih relalistis dan harga jualnya lebih tinggi. "Kami berharap usulan ini bisa diterima sehingga bisa kembali menumbuhkan semangat teman-teman pengembang," ujarnya, Senin (24/10/2016).
Andi menambahkan, usulan yang diajukan REI Jateng dibuat secara maksimal, mengingat setiap daerah harganya berbeda-beda. "Di Semarang mencari tanah murah sudah sulit tapi belum tentu di daerah lain," katanya.
Pihaknya memprediksi kenaikan harga rumah bersubsidi yang akan disetujui pemerintah berada di kisaran Rp125 juta-Rp127 juta per unit. Jika nanti pemerintah menaikan harga jual, para pengembang pun berkomitmen untuk ikut juga menaikan spesifikasi rumah yang dibangunnya.
Sementara itu untuk terus meningkatkan gairah pembangunan rumah sederhana bersubsidi di Jawa Tengah, REI Jateng mendorong para pengembang wilayah-wilayah yang selama ini kurang agresif untuk meningkatkan produktivitasnya.
Beberapa daerah khususnya kawasan Pantura seperti Brebes, Tegal, Pekalongan sampai Rembang, sampai saat ini masih relatif kurang produktif untuk pembangunan rumah sederhana bersubsidi. "Ini menjadi PR kami. Kendalanya selama ini memang untuk kawasan Pantura memang kurang developer," tandasnya.
(ven)