India Bidik Bangun Real Estate Murah
A
A
A
DEPOK - Perkembangan sektor properti di India semakin berkembang, seiring dengan bertambahnya kebutuhan hunian dengan harga terjangkau. Guna memenuhi permintaan, pengembang membangun real estate yang dibanderol dengan harga murah.
Narayan Infrahight Pvt Ltd sebagai salah satu pengembang real estate yang berlokasi di Uttar Pradesh, salah satu negara bagian terbesar di India coba melakukan hal serupa di Indonesia dengan jumlah populasi penduduk empat terbesar di dunia. Besarnya pasar di Indonesia, membuat mereka mencoba untuk mengembangkan pasar properti dengan harga terjangkau.
Diterangkan selama ini industri real estate telah menunjukkan pertumbuhan negatif menyusul minimnya dana-dana biaya rendah baik untuk proyek-proyek pembangunan maupun kebutuhan modal kerja. Ditambah masih tingginya suku buku perbankan di sektor properti, membuat daya beli konsumen menjadi lemah.
Narayan telah melakukan hubungan kerja sama keuangan jangka panjang dengan Linetrust International Offshore Limited dari Inggris, untuk menyediakan USD38 juta. Dana itu sebagai utang didukung aset jangka panjang untuk mengembangkan proyek-proyek perumahan. Direktur Jethwa International Private Limited Amit Jethwa menjelaskan, banyak para pengembang terpaksa telah menghentikan proyek hingga menyebabkan penumpukan inventaris yang belum dijual.
“Pertanyaannya tidak pernah tentang kurangnya permintaan melainkan kurangnya pasokan pada waktu yang tepat dan harga yang wajar. Tetapi sekarang bisa diatasi dengan adanya kucuran dana dengan bunga rendah untuk proyek-proyek real estate. Sektor real estate dapat menunjukkan pertumbuhan yang besar dalam kuartal-kuartal mendatang,” tegas Amit di Depok, Senin (28/11/2016).
Di sisi lain Direktur Narayan Infrahight menyambut baik melihat industri real estate menapaki kembali hari-hari gemilangnya di tahun-tahun mendatang. “Proyek-proyek kita selama ini melambat dikarenakan naiknya biaya bunga dan biaya bahan baku yang terus naik. Lembaga-lembaga dan bank-bank sangat pilih-pilih dalam membiayai para pengembang real estate. Semua hal ini berlangsung menjadi GSP (Harga Jual Kotor) yang lebih,” jelasnya.
Akan tetapi dengan datangnya pembiayaan pada suku bunga yang lebih rendah untuk pengembang real estate, para pengembang menilai akan dapat memberikan keuntungan bagi para pengguna akhir. Sehingga terjadi permintaan dan harga yang sesuai dan diharapkan dapat mendorong tumbuhnya sektor properti.
“Proyek-proyek kita selama ini melambat dikarenakan naiknya biaya bunga dan biaya bahan baku kembali akan pulih penjualannya,” jelasnya.
Narayan Infrahight Pvt Ltd sebagai salah satu pengembang real estate yang berlokasi di Uttar Pradesh, salah satu negara bagian terbesar di India coba melakukan hal serupa di Indonesia dengan jumlah populasi penduduk empat terbesar di dunia. Besarnya pasar di Indonesia, membuat mereka mencoba untuk mengembangkan pasar properti dengan harga terjangkau.
Diterangkan selama ini industri real estate telah menunjukkan pertumbuhan negatif menyusul minimnya dana-dana biaya rendah baik untuk proyek-proyek pembangunan maupun kebutuhan modal kerja. Ditambah masih tingginya suku buku perbankan di sektor properti, membuat daya beli konsumen menjadi lemah.
Narayan telah melakukan hubungan kerja sama keuangan jangka panjang dengan Linetrust International Offshore Limited dari Inggris, untuk menyediakan USD38 juta. Dana itu sebagai utang didukung aset jangka panjang untuk mengembangkan proyek-proyek perumahan. Direktur Jethwa International Private Limited Amit Jethwa menjelaskan, banyak para pengembang terpaksa telah menghentikan proyek hingga menyebabkan penumpukan inventaris yang belum dijual.
“Pertanyaannya tidak pernah tentang kurangnya permintaan melainkan kurangnya pasokan pada waktu yang tepat dan harga yang wajar. Tetapi sekarang bisa diatasi dengan adanya kucuran dana dengan bunga rendah untuk proyek-proyek real estate. Sektor real estate dapat menunjukkan pertumbuhan yang besar dalam kuartal-kuartal mendatang,” tegas Amit di Depok, Senin (28/11/2016).
Di sisi lain Direktur Narayan Infrahight menyambut baik melihat industri real estate menapaki kembali hari-hari gemilangnya di tahun-tahun mendatang. “Proyek-proyek kita selama ini melambat dikarenakan naiknya biaya bunga dan biaya bahan baku yang terus naik. Lembaga-lembaga dan bank-bank sangat pilih-pilih dalam membiayai para pengembang real estate. Semua hal ini berlangsung menjadi GSP (Harga Jual Kotor) yang lebih,” jelasnya.
Akan tetapi dengan datangnya pembiayaan pada suku bunga yang lebih rendah untuk pengembang real estate, para pengembang menilai akan dapat memberikan keuntungan bagi para pengguna akhir. Sehingga terjadi permintaan dan harga yang sesuai dan diharapkan dapat mendorong tumbuhnya sektor properti.
“Proyek-proyek kita selama ini melambat dikarenakan naiknya biaya bunga dan biaya bahan baku kembali akan pulih penjualannya,” jelasnya.
(akr)