Pengusaha RI Berharap Presiden Baru AS Ramah Investasi Asing
A
A
A
JAKARTA - Pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) berharap pemenang Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) adalah sosok yang ramah terhadap investasi dari luar. Hal ini menanggapi hasil perhitungan sementara Pilpres AS, yang menyatakan bahwa Donald Trump menang tipis dari Hillary Clinton.
Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Perkasa Roeslani mengatakan, Presiden AS yang baru nanti sudah pasti tidak akan langsung melakukan perubahan kebijakan dan butuh waktu untuk melakukannya. Namun, dirinya berharap kebijakan yang akan diambil nantinya tidak akan kontraproduktif terhadap investasi.
"Kebijakan pasti tidak akan langsung ada perubahan, siapapun yang terpilih. Kita harapkan (kebijakan) tidak kontra produktif pada perkembangan perdagangan investasi kepada dunia luar," katanya di JCC, Jakarta, Rabu (9/11/2016).
Menurutnya, sebagian besar pengusaha memang lebih menginginkan calon dari Partai Demokrat, Hillary Clinton yang akan memenangkan Pilpres ini. Mengingat, mantan Menteri Luar Negeri AS ini lebih memiliki pengalaman dan dipandang lebih ramah dari segi politik dan ekonomi.
"Memang sebagian besar menginginkan Hillary dipandang lebih friendly dari segi politik, ekonomi. Sudah ada pengalamannya, dalam kampanyenya lebih terbuka. Tapi kita coba lihat kalau kita melihatnya perubahan itu akan ada, tapi ke arah yang positif lah," imbuh dia.
(Baca Juga: Komentar Menperin Airlangga Soal Keunggulan Donald Trump)
Rosan menambahkan, apapun kebijakan yang akan diambil Presiden AS yang baru pasti akan memengaruhi investasi. Jika Donald Trump yang unggul, diperkirakan akan terjadi koreksi baik dari sektor saham maupun mata uang.
"Kemarin kan sentimennya positif karena diperkirakan Hillary akan menang, tapi sekarang risknya akan pahit karena Trump lagi lead. Kalau Trump menang akan ada koreksi sedikit, dari segi saham, mata uang, walaupun kebijakannya belum ada," tandasnya.
Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Perkasa Roeslani mengatakan, Presiden AS yang baru nanti sudah pasti tidak akan langsung melakukan perubahan kebijakan dan butuh waktu untuk melakukannya. Namun, dirinya berharap kebijakan yang akan diambil nantinya tidak akan kontraproduktif terhadap investasi.
"Kebijakan pasti tidak akan langsung ada perubahan, siapapun yang terpilih. Kita harapkan (kebijakan) tidak kontra produktif pada perkembangan perdagangan investasi kepada dunia luar," katanya di JCC, Jakarta, Rabu (9/11/2016).
Menurutnya, sebagian besar pengusaha memang lebih menginginkan calon dari Partai Demokrat, Hillary Clinton yang akan memenangkan Pilpres ini. Mengingat, mantan Menteri Luar Negeri AS ini lebih memiliki pengalaman dan dipandang lebih ramah dari segi politik dan ekonomi.
"Memang sebagian besar menginginkan Hillary dipandang lebih friendly dari segi politik, ekonomi. Sudah ada pengalamannya, dalam kampanyenya lebih terbuka. Tapi kita coba lihat kalau kita melihatnya perubahan itu akan ada, tapi ke arah yang positif lah," imbuh dia.
(Baca Juga: Komentar Menperin Airlangga Soal Keunggulan Donald Trump)
Rosan menambahkan, apapun kebijakan yang akan diambil Presiden AS yang baru pasti akan memengaruhi investasi. Jika Donald Trump yang unggul, diperkirakan akan terjadi koreksi baik dari sektor saham maupun mata uang.
"Kemarin kan sentimennya positif karena diperkirakan Hillary akan menang, tapi sekarang risknya akan pahit karena Trump lagi lead. Kalau Trump menang akan ada koreksi sedikit, dari segi saham, mata uang, walaupun kebijakannya belum ada," tandasnya.
(akr)