Prediksi Rupiah Jelang Pilpres AS, Bergerak Tipis di Rp13.000/USD
A
A
A
JAKARTA - Analis Investa Saran Mandiri Hans Kwee memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) di Amerika Serikat (AS) 8 November mendatang akan bergerak dengan range tipis. Rupiah diperkirakan akan berada di kisaran level Rp13.000/USD-Rp13.075/USD.
Hans menjelaskan, pergerakan rupiah masih akan melemah menjauhi level Rp12.000/USD. Pelemahan tersebut lebih dikarenakan faktor suku bunga acuan Bank Sentral AS (Fed rate) dan Pilpres AS.
"Kalau rupiah pergerakannya range tipis, pelemahan ke Rp13.075/USD. Kalau menguat masih di level Rp13.000/USD. Pelemahan rupiah terhadap USD jelang pengumuman Fed rate dan Pilpres yang bikin USD menguat," ujarnya ketika dihubungi Sindonews di Jakarta, Sabtu (5/11/2016).
Sementara, kata dia, sentimen dari dalam negeri belum akan mempengaruhi pergerakan mata uang Garuda termasuk angka pertumbuhan ekonomi. Demo yang akhirnya berlangsung damai ini juga tidak berpengaruh sedikitpun.
"Dalam negeri enggak terlalu banyak faktor, demo enggak mengkhawatirkan. Pertumbuhan ekonomi, ekspektasi orang tinggi 5,11%. Padahal kalau pertumbuhan ekonomi kita menurut saya 4,9%," kata Hans.
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi kuartal III/2016 yang akan diumumkan pekan depan masih melambat karena belanja pemerintah dipangkas. Selain itu, ada kemungkinan The Fed naikkan suku bunganya akhir tahun ini menambah penderitaan rupiah.
"Kita pikir melambat karena belanja pemerintah dipotong. Sampai akhir tahun Fed kemungkinan naik sekali lagi pada Desember nanti," pungkasnya.
Hans menjelaskan, pergerakan rupiah masih akan melemah menjauhi level Rp12.000/USD. Pelemahan tersebut lebih dikarenakan faktor suku bunga acuan Bank Sentral AS (Fed rate) dan Pilpres AS.
"Kalau rupiah pergerakannya range tipis, pelemahan ke Rp13.075/USD. Kalau menguat masih di level Rp13.000/USD. Pelemahan rupiah terhadap USD jelang pengumuman Fed rate dan Pilpres yang bikin USD menguat," ujarnya ketika dihubungi Sindonews di Jakarta, Sabtu (5/11/2016).
Sementara, kata dia, sentimen dari dalam negeri belum akan mempengaruhi pergerakan mata uang Garuda termasuk angka pertumbuhan ekonomi. Demo yang akhirnya berlangsung damai ini juga tidak berpengaruh sedikitpun.
"Dalam negeri enggak terlalu banyak faktor, demo enggak mengkhawatirkan. Pertumbuhan ekonomi, ekspektasi orang tinggi 5,11%. Padahal kalau pertumbuhan ekonomi kita menurut saya 4,9%," kata Hans.
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi kuartal III/2016 yang akan diumumkan pekan depan masih melambat karena belanja pemerintah dipangkas. Selain itu, ada kemungkinan The Fed naikkan suku bunganya akhir tahun ini menambah penderitaan rupiah.
"Kita pikir melambat karena belanja pemerintah dipotong. Sampai akhir tahun Fed kemungkinan naik sekali lagi pada Desember nanti," pungkasnya.
(dol)