Impor Yogyakarta Oktober Naik 65,15%
A
A
A
YOGYAKARTA - Nilai impor Yogyakarta selama Oktober tahun ini mengalami peningkatan signifikakan dibanding bulan sebelumnya. Tak hanya itu, dibanding dengan nilai impor periode yang sama tahun lalu, Januari hingga bulan Oktober, nilai impor Daerah Istimewa Yogyakarta juga mengalami peningkatan.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Yogyakarta, Bambang Kristianto menyebutkan, pihaknya mencatat impor barang ke Yogyakarta selama bulan Oktober tahun ini hanya melalui Bandara Adi Sutjipto. Pihaknya belum menemukan impor dari pelabuhan bongkar lainnya selain Bandara Adisutjipto.
Selama ini pintu masuk impor Yogyakarta bisa melalui Adisutjipto, pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Emas dan juga Surabaya. "Kami baru bisa menelusuri dari Adisutjipto," paparnya, Jumat (9/12/2016).
BPS mencatat, selama bulan Oktober 2016 yang lalu, impor Yogyakarta tercatat USD817.874. Besaran impor Oktober 2016 tersebut menunjukkan kenaikan sebesar 65,15% dibanding bulan sebelumnya yang mencapai USD495.227. Kenaikan tersebut disebabkan nilai impor dari India naik sebesar 197,79%, meski impor dari China turun sebesar 59,58%.
Tiga negara utama asal impor barang Yogyakarta adalah Hong Kong, India dan Korea Selatan. Impor barang Yogyakarta dari Hong Kong sebesar USD 303.167 atau mengambil porsi impor sebesar 37,07% dari keseluruhan impor Yogyakarta.
Sementara India, nilai impornya sebesar USD243.179 atau porsinya mencapai 29,73%. Dan impor dari Korea Selatan sebesar USD108.514 atau sebesar 13,27%.
Selain mencatatakan kenaikan yang signifikan dibanding bulan sebelumnya, BPS juga mencatat impor Yogyakarta juga mengalami kenaikan secara kumulatif dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Berdasarkan data BPS, kenaikan impor periode Januari-Oktober 2016 dibanding periode yang sama tahun lalu mencapai 169,43%. "Kenaikan impor tersebut karena impor dari tiga negara utama ini juga naik signifikan," paparnya.
Selama periode Januari-Oktober 2016 ini, impor dari Hong Kong naik besar mencapai 10.286,78%. Kenaikan impor terjadi dari China yang naik lima kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu. Pihaknya mencatat kenaikan impor dari China mencapai 441,07% dan India juga naik sebesar 90,72%.
Kain tenun khusus merupakan produk dengan nilai impor tertinggi yakni USD264.326. Nilai tersebut setara dengan 32,32% dari keseluruhan nilai impor Yogyakarta. Dua komoditas lainnya adalah Kulit Samak sebesarUSD 113.923 atau 13,93% dari keseluruhan impor Yogyakarta. "Komoditas lain yang cukup besar yaitu kain rajutan. Impor Yogyakarta untuk jenis kain ini mencapai USD85.600 atau sebesar 10,47%," ungkapnya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta, Arif Budi Santosa mengakui impr Yogyakarta memang cukup besar, bahkan mengalami defisit jika dibandingkan dengan nilai ekspornya. Pihaknya mencatat nilai ekspor-impor antar negara di Yogyakarta mengalami defisit sebesar 2% dari PDRB. "Kondisi yang serupa juga terjadi pada ekspor-impor dalam negeri yang defisit sebesar 12% dari PDRB,"paparnya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Yogyakarta, Bambang Kristianto menyebutkan, pihaknya mencatat impor barang ke Yogyakarta selama bulan Oktober tahun ini hanya melalui Bandara Adi Sutjipto. Pihaknya belum menemukan impor dari pelabuhan bongkar lainnya selain Bandara Adisutjipto.
Selama ini pintu masuk impor Yogyakarta bisa melalui Adisutjipto, pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Emas dan juga Surabaya. "Kami baru bisa menelusuri dari Adisutjipto," paparnya, Jumat (9/12/2016).
BPS mencatat, selama bulan Oktober 2016 yang lalu, impor Yogyakarta tercatat USD817.874. Besaran impor Oktober 2016 tersebut menunjukkan kenaikan sebesar 65,15% dibanding bulan sebelumnya yang mencapai USD495.227. Kenaikan tersebut disebabkan nilai impor dari India naik sebesar 197,79%, meski impor dari China turun sebesar 59,58%.
Tiga negara utama asal impor barang Yogyakarta adalah Hong Kong, India dan Korea Selatan. Impor barang Yogyakarta dari Hong Kong sebesar USD 303.167 atau mengambil porsi impor sebesar 37,07% dari keseluruhan impor Yogyakarta.
Sementara India, nilai impornya sebesar USD243.179 atau porsinya mencapai 29,73%. Dan impor dari Korea Selatan sebesar USD108.514 atau sebesar 13,27%.
Selain mencatatakan kenaikan yang signifikan dibanding bulan sebelumnya, BPS juga mencatat impor Yogyakarta juga mengalami kenaikan secara kumulatif dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Berdasarkan data BPS, kenaikan impor periode Januari-Oktober 2016 dibanding periode yang sama tahun lalu mencapai 169,43%. "Kenaikan impor tersebut karena impor dari tiga negara utama ini juga naik signifikan," paparnya.
Selama periode Januari-Oktober 2016 ini, impor dari Hong Kong naik besar mencapai 10.286,78%. Kenaikan impor terjadi dari China yang naik lima kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu. Pihaknya mencatat kenaikan impor dari China mencapai 441,07% dan India juga naik sebesar 90,72%.
Kain tenun khusus merupakan produk dengan nilai impor tertinggi yakni USD264.326. Nilai tersebut setara dengan 32,32% dari keseluruhan nilai impor Yogyakarta. Dua komoditas lainnya adalah Kulit Samak sebesarUSD 113.923 atau 13,93% dari keseluruhan impor Yogyakarta. "Komoditas lain yang cukup besar yaitu kain rajutan. Impor Yogyakarta untuk jenis kain ini mencapai USD85.600 atau sebesar 10,47%," ungkapnya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta, Arif Budi Santosa mengakui impr Yogyakarta memang cukup besar, bahkan mengalami defisit jika dibandingkan dengan nilai ekspornya. Pihaknya mencatat nilai ekspor-impor antar negara di Yogyakarta mengalami defisit sebesar 2% dari PDRB. "Kondisi yang serupa juga terjadi pada ekspor-impor dalam negeri yang defisit sebesar 12% dari PDRB,"paparnya.
(ven)