Sri Mulyani Pede Indonesia Imun Terhadap Kenaikan Suku Bunga AS
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku optimistis bahwa Indonesia akan mampu menghadapi gejolak atas kenaikan suku bunga AS. Dalil Sri Mulyani, perekonomian Indonesia secara fundamental cukup baik sehingga diyakini imun alias mampu menangkal guncangan pasca The Fed menaikkan suku bunga.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa keputusan The Fed menaikkan suku bunga pun telah dikomunikasikan sejak jauh-jauh hari. Sehingga, Pemerintah Indonesia juga telah jauh-jauh hari mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi pasca keputusan tersebut.
"Sudah dikomunikasikan secara clear bahwa tahun ini naik 25 basis points, dan tahun depan (naik) tiga kali. Saya rasa ini sudah dicerna oleh banyak sekali pelaku pasar dunia dan mereka yang punya capital," katanya di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (15/12/2016).
Selain itu, sambung mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, posisi Indonesia juga merupakan negara berkembang (emerging market) yang cukup besar. Hal ini terlihat dari sisi pertumbuhan yang cukup tinggi dan angka defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang terbilang rendah dan dijaga di bawah 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Posisi Indonesia sebagai emerging market yang cukup besar, domestic market cukup kuat dan growth yang cukup tinggi. Kita sebenarnya emerging market yang size and level of growth-nya termasuk yang agak berbeda dengan emerging market lain," imbuh dia.
Tak hanya itu, mantan Menko bidang Perekonomian ini menambahkan, pemerintah juga beberapa waktu lalu telah menerbitkan global bond senilai USD3,5 miliar dengan imbal hasil yang jauh lebih menguntungkan. Hal tersebut, kata Sri, telah menggambarkan bahwa pasar percaya diri terhadap fondasi dan arah kebijakan Indonesia.
"Kalau akhir tahun kita menutup defisit dengan angka yang sering saya bilang antara 2,5 persen hingga 2,7 persen dan GDP ditutup dengan estimasi about lima persen, cadev naik, current account dan capital account membaik, itu semua akan memberikan dampak yg lebih positif," tandasnya.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa keputusan The Fed menaikkan suku bunga pun telah dikomunikasikan sejak jauh-jauh hari. Sehingga, Pemerintah Indonesia juga telah jauh-jauh hari mengantisipasi kemungkinan yang akan terjadi pasca keputusan tersebut.
"Sudah dikomunikasikan secara clear bahwa tahun ini naik 25 basis points, dan tahun depan (naik) tiga kali. Saya rasa ini sudah dicerna oleh banyak sekali pelaku pasar dunia dan mereka yang punya capital," katanya di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (15/12/2016).
Selain itu, sambung mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, posisi Indonesia juga merupakan negara berkembang (emerging market) yang cukup besar. Hal ini terlihat dari sisi pertumbuhan yang cukup tinggi dan angka defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang terbilang rendah dan dijaga di bawah 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Posisi Indonesia sebagai emerging market yang cukup besar, domestic market cukup kuat dan growth yang cukup tinggi. Kita sebenarnya emerging market yang size and level of growth-nya termasuk yang agak berbeda dengan emerging market lain," imbuh dia.
Tak hanya itu, mantan Menko bidang Perekonomian ini menambahkan, pemerintah juga beberapa waktu lalu telah menerbitkan global bond senilai USD3,5 miliar dengan imbal hasil yang jauh lebih menguntungkan. Hal tersebut, kata Sri, telah menggambarkan bahwa pasar percaya diri terhadap fondasi dan arah kebijakan Indonesia.
"Kalau akhir tahun kita menutup defisit dengan angka yang sering saya bilang antara 2,5 persen hingga 2,7 persen dan GDP ditutup dengan estimasi about lima persen, cadev naik, current account dan capital account membaik, itu semua akan memberikan dampak yg lebih positif," tandasnya.
(ven)