Ekonomi DIY Kuartal III/2016 Tumbuh 4,92%

Selasa, 08 November 2016 - 01:27 WIB
Ekonomi DIY Kuartal...
Ekonomi DIY Kuartal III/2016 Tumbuh 4,92%
A A A
YOGYAKARTA - Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada kuartal III/2016 tumbuh melejit dibanding kuartal sebelumnya. Namun, jika dibanding lkuartal sama tahun ini, ekonomi DIY mengalami perlambatan, dan faktor terbesar penyebabnya adalah konsumsi rumah tangga serta belanja pemerintah.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) DIY Bambang Kristiyono mengatakan, perekonomian DIY kuartal III/ 2016 tumbuh melesat sebesar 4,92%. Jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi kuartal sebelumnya.

BPS mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal kedua hanya sebesar 0,34%. Namun, angka tersebut menurun dibanding periode sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 5,3%. "Perekonomian DIY melambat sebesar 4,7% dibanding tahun sebelumnya," terangnya, Senin (7/11/2016).

Bambang mengatakan, melejitnya pertumbuhan ekonomi kuartal III ini lebih didominasi konsumsi rumah tangga. Pihaknya mencatat, kontribusi pertumbuhan konsumsi rumah tangga mencapai 67,4% dibanding sektor lain seperti belanja pemerintah, konstruksi dan lainnya.

Peningkatan konsumsi ini juga terjadi karena adanya Lebaran dan liburan panjang lainnya. Meski melejit dibanding periode sebelumnya, namun perekonomian DIY melambat dibanding periode sama tahun sebelumnya.

Menurutnya, perlambatan tersebut akibat ditahannya pencairan belanja pemerintah pada kuartal ini sebagai akibat kebijakan umum oleh pemerintah pusat yang berimbas ke daerah.

Karena, pencairan dana pemerintah ditahan maka belanja pemerintah juga belum banyak dilakukan. Dia mencontohkan, saat ini kegiatan MICE atau rapat dari pemerintah yang biasanya dilakukan di hotel banyak berkurang atau sangat minim.

Hal ini berbeda dengan kegiatan tahun sebelumnya yang tidak ada anggaran belanja pemerintah yang ditahan. Karena belanja pemerintah 2016 belum banyak dilakukan dan kuartail III/2015 sudah banyak dilakukan maka secara otomatis pertumbuhan ekonomi tahun ini mengalami perlambatan. "Kalau belanja ditahan maka konsumsi melambat," terangnya.

BPS mencatat, pertumbuhan paling tinggi konsumsi adalah sektor informasi dan komunikasi. BPS mencatat, pertumbuhan informasi dan komunikasi mencapai 88%. Pertumbuhan lainnya juga terjadi pada sektor industri pengolahan yang mencapai 53%.

Angka yang sama juga ditunjukkan pada sektor jasa konstruksi. Dari sisi produksi, pertumbuhan triwulan ini lebih disebabkan meningkatnya produksi lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan yang masing-masing tumbuh 22,22%.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga didorong oleh aktivitis lapangan usaha konstruksi yang tumbuh 8.03%. Tiga urutan terbesar lalangan usaha yang memberikan konstribusi dalam struktur ekonomi triwulan III adalah lapangan usaha industri pengolahan, usaha pertanian, kehtanan dan perikanan. "Terakhir adalah lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum," ucapnya.

CEO Jogja Digital Valley Samuel Henry mengakui jika pengguna tehnologi informasi dan komunikasi di DIY terus mengalami peningkatan. Produk yang dikeluarkan provider berupa pulsa untuk gadget kini lebih banyak dalam bentuk paket data dibanding komunikasi. Karena tren penggunaan internet sudah merambah ke berbagai kalangan. "Yogya potensial untuk penetrasi tehnologi informasi dan komunikasi," tandasnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7187 seconds (0.1#10.140)