Kawasan Industri Berau Siap jadi Zona Hijau Pengembang Sawit
A
A
A
JAKARTA - Kawasan Industri Berau di Kalimantan Timur siap menjadi zona ekonomi hijau untuk pengembangan minyak kelapa sawit atau palm oil green economic zone (POGEZ). Pembangunan POGEZ ini merupakan inisiatif Pemerintah Indonesia dan Malaysia melalui pembentukan lembaga persatuan negara penghasil minyak kelapa sawit atau Council Palm Oil Producing Countries (CPOPC).
“Selain di Kawasan Industri Dumai, Riau, kami juga menginginkan POGEZ ada di Kalimantan Timur. Nah, Kawasan Industri Berau sudah siap karena didukung dengan ketersediaan fasilitas dan infrastruktur yang memadai,” ungkap Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (7/12/2016).
Menurut Panggah, Kawasan Industri Berau yang berdiri di atas lahan seluas 3.400 hektare ini telah memiliki pelabuhan, ketersediaan air, listrik, serta industri pulp dan kertas yang sudah beroperasi. Diharapkan, produk industri hilir yang dihasilkan dari kawasan tersebut dapat memenuhi standard sustainability yang bersertifikat internasional. Sehingga menciptakan keuntungan berupa preferensi area pemasaran, premium selling price, hingga fasilitas atau kemudahan tertentu lainnya.
Sebelumnya, Menperin Airlangga Hartarto menjelaskan, Indonesia dan Malaysia berkomitmen mendorong pengembangan industri olahan kelapa sawit yang mampu meningkatkan nilai tambah produk dan ramah lingkungan. “Kementerian Perindustrian telah berkomitmen meningkatkan nilai tambah produk kelapa sawit Indonesia melalui hilirisasi,” tegasnya.
Berdasarkan catatan Kemenperin, untuk industri olahan minyak sawit nasional pada 2015, total kapasitas produksi bahan baku crude palm oil (CPO) dan palm kernel oil (PKO) sebanyak 35,50 juta ton yang terdistribusi untuk konsumsi domestik sebesar 8,09 juta ton, ekspor produk hilir 15,15 juta ton, dan ekspor CPO 12,26 juta ton. Sedangkan, nilai ekspor yang diciptakan mencapai USD24,77 juta dan ragam produk hilir yang dihasilkan sebanyak 146 jenis.
Mengenai pembangunan POGEZ, kata Panggah, Indonesia dan Malaysia telah mengusulkan masing-masing tiga lokasi. Pihak Indonesia menginginkan pengembangan di Kawasan Industri Dumai, Riau, Kawasan Industri Berau, Kalimantan Timur, dan Kawasan Industri Sei Mangkei, Sumatera Utara. Sedangkan pihak Malaysia di Lahad Datu, Bintulu, dan Tanjung Manis.
Panggah menambahkan, kedua negara juga akan mengajak negara lain selaku penghasil minyak kelapa sawit untuk masuk dalam CPOPC. Dengan masuknya negara-negara tersebut, diharapkan berdampak positif bagi komoditi CPO di dunia. "Beberapa negara pengembang minyak sawit yang akan ikut bergabung, antara lain Brazil, Nigeria, Pantai Gading dan Thailand,” pungkas Panggah.
“Selain di Kawasan Industri Dumai, Riau, kami juga menginginkan POGEZ ada di Kalimantan Timur. Nah, Kawasan Industri Berau sudah siap karena didukung dengan ketersediaan fasilitas dan infrastruktur yang memadai,” ungkap Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (7/12/2016).
Menurut Panggah, Kawasan Industri Berau yang berdiri di atas lahan seluas 3.400 hektare ini telah memiliki pelabuhan, ketersediaan air, listrik, serta industri pulp dan kertas yang sudah beroperasi. Diharapkan, produk industri hilir yang dihasilkan dari kawasan tersebut dapat memenuhi standard sustainability yang bersertifikat internasional. Sehingga menciptakan keuntungan berupa preferensi area pemasaran, premium selling price, hingga fasilitas atau kemudahan tertentu lainnya.
Sebelumnya, Menperin Airlangga Hartarto menjelaskan, Indonesia dan Malaysia berkomitmen mendorong pengembangan industri olahan kelapa sawit yang mampu meningkatkan nilai tambah produk dan ramah lingkungan. “Kementerian Perindustrian telah berkomitmen meningkatkan nilai tambah produk kelapa sawit Indonesia melalui hilirisasi,” tegasnya.
Berdasarkan catatan Kemenperin, untuk industri olahan minyak sawit nasional pada 2015, total kapasitas produksi bahan baku crude palm oil (CPO) dan palm kernel oil (PKO) sebanyak 35,50 juta ton yang terdistribusi untuk konsumsi domestik sebesar 8,09 juta ton, ekspor produk hilir 15,15 juta ton, dan ekspor CPO 12,26 juta ton. Sedangkan, nilai ekspor yang diciptakan mencapai USD24,77 juta dan ragam produk hilir yang dihasilkan sebanyak 146 jenis.
Mengenai pembangunan POGEZ, kata Panggah, Indonesia dan Malaysia telah mengusulkan masing-masing tiga lokasi. Pihak Indonesia menginginkan pengembangan di Kawasan Industri Dumai, Riau, Kawasan Industri Berau, Kalimantan Timur, dan Kawasan Industri Sei Mangkei, Sumatera Utara. Sedangkan pihak Malaysia di Lahad Datu, Bintulu, dan Tanjung Manis.
Panggah menambahkan, kedua negara juga akan mengajak negara lain selaku penghasil minyak kelapa sawit untuk masuk dalam CPOPC. Dengan masuknya negara-negara tersebut, diharapkan berdampak positif bagi komoditi CPO di dunia. "Beberapa negara pengembang minyak sawit yang akan ikut bergabung, antara lain Brazil, Nigeria, Pantai Gading dan Thailand,” pungkas Panggah.
(ven)