Harga Minyak Naik Tipis Akibat Perdebatan Iran-Irak
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak naik tipis pada Rabu (23/11/2016), ditengah pertemuan OPEC untuk membatasi produksi minyak yang rencana akan dilakukan pada akhir bulan.
Melansir dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat, West Texas Intermediate naik 10 sen ke level USD46,13 per barel pada pukul 01:28 GMT. Sedangkan harga minyak mentah berjangka Internasional Brent naik 10 sen ke posisi USD49,22 per barel.
Tipisnya kenaikan harga si emas hitam, menurut para analis karena pasar saat ini tidak bersedia untuk mendorong harga mintak mentah mencapai USD50 per barel atau lebih tinggi. "Pasar tampaknya tidak bersedia untuk mendorong minyak ke $ 50 per barel menjelang libur Thanksgiving besok," kata Jeffrey Halley, analis pasar senior di Oanda broker di Singapura.
Karena itu, kata Jeffrey, pelaku pasar memilih bersikap diam menanggapi rencana pembatasan produksi oleg OPEC, karena mereka rindu pada posisi beli (harga murah). Selain itu, pasar masih menunggu data dari Administrasi Informasi Energi (EIA) yang akan menerbitkan data minyak mentah dan persediaan produk minyak resmi AS pada Rabu ini.
Faktor lain yang tidak kalah penting, para analis mengatakan belum solidnya kesepakatan dalam Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dalam pembatasan produksi. Pertemuan pendahuluan jelang pertemuan OPEC pada pekan depan, gagal menyelesaikan isu-isu seputar keterlibatan Iran dan Irak dalam perjanjian penurunan produksi.
OPEC akan membahas pembatasan produksi minyak antara 4,0-4,05% untuk semua anggotanya, kecuali Libya dan Nigeria. Namun pembahasan pemotongan di atas masih bergantung pada kesepakatan dari Irak dan Iran.
Pasalnya, Irak meminta diberikan kompensasi untuk meningkatkan produksi dengan tidak ada batasan demi perbaikan negaranya. Menteri Luar Negeri Irak dalam pertemuan di Budapest, Bulgaria, pada Selasa kemarin, meminta OPEC untuk memungkinkan Irak terus meningkatkan produksi dengan tidak ada batasan.
Pengecualian ini, membuat Iran juga ingin meningkatkan pasokan karena selama ini produksi minyak mereka telah terpukul oleh sanksi nuklir Iran. Sementara itu, Arab Saudi dan sekutu negara Teluk lainnya telah mengisyaratkan mereka siap untuk memotong produksi hingga mendekati 1 juta barel per hari.
Sedangkan Aljazair mengusulkan semua negara anggota OPEC harus membatasi produksi 4,0-4,5%, kecuali Nigeria dan Libya, dengan harapan target produksi minyak hanya 32,5 juta barel per hari. Itu berarti Arab Saudi memotong produksi hingga 500.000 barel per hari.
Berdasarkan proposal Aljazair, Iran diminta untuk memotong 4,5% dari hampir 4 juta barel per hari. Namun Teheran telah memberikan sinyalemen ingin dipotong hanya 4,1% untuk produksi 4,2 juta barel per hari.
Sedangkan Irak minta hanya dipotong sekitar 200.000 barel per hari. Baghdad sendiri masih memperdebatkan apakah harus dipotong dari tingkat perkiraan OPEC atau perhitungan mereka sendiri. Sumber OPEC mengatakan sebanyak 85% anggota OPEC terutama kawasan Teluk setuju untuk pembatasan produksi, namun Iran belum mendukung.
Sedangkan produsen minyak bukan anggota OPEC, Rusia juga belum setuju soal pemotongan produksi. Negeri Beruang Merah hanya mendukung pembekuan produksi. Perbedaan-perbedaan yang ada antara Iran, Irak, dan Rusia, kata sumber tersebut, akan membuat sulit bagi OPEC dalam menyeimbangkan pasar dan mendongkrak harga minyak.
Melansir dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat, West Texas Intermediate naik 10 sen ke level USD46,13 per barel pada pukul 01:28 GMT. Sedangkan harga minyak mentah berjangka Internasional Brent naik 10 sen ke posisi USD49,22 per barel.
Tipisnya kenaikan harga si emas hitam, menurut para analis karena pasar saat ini tidak bersedia untuk mendorong harga mintak mentah mencapai USD50 per barel atau lebih tinggi. "Pasar tampaknya tidak bersedia untuk mendorong minyak ke $ 50 per barel menjelang libur Thanksgiving besok," kata Jeffrey Halley, analis pasar senior di Oanda broker di Singapura.
Karena itu, kata Jeffrey, pelaku pasar memilih bersikap diam menanggapi rencana pembatasan produksi oleg OPEC, karena mereka rindu pada posisi beli (harga murah). Selain itu, pasar masih menunggu data dari Administrasi Informasi Energi (EIA) yang akan menerbitkan data minyak mentah dan persediaan produk minyak resmi AS pada Rabu ini.
Faktor lain yang tidak kalah penting, para analis mengatakan belum solidnya kesepakatan dalam Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dalam pembatasan produksi. Pertemuan pendahuluan jelang pertemuan OPEC pada pekan depan, gagal menyelesaikan isu-isu seputar keterlibatan Iran dan Irak dalam perjanjian penurunan produksi.
OPEC akan membahas pembatasan produksi minyak antara 4,0-4,05% untuk semua anggotanya, kecuali Libya dan Nigeria. Namun pembahasan pemotongan di atas masih bergantung pada kesepakatan dari Irak dan Iran.
Pasalnya, Irak meminta diberikan kompensasi untuk meningkatkan produksi dengan tidak ada batasan demi perbaikan negaranya. Menteri Luar Negeri Irak dalam pertemuan di Budapest, Bulgaria, pada Selasa kemarin, meminta OPEC untuk memungkinkan Irak terus meningkatkan produksi dengan tidak ada batasan.
Pengecualian ini, membuat Iran juga ingin meningkatkan pasokan karena selama ini produksi minyak mereka telah terpukul oleh sanksi nuklir Iran. Sementara itu, Arab Saudi dan sekutu negara Teluk lainnya telah mengisyaratkan mereka siap untuk memotong produksi hingga mendekati 1 juta barel per hari.
Sedangkan Aljazair mengusulkan semua negara anggota OPEC harus membatasi produksi 4,0-4,5%, kecuali Nigeria dan Libya, dengan harapan target produksi minyak hanya 32,5 juta barel per hari. Itu berarti Arab Saudi memotong produksi hingga 500.000 barel per hari.
Berdasarkan proposal Aljazair, Iran diminta untuk memotong 4,5% dari hampir 4 juta barel per hari. Namun Teheran telah memberikan sinyalemen ingin dipotong hanya 4,1% untuk produksi 4,2 juta barel per hari.
Sedangkan Irak minta hanya dipotong sekitar 200.000 barel per hari. Baghdad sendiri masih memperdebatkan apakah harus dipotong dari tingkat perkiraan OPEC atau perhitungan mereka sendiri. Sumber OPEC mengatakan sebanyak 85% anggota OPEC terutama kawasan Teluk setuju untuk pembatasan produksi, namun Iran belum mendukung.
Sedangkan produsen minyak bukan anggota OPEC, Rusia juga belum setuju soal pemotongan produksi. Negeri Beruang Merah hanya mendukung pembekuan produksi. Perbedaan-perbedaan yang ada antara Iran, Irak, dan Rusia, kata sumber tersebut, akan membuat sulit bagi OPEC dalam menyeimbangkan pasar dan mendongkrak harga minyak.
(ven)