Jokowi Cemaskan Proyek Listrik 35 Ribu MW, Ini Respons Dirut PLN
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan perkembangan proyek kelistrikan 35.000 megawatt (MW) berjalan sangat lambat. Bahkan, hingga dua tahun berjalan, realisasinya dianggap masih terlalu kecil.
(Baca Juga: Realisasi Kecil, Jokowi Khawatirkan Proyek Listrik 35.000 MW)
Padahal, proyek prestisius tersebut diharapkan dapat rampung di akhir masa jabatan Jokowi pada 2019 mendatang. Hal ini demi meningkatkan rasio elektrifikasi nasional yang masih terbilang rendah saat ini. Menanggapi hal tersebut, PLN memberikan penjelasan terkait lambannya realisasi megaproyek 35.000 MW tersebut.
Direktur Utama PLN Sofyan Basir membantah bahwa proyek 35.000 MW berjalan lamban. Diyakininya, proyek kebanggaan Jokowi tersebut masih berjalan lancar alias on progress. Saat ini, progressnya sudah mencapai 40%. "Masih (proyek 35.000 MW on track). Makanya kalau nanya sama Dirut PLN. Jangan sama yang lain," katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.
Dari 40% perkembangan tersebut, terang mantan Bos BRI ini, sekitar 4% pembangkit telah mulai beroperasi (commercial operation date/COD). Sebab, membangun pembangkit tidak bisa instan dan membutuhkan waktu tiga hingga empat tahun.
"Tadi yang disebut COD 4%. Lha kalau COD jadi 37% itu aneh bukan main, bikinnya 3-4 tahun, bagaimana bisa jadi setahun. Namanya saya bohong. Kalau jadi 4% ya benar. Kenapa? Karena beli diesel buat daerah terluar dan terpencil," imbuh dia.
Adapun pembangkit yang telah jalan tersebut, diakui Sofyan, adalah yang digarap oleh China. Sebab, China tidak membutuhkan jaminan dari pemerintah sehingga tidak perlu menunggu financial close seperti Jepang.
"Kalau Jepang itu kan ada jaminan pemerintah. Nah baru teken November akhir. Jadi ada waktu 12 bulan kedepan. Jadi belum financial close. Tapi yang sebagian dari China sudah jalan. Kenapa? Karena dia tidak butuh financial close," tandasnya.
(Baca Juga: Realisasi Kecil, Jokowi Khawatirkan Proyek Listrik 35.000 MW)
Padahal, proyek prestisius tersebut diharapkan dapat rampung di akhir masa jabatan Jokowi pada 2019 mendatang. Hal ini demi meningkatkan rasio elektrifikasi nasional yang masih terbilang rendah saat ini. Menanggapi hal tersebut, PLN memberikan penjelasan terkait lambannya realisasi megaproyek 35.000 MW tersebut.
Direktur Utama PLN Sofyan Basir membantah bahwa proyek 35.000 MW berjalan lamban. Diyakininya, proyek kebanggaan Jokowi tersebut masih berjalan lancar alias on progress. Saat ini, progressnya sudah mencapai 40%. "Masih (proyek 35.000 MW on track). Makanya kalau nanya sama Dirut PLN. Jangan sama yang lain," katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.
Dari 40% perkembangan tersebut, terang mantan Bos BRI ini, sekitar 4% pembangkit telah mulai beroperasi (commercial operation date/COD). Sebab, membangun pembangkit tidak bisa instan dan membutuhkan waktu tiga hingga empat tahun.
"Tadi yang disebut COD 4%. Lha kalau COD jadi 37% itu aneh bukan main, bikinnya 3-4 tahun, bagaimana bisa jadi setahun. Namanya saya bohong. Kalau jadi 4% ya benar. Kenapa? Karena beli diesel buat daerah terluar dan terpencil," imbuh dia.
Adapun pembangkit yang telah jalan tersebut, diakui Sofyan, adalah yang digarap oleh China. Sebab, China tidak membutuhkan jaminan dari pemerintah sehingga tidak perlu menunggu financial close seperti Jepang.
"Kalau Jepang itu kan ada jaminan pemerintah. Nah baru teken November akhir. Jadi ada waktu 12 bulan kedepan. Jadi belum financial close. Tapi yang sebagian dari China sudah jalan. Kenapa? Karena dia tidak butuh financial close," tandasnya.
(akr)