Pertamina Butuh Rp52 Triliun Bangun Cadangan Minyak Strategis
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) mengaku membutuhkan dana hingga sebesar USD4 miliar atau sekitar Rp52 triliun (kurs Rp13.000/USD) untuk membangun cadangan minyak strategis (strategic petroleum reserve/SPR) hingga 30 hari. Anggaran tersebut untuk menyiapkan infrastruktur untuk membangun cadangan minyak nasional.
(Baca: Rini Ingin Pertamina Masuk Tiga Besar Perusahaan Energi Dunia)
Wakil Direktur Utama Pertamina Ahmad Bambang mengklaim, Pertamina sejatinya sanggup membangun cadangan minyak nasional hingga 30 hari tanpa sokongan dari pemerintah sedikitpun. Asalkan, seluruh perusahaan migas di Indonesia membeli minyak dari BUMN migas ini.
"Pertamina sanggup (bangun SPR 30 hari) asal semua perusahaan yang bermain oil and gas harus beli dari Pertamina. Kalau tidak, stok nganggur buat apa," katanya di The Ritz Carlton Hotel, Jakarta, Selasa (13/12/2016).
Menurutnya, konsep ini telah dilakukan di Saudi Arabia melalui BUMN migasnya Saudi Aramco. Seluruh perusahaan migas di Arab membeli minyak dari Aramco, sehingga cadangan minyak nasional di negara tersebut cukup besar.
"Seperti di Arab, belinya dari Aramco. Jadi pemerintah enggak keluar biaya, Pertamina dapat keuntungan dari situ," imbuh dia.
Bambang menuturkan, jika seluruh perusahaan migas di Tanah Air membeli BBM dari Pertamina, maka perseroan dapat memutar stok untuk meningkatkan cadangan migas nasional.
"Kalau (cadangan minyak nasional) menjadi 30 hari nambah sekitar USD4 miliar untuk infrastrukturnya. Jadi, kalau kita suruh nambah 30 hari tapi semua pemain yang jual BBM di Indonesia harus beli dari Pertamina untuk memutar stok itu," jelasnya.
(Baca: Rini Ingin Pertamina Masuk Tiga Besar Perusahaan Energi Dunia)
Wakil Direktur Utama Pertamina Ahmad Bambang mengklaim, Pertamina sejatinya sanggup membangun cadangan minyak nasional hingga 30 hari tanpa sokongan dari pemerintah sedikitpun. Asalkan, seluruh perusahaan migas di Indonesia membeli minyak dari BUMN migas ini.
"Pertamina sanggup (bangun SPR 30 hari) asal semua perusahaan yang bermain oil and gas harus beli dari Pertamina. Kalau tidak, stok nganggur buat apa," katanya di The Ritz Carlton Hotel, Jakarta, Selasa (13/12/2016).
Menurutnya, konsep ini telah dilakukan di Saudi Arabia melalui BUMN migasnya Saudi Aramco. Seluruh perusahaan migas di Arab membeli minyak dari Aramco, sehingga cadangan minyak nasional di negara tersebut cukup besar.
"Seperti di Arab, belinya dari Aramco. Jadi pemerintah enggak keluar biaya, Pertamina dapat keuntungan dari situ," imbuh dia.
Bambang menuturkan, jika seluruh perusahaan migas di Tanah Air membeli BBM dari Pertamina, maka perseroan dapat memutar stok untuk meningkatkan cadangan migas nasional.
"Kalau (cadangan minyak nasional) menjadi 30 hari nambah sekitar USD4 miliar untuk infrastrukturnya. Jadi, kalau kita suruh nambah 30 hari tapi semua pemain yang jual BBM di Indonesia harus beli dari Pertamina untuk memutar stok itu," jelasnya.
(izz)