Kinerja Reksa Dana Diprediksi Positif Tahun Depan
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama MNC Asset Management Frery Kojongian mengatakan, prospek reksa dana untuk tahun depan masih akan bertahan pada tren positif seperti awal 2016. Dimana menurutnya saat itu harga Surat Berharga Negara (SUN) sudah mulai merangkak naik yang berarti yield mengalami penurunan.
"Saya rasa tahun depan akan bagus, ini seperti momentum yang terulang kembali. Kalau kita lihat tahun 2016 awal, itu harga SUN sudah mulai naik yang artinya yieldnya turun," kata Frery dalam acara Investor Gathering dengan tema 'Opportunity in Chalenge Year' hasil kerja sama MNC Asset Management (MAM) dan MNC Securities (MSEC) di Jakarta, Selasa (29/11/2016).
Lebih lanjut dia menerangkan apabila dilihat secara fundamental, pertumbuhan ekonomi Indonesia memang tidak terlalu baik. Hanya saja selalu ada sentimen mempengaruhi seperti isu kenaikan Fed Fund Rate (FFR) atau suku bunga acuan AS dan sentimen lain yang terkadang membawa imbas ke ekonomi domestik.
"Memang ada kenaikan nanti untuk ekspektasi FFR. Tapi sebenarnya kalau jadi terealisasi, sebenarnya ini sudah lebih stabil dan kalau kita lihat pada akhir tahun lalu malah FFR naik, obligasi kita malah menguat. Nah ini jadi sudah sebenarnya price in market. Jadi kami positif untuk tahun depan bisa bond tight," lanjutnya.
Sementara terkait peluang reksa dana syariah, Frery mengatakan juga terdapat opportunity yang bagus. Karena jika dilihat dari total Asset Under Management (AUM) yang ada, reksa dana syariah masih sangat kecil yakni 3-4%
"Ada opportunity, meskipun reksa dana syariah kalau saya lihat masih sangat kecil sekali. Jadi sebenarnya ke depan ini potensinya sangat besar, tentu harus didukung juga dengan instrumen syariah yang akan dikeluarkan pemerintah maupun swasta yang bisa mendorong," kata dia.
Dia menambahkan seharusnya ini adalah potensi bagi pengelola reksa dana untuk bisa mendorong reksa dana syariah, dan tentunya harus didukung oleh instrumen yang tersedia. "Challenge di sini adalah bagaimana mengedukasi kepada masyarakat terutama masyarakat yang ingin investasi di basis syariah, dan juga ini semua bisa open kepada semua jenis industri. Baik ritel maupun institusi. Jadi ke depan potensinya bisa meningkat," pungkasnya.
"Saya rasa tahun depan akan bagus, ini seperti momentum yang terulang kembali. Kalau kita lihat tahun 2016 awal, itu harga SUN sudah mulai naik yang artinya yieldnya turun," kata Frery dalam acara Investor Gathering dengan tema 'Opportunity in Chalenge Year' hasil kerja sama MNC Asset Management (MAM) dan MNC Securities (MSEC) di Jakarta, Selasa (29/11/2016).
Lebih lanjut dia menerangkan apabila dilihat secara fundamental, pertumbuhan ekonomi Indonesia memang tidak terlalu baik. Hanya saja selalu ada sentimen mempengaruhi seperti isu kenaikan Fed Fund Rate (FFR) atau suku bunga acuan AS dan sentimen lain yang terkadang membawa imbas ke ekonomi domestik.
"Memang ada kenaikan nanti untuk ekspektasi FFR. Tapi sebenarnya kalau jadi terealisasi, sebenarnya ini sudah lebih stabil dan kalau kita lihat pada akhir tahun lalu malah FFR naik, obligasi kita malah menguat. Nah ini jadi sudah sebenarnya price in market. Jadi kami positif untuk tahun depan bisa bond tight," lanjutnya.
Sementara terkait peluang reksa dana syariah, Frery mengatakan juga terdapat opportunity yang bagus. Karena jika dilihat dari total Asset Under Management (AUM) yang ada, reksa dana syariah masih sangat kecil yakni 3-4%
"Ada opportunity, meskipun reksa dana syariah kalau saya lihat masih sangat kecil sekali. Jadi sebenarnya ke depan ini potensinya sangat besar, tentu harus didukung juga dengan instrumen syariah yang akan dikeluarkan pemerintah maupun swasta yang bisa mendorong," kata dia.
Dia menambahkan seharusnya ini adalah potensi bagi pengelola reksa dana untuk bisa mendorong reksa dana syariah, dan tentunya harus didukung oleh instrumen yang tersedia. "Challenge di sini adalah bagaimana mengedukasi kepada masyarakat terutama masyarakat yang ingin investasi di basis syariah, dan juga ini semua bisa open kepada semua jenis industri. Baik ritel maupun institusi. Jadi ke depan potensinya bisa meningkat," pungkasnya.
(akr)