Jokowi Ingin Bandara NYIA Beroperasi November 2019
A
A
A
YOGYAKARTA - Proses pembebasan lahan untuk lokasi bandara baru, New Yogyakarta International Airport (NYIA) ditargetkan selesai pekan ini. Sehingga proses pembangunannya bisa segera dimulai akhir November 2016. Dan peletakan batu pertama (groundbreaking) akan dilakukan Presiden Joko Widodo.
General Manager PT Angkasa Pura I, Kolonel (Pnb) Agus Pandu Purnamamengatakan, proses pembayaran ganti rugi lahan terdampak bandara periode kedua dilaksanakan mulai 7 November 2016 kemarin. Proses pembayaran akan selesai dalam waktu singkat, mengingat yang belum selesai hanyalah Paku Alam Ground. “Kalau Paku Alam Ground selesai maka pembebasan akan segera selesai,” tuturnya, Selasa (8/11/2016).
Hanya saja Pandu mengatakan tidak hapal berapa besar biaya untuk pembebasan lahan tersebut. Pasalnya, ada beberapa petak tanah yang seharusnya dibayarkan di tahap pertama tapi akhirnya ikut dibayarkan pada tahap kedua. Ini disebabkan beberapa permasalahan yang muncul dan menghambat pembayaran.
Meski demikian, Pandu menyatakan, pembangunan bandara baru di Yogyakarta ini akan berlangsung singkat, ditargetkan selesai dalam waktu tiga tahun. Presiden Jokowi, kata dia, menghendaki bandara baru ini dapat beroperasi pada November 2019. Waktu tersebut jauh di atas waktu normal pembangunan bandara besar yang selama ini dibangun PT Angkasa Pura.
Menurut Pandu, pembangunan bandara besar idealnya memakan waktu minimal lima tahun. Namun karena Presiden sudah memerintahkan diselesaikan dalam waktu tiga tahun, maka hal tersebut akan coba dipenuhi PT Angkasa Pura I. Kemungkinan besar dalam proses pembangunan akan mereka laksanakan siang dan malam. “Kalau ini nampaknya Bandung Bondowoso (cerita rakyat yang membangun Candi Prambanan dalam semalam),” ujarnya.
Pandu mengatakan, bandara di Kulon Progo ini termasuk bandara besar karena memang didesain untuk menampung 40 pesawat dengan panjang runway sekitar 3.800 meter. Selain membangun bandara, PT Angkasa Pura I juga akan menata wilayah di sekitarnya. Mereka akan membangun bandara dengan konsep aerocity. Konsep ini baru pertama kali ada di Indonesia, di mana selain ada bandara, sekitar 10-12 kilometer dari bandara juga dilakukan penataan.
Penataan tersebut menyesuaikan dengan konsep ruang yang ditawarkan PT Angkasa Pura I. Dimana semua titik sudah ada ketentuan peruntukkannya, baik untuk lahan hijau pun bangunan. “Dan pemerintah daerah sudah setuju masuk dalam peraturan daerah rencana tata ruang dan wilayah (RT/RW),” terangnya.
Direktur Teknik PT Angkasa Pura I, Polana Pramesti mengatakan, mulai awal Oktober lalu, pihaknya berusaha menjaring aspirasi masyarakat terkait bentuk dan konsep bandara NYIA. PT Angkasa Pura I berharap bandara yang baru ini memiliki ciri khas Yogyakarta. Sehingga ketika penumpang tiba di bandara, langsung merasakan aura bahwa mereka ada di Yogyakarta. Konsep ini juga diperlukan mengingat bandara merupakan pintu gerbang dari sebuah wilayah.
PT Angkasa Pura I berupaya melibatkan para pemangku kepentingan di Yogyakarta, mulai dari seniman, masyarakat sekitar dalam proses pembuatan masterplan, arsitektur, dan desainer untuk bandara baru tersebut. Ini perlu dilakukan mengingat Yogyakarta adalah kota yang sangat kompleks, mulai dari Kota Budaya hingga Kota Pendidikan.
Menurutnya, keterlibatan masyarakat berbagai elemen sangat diperlukan karena konsep yang akan dibangun di Bandara NYIA adalah sesuatu yang baru di Indonesia. Karena selain membangun terminal, PT Angkasa Pura I juga akan membangun kawasan seputaran bandara. Bandara NYIA juga dikonsep sebagai aerocityport pertama di Indonesia. "Nanti akan ada kota yang sangat terkonsep," tandasnya.
General Manager PT Angkasa Pura I, Kolonel (Pnb) Agus Pandu Purnamamengatakan, proses pembayaran ganti rugi lahan terdampak bandara periode kedua dilaksanakan mulai 7 November 2016 kemarin. Proses pembayaran akan selesai dalam waktu singkat, mengingat yang belum selesai hanyalah Paku Alam Ground. “Kalau Paku Alam Ground selesai maka pembebasan akan segera selesai,” tuturnya, Selasa (8/11/2016).
Hanya saja Pandu mengatakan tidak hapal berapa besar biaya untuk pembebasan lahan tersebut. Pasalnya, ada beberapa petak tanah yang seharusnya dibayarkan di tahap pertama tapi akhirnya ikut dibayarkan pada tahap kedua. Ini disebabkan beberapa permasalahan yang muncul dan menghambat pembayaran.
Meski demikian, Pandu menyatakan, pembangunan bandara baru di Yogyakarta ini akan berlangsung singkat, ditargetkan selesai dalam waktu tiga tahun. Presiden Jokowi, kata dia, menghendaki bandara baru ini dapat beroperasi pada November 2019. Waktu tersebut jauh di atas waktu normal pembangunan bandara besar yang selama ini dibangun PT Angkasa Pura.
Menurut Pandu, pembangunan bandara besar idealnya memakan waktu minimal lima tahun. Namun karena Presiden sudah memerintahkan diselesaikan dalam waktu tiga tahun, maka hal tersebut akan coba dipenuhi PT Angkasa Pura I. Kemungkinan besar dalam proses pembangunan akan mereka laksanakan siang dan malam. “Kalau ini nampaknya Bandung Bondowoso (cerita rakyat yang membangun Candi Prambanan dalam semalam),” ujarnya.
Pandu mengatakan, bandara di Kulon Progo ini termasuk bandara besar karena memang didesain untuk menampung 40 pesawat dengan panjang runway sekitar 3.800 meter. Selain membangun bandara, PT Angkasa Pura I juga akan menata wilayah di sekitarnya. Mereka akan membangun bandara dengan konsep aerocity. Konsep ini baru pertama kali ada di Indonesia, di mana selain ada bandara, sekitar 10-12 kilometer dari bandara juga dilakukan penataan.
Penataan tersebut menyesuaikan dengan konsep ruang yang ditawarkan PT Angkasa Pura I. Dimana semua titik sudah ada ketentuan peruntukkannya, baik untuk lahan hijau pun bangunan. “Dan pemerintah daerah sudah setuju masuk dalam peraturan daerah rencana tata ruang dan wilayah (RT/RW),” terangnya.
Direktur Teknik PT Angkasa Pura I, Polana Pramesti mengatakan, mulai awal Oktober lalu, pihaknya berusaha menjaring aspirasi masyarakat terkait bentuk dan konsep bandara NYIA. PT Angkasa Pura I berharap bandara yang baru ini memiliki ciri khas Yogyakarta. Sehingga ketika penumpang tiba di bandara, langsung merasakan aura bahwa mereka ada di Yogyakarta. Konsep ini juga diperlukan mengingat bandara merupakan pintu gerbang dari sebuah wilayah.
PT Angkasa Pura I berupaya melibatkan para pemangku kepentingan di Yogyakarta, mulai dari seniman, masyarakat sekitar dalam proses pembuatan masterplan, arsitektur, dan desainer untuk bandara baru tersebut. Ini perlu dilakukan mengingat Yogyakarta adalah kota yang sangat kompleks, mulai dari Kota Budaya hingga Kota Pendidikan.
Menurutnya, keterlibatan masyarakat berbagai elemen sangat diperlukan karena konsep yang akan dibangun di Bandara NYIA adalah sesuatu yang baru di Indonesia. Karena selain membangun terminal, PT Angkasa Pura I juga akan membangun kawasan seputaran bandara. Bandara NYIA juga dikonsep sebagai aerocityport pertama di Indonesia. "Nanti akan ada kota yang sangat terkonsep," tandasnya.
(ven)