Tertarik Gabung BRICS, Malaysia Ingin Punya Masa Depan Bareng China
loading...
A
A
A
JAKARTA - Prinsip kebijakan masa depan bersama diterima dengan baik oleh negara-negara di Asia, Afrika, Amerika Latin dan Selatan Global menjadi alasan mengapa Malaysia tertarik gabung BRICS. Hal itu diungkapkan Perdana Menteri Malaysia Datuk Sri Anwar Ibrahim, pada Selasa (6/11).
Berbicara pada pembukaan China International Import Expo (CIIE) ke-7, yang diadakan di National Exhibition and Convention Center (NECC), Anwar mengungkapkan kekagumannya dengan pidato Presiden China Xi Jinping dalam konferensi BRICS baru-baru ini di Kazan, Rusia.
Xi, dalam semangat masa depan bersama yang akan diadopsi untuk melawan kekuatan perselisihan dan proteksionisme telah mendesak bahwa, "Kita harus membangun komunitas dengan masa depan bersama, untuk menegakkan perdamaian global, keamanan global, dan untuk berbagi pengalaman, keahlian, dan teknologi dengan dunia," ujar Anwar.
Tahun ini, Malaysia telah diakui sebagai "Negara Kehormatan" di CIIE ke-7. Anwar diberikan hak istimewa untuk berbicara setelah rekannya dari China, Perdana Menteri Li Qiang, diikuti oleh para pemimpin dari lima negara lainnya, Prancis, Nikaragua, Arab Saudi, Tanzania, dan Uzbekistan.
Anwar juga mencatat pidato Li bahwa kesuksesan fenomenal China adalah contoh dari tidak hanya tata kelola dan kebijakan yang benar, tetapi juga sikap yang menjanjikan untuk memastikan bahwa "perdagangan, investasi, dan kemakmuran ekonomi" akan bermanfaat bagi komunitas internasional.
"Ini tentu saja bukan pernyataan yang mudah karena bertentangan dengan ungkapan banyak negara kuat di dunia," ujar dia dilansir dari The Edge Malaysia, Rabu (11/6/2024).
"Dan itulah sebabnya saya pikir saya akan bergabung dengan banyak kolega saya untuk memuji China dan kepemimpinannya."
Anwar memuji CIIE, yang memberikan kesempatan tidak hanya bagi perusahaan-perusahaan China, tetapi juga perusahaan-perusahaan di seluruh dunia, termasuk perusahaan-perusahaan kecil dan perusahaan menengah, untuk memamerkan kapasitas dan kapabilitas mereka, dan menarik investasi baru.
"Jadi kerja sama multikultural untuk perdagangan bebas dan tujuan keberlanjutan harus digunakan sebagai alat untuk memajukan kemajuan global secara adil, bukan sebagai senjata untuk memadamkan persaingan, mempromosikan keuntungan yang tidak adil, atau menciptakan konflik," kata dia.
Berbicara pada pembukaan China International Import Expo (CIIE) ke-7, yang diadakan di National Exhibition and Convention Center (NECC), Anwar mengungkapkan kekagumannya dengan pidato Presiden China Xi Jinping dalam konferensi BRICS baru-baru ini di Kazan, Rusia.
Xi, dalam semangat masa depan bersama yang akan diadopsi untuk melawan kekuatan perselisihan dan proteksionisme telah mendesak bahwa, "Kita harus membangun komunitas dengan masa depan bersama, untuk menegakkan perdamaian global, keamanan global, dan untuk berbagi pengalaman, keahlian, dan teknologi dengan dunia," ujar Anwar.
Tahun ini, Malaysia telah diakui sebagai "Negara Kehormatan" di CIIE ke-7. Anwar diberikan hak istimewa untuk berbicara setelah rekannya dari China, Perdana Menteri Li Qiang, diikuti oleh para pemimpin dari lima negara lainnya, Prancis, Nikaragua, Arab Saudi, Tanzania, dan Uzbekistan.
Anwar juga mencatat pidato Li bahwa kesuksesan fenomenal China adalah contoh dari tidak hanya tata kelola dan kebijakan yang benar, tetapi juga sikap yang menjanjikan untuk memastikan bahwa "perdagangan, investasi, dan kemakmuran ekonomi" akan bermanfaat bagi komunitas internasional.
"Ini tentu saja bukan pernyataan yang mudah karena bertentangan dengan ungkapan banyak negara kuat di dunia," ujar dia dilansir dari The Edge Malaysia, Rabu (11/6/2024).
"Dan itulah sebabnya saya pikir saya akan bergabung dengan banyak kolega saya untuk memuji China dan kepemimpinannya."
Anwar memuji CIIE, yang memberikan kesempatan tidak hanya bagi perusahaan-perusahaan China, tetapi juga perusahaan-perusahaan di seluruh dunia, termasuk perusahaan-perusahaan kecil dan perusahaan menengah, untuk memamerkan kapasitas dan kapabilitas mereka, dan menarik investasi baru.
"Jadi kerja sama multikultural untuk perdagangan bebas dan tujuan keberlanjutan harus digunakan sebagai alat untuk memajukan kemajuan global secara adil, bukan sebagai senjata untuk memadamkan persaingan, mempromosikan keuntungan yang tidak adil, atau menciptakan konflik," kata dia.