Bank Sentral Inggris Ramal Inflasi Meningkat Tajam di 2017
A
A
A
LONDON - Bank of England (BoE) atau Bank Sentral Inggris memberikan prediksi dramatis terkait perkiraan inflasi tahun depan, yang diyakini hampir bertambah sebesar tiga kali lipat. Sektor perbankan berharap inflasi dapat melonjak 27% tahun depan, untuk meningkat lebih dari 1%.
(Baca Juga: Gubernur Bank Sentral Inggris Umumkan Pengunduran Diri)
Kondisi ini seperti dilansir Reuters, Jumat (4/11/2016) turut mendongkrak ramalan pertumbuhan ekonomi Inggris pada tahun depan di kisaran level 1,4% dari 0,8%, meski lebih rendah dari perkiraan pada 2018 yakni sebesar 1,5% dari 1,8%. Pihak Bank menyatakan tidak ada pilihan selain memangkas suku bunga acuan pada tahun ini.
"Dalam perkembangan selama tiga bulan terakhir, semua anggota Komite kebijakan moneter (Monetary Policy Committee/MPC) sepakat bahwa kemungkinan pemotongan masih terbuka setelah melakukan pertemuan Agustus," bunyi pernyataan pihak Bank.
Peningkatan tajam terkait perkiraan inflasi diyakini akibat pelemahan Poundsterling yang terus merosot sejak referendum memutuskan Inggris keluar dari keanggotaan Uni Eropa (UE) alias Brexit. Sektor perbankan sebenarnya tidak berharap inflasi kembali ke target 2% sampai tahun 2020.
Revisi proyeksi pertumbuhan menunjukkan pihak bank saat ini sedangkan berpikir mengenaik dampak Brexit ke depannya yang diyakini akan makin terasa. Menurut BoE, capaian inflasiadalah risiko yang semakin dekat serta perekonomian bakal menghadapi masa-masa sulit ke depannya.
Perkiraan pertumbuhan ekonomi telah diupgrade pada tahun ini dan setelahnya. Tapi lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi pada akhir 2018, Bank menyakini agregat perekonomian lebih kecil dari 2,5% dari yang diproyeksi sebelum pemungutan suara referendum Brexit. Menurutnya pelemahan ekonomi Inggris hanya tinggal menunggu waktu, terunda tapi bukan tidak terjadi.
(Baca Juga: Gubernur Bank Sentral Inggris Umumkan Pengunduran Diri)
Kondisi ini seperti dilansir Reuters, Jumat (4/11/2016) turut mendongkrak ramalan pertumbuhan ekonomi Inggris pada tahun depan di kisaran level 1,4% dari 0,8%, meski lebih rendah dari perkiraan pada 2018 yakni sebesar 1,5% dari 1,8%. Pihak Bank menyatakan tidak ada pilihan selain memangkas suku bunga acuan pada tahun ini.
"Dalam perkembangan selama tiga bulan terakhir, semua anggota Komite kebijakan moneter (Monetary Policy Committee/MPC) sepakat bahwa kemungkinan pemotongan masih terbuka setelah melakukan pertemuan Agustus," bunyi pernyataan pihak Bank.
Peningkatan tajam terkait perkiraan inflasi diyakini akibat pelemahan Poundsterling yang terus merosot sejak referendum memutuskan Inggris keluar dari keanggotaan Uni Eropa (UE) alias Brexit. Sektor perbankan sebenarnya tidak berharap inflasi kembali ke target 2% sampai tahun 2020.
Revisi proyeksi pertumbuhan menunjukkan pihak bank saat ini sedangkan berpikir mengenaik dampak Brexit ke depannya yang diyakini akan makin terasa. Menurut BoE, capaian inflasiadalah risiko yang semakin dekat serta perekonomian bakal menghadapi masa-masa sulit ke depannya.
Perkiraan pertumbuhan ekonomi telah diupgrade pada tahun ini dan setelahnya. Tapi lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi pada akhir 2018, Bank menyakini agregat perekonomian lebih kecil dari 2,5% dari yang diproyeksi sebelum pemungutan suara referendum Brexit. Menurutnya pelemahan ekonomi Inggris hanya tinggal menunggu waktu, terunda tapi bukan tidak terjadi.
(akr)