Laba Bersih BRI Tembus Rp18,6 Triliun
A
A
A
JAKARTA - Di tengah perlambatan ekonomi global dan belum pulihnya ekonomi domestik, Bank BRI tetap konsisten menjaga kinerja keuangannya tetap sehat dan stabil. Hingga akhir triwulan III 2016, Bank BRI sukses membukukan laba bersih (bank only) sebesar Rp18,6 triliun dengan Earning Per Share (EPS) sebesar 1.006,5.
Faktor utama pendorong raihan laba bersih di triwulan III 2016 ini, diantaranya dari Net Interest Income (NII) yang mencapai Rp48,6 triliun atau tumbuh 16,8% year on year (yoy) dan perolehan Fee Base Income (FBI) yang mencapai Rp6,6 triliun atau tumbuh 25,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Pertumbuhan NII yang mencapai double digit tentunya tak lepas dari kenaikan penyaluran kredit, terjaganya kualitas kredit, dan menurunnya Cost of Fund (CoF) yang disebabkan oleh meningkatnya Dana Pihak Ketiga (DPK) khususnya (Current Account Saving Account/CASA)," ujar Direktur Utama Bank BRI Asmawi Syam di Jakarta, Selasa (25/10/2016).
Sedangkan untuk pertumbuhan FBI yang juga mencapai double digit, didorong oleh meningkatnya fee yang berasal jasa layanan administrasi pinjaman, trade finance, transaksi e-banking, dan jasa perbankan lainnya (non kredit).
Sementara itu, sepanjang triwulan III tahun 2016, pertumbuhan fee based income tercatat sebesar 25,9% yoy menjadi Rp6,6 triliun. Menurut dia, pertumbuhan tersebut didominasi oleh peningkatan fee yang berasal dari jasa administrasi kredit sebesar 113,6% yoy menjadi Rp740 miliar.
"Kemudian diikuti oleh fee yang berasal dari transaksi trade finance yang tumbuh sebesar 58,8% yoy menjadi Rp614 miliar, biaya yang berasal dari transaksi e-banking sebesar Rp1,6 triliun atau tumbuh sebesar 42,2% yoy, dan biaya yang berasal dari jasa kegiatan perbankan lainnya (non kredit)," tandasnya.
Faktor utama pendorong raihan laba bersih di triwulan III 2016 ini, diantaranya dari Net Interest Income (NII) yang mencapai Rp48,6 triliun atau tumbuh 16,8% year on year (yoy) dan perolehan Fee Base Income (FBI) yang mencapai Rp6,6 triliun atau tumbuh 25,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Pertumbuhan NII yang mencapai double digit tentunya tak lepas dari kenaikan penyaluran kredit, terjaganya kualitas kredit, dan menurunnya Cost of Fund (CoF) yang disebabkan oleh meningkatnya Dana Pihak Ketiga (DPK) khususnya (Current Account Saving Account/CASA)," ujar Direktur Utama Bank BRI Asmawi Syam di Jakarta, Selasa (25/10/2016).
Sedangkan untuk pertumbuhan FBI yang juga mencapai double digit, didorong oleh meningkatnya fee yang berasal jasa layanan administrasi pinjaman, trade finance, transaksi e-banking, dan jasa perbankan lainnya (non kredit).
Sementara itu, sepanjang triwulan III tahun 2016, pertumbuhan fee based income tercatat sebesar 25,9% yoy menjadi Rp6,6 triliun. Menurut dia, pertumbuhan tersebut didominasi oleh peningkatan fee yang berasal dari jasa administrasi kredit sebesar 113,6% yoy menjadi Rp740 miliar.
"Kemudian diikuti oleh fee yang berasal dari transaksi trade finance yang tumbuh sebesar 58,8% yoy menjadi Rp614 miliar, biaya yang berasal dari transaksi e-banking sebesar Rp1,6 triliun atau tumbuh sebesar 42,2% yoy, dan biaya yang berasal dari jasa kegiatan perbankan lainnya (non kredit)," tandasnya.
(ven)