BPJT Antisipasi Dampak Pembangunan Tol Jakarta-Cikampek II

Jum'at, 16 Desember 2016 - 21:16 WIB
BPJT Antisipasi Dampak Pembangunan Tol Jakarta-Cikampek II
BPJT Antisipasi Dampak Pembangunan Tol Jakarta-Cikampek II
A A A
JAKARTA - Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan mengantisipasi terjadinya kemacetan ketika pembangunan atau masa kontruksi proyek jalan tol Jakarta-Cikampek II (elevated) dimulai.

Kepala BPJT Kementerian PUPR Herry Trisaputra Zuna mengatakan, akan meminimalisir sebisa mungkin dampak dari pembangunan tersebut, mengingat pembangunannya bersifat elevated atau melayang di atas jalan tol eksisting Jakarta-Cikampek.

"Ini menjadi catatan tersendiri bagi kami di BPJT, artinya yang bisa kami lakukan adalah mengatur sebisa mungkin untuk mengurangi dampak. Karena lokasi yang sama juga dibangun LRT maupun proses persiapan untuk pembangunan kereta cepat," kata dia dalam acara Coffee Morning Infrastruktur di Jakarta, Jumat (16/12/2016).

Menurutnya, kemacetan atau kepadatan dipastikan terjadi ketika pembangunan proyek Jakarta-Cikampek II mulai dilakukan pada triwulan II 2017.

"Namun, kami selalu melakukan koordinasi bersama pihak pengelola jalan tol Cikampek, Jasa Marga. Kami meminta supaya Jasa Marga membentuk konsultan yang mampu memngintegrasikan semua proses pembangunan yang ada. Baik itu LRT, dan rencana pembangunan kereta cepat," ujar dia.

Di tempat yang sama, engineer consultant PT Stadia, Dadan Rusli mengungkapkan, metode pembangunan jalan tol Jakarta-Cikampek II harus tepat untuk menghindari gangguan maksimal terhadap pengguna jalan. Dia mengatakan, jika pembangunan proyek tersebut mengurangi kapasitas jalan tol eksisting saat ini maka dampaknya akan sangat besar.

"Hitung-hitungannya bisa mencapai Rp1,3 triliun per tahun. Asumsi itu berdasarkan jumlah kendaraan yang masuk dan keluar ditambah biaya BBM," katanya.

Meski demikian, kerugian tersebut bisa diminimalisir dengan menerapkan metode teknologi Sosrobahu. Metode ini pertamakali diperkenalkan oleh Insinyur Tjokorda Raka Sukawati pada proyek pembangunan Jalan Tol Wiyoto-Wiyono pada 1988.

"Saya kira akan sangat efektif memanfaatkan metode ini. Karena pembangunan jalan tol melayang dengan sistem Sosrobahu akan lebih menghemat penggunaan ruang," ungkapnya.

Chief Technical Officer Citra Metro Manila Tollways Corporation Dodik Marseno Catur Utomo mengatakan, pembangunan jalan tol melayang melalui penerapan teknologi Sosrobahu dinilai sangat efektif, karena dengan ruang yang sangat terbatas, tiang bagu pemancang bisa dibangun dengan sistem yang paralel.

"Ini yang kami terapkan di Filipina. Di mana proyek kami, berada di pusat kota, namun cukup efektif karena lahan yang efisien bisa termanfaatkan dan tidak terlalu mengganggu pengguna jalan," kata dia.

Jalan Tol Citra Metro Manila merupakan jalan tol yang dibangun atas kerja sama perusahaan Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP) dan Investor lokal Filipina.

Berdasarkan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol Jakarta-Cikampek II (elevated) direncanakan dibangun pada Triwulan II, 2017 dan ditargetkan beroperasi pada 2019. Jalan Tol melalui investor BUMN PT Jasa Marga tersebut, akan memiliki masa konsesi selama 45 tahun.

Pembangunan jalan tol Jakarta-Cikampek II (elevated) terdiri dari 9 seksi di antaranya Seksi Cikunir-Bekasi Barat (2,99 km), Seksi Bekasi Barat-Bekasi Timur (3,63 km), Seksi Bekasi Timur-Tambun (4,34 km), Seksi Tambun-Cibitung (3,30 km), Seksi Cibitung-Cikarang Utama (4,46 km).

Lalu, Seksi Cikarang Utama-Cikarang Barat (2,72 km), Seksi Cikarang Barat-Cibatu (3,16 km), Seksi Cibatu-Cikarang Timur (2,45 km) dan Seksi Cikarang Timur-Karawang Barat (9,79 km). Rencananya jalan tol tersebut, seluruhya akan dibangun elevated hingga ke Karawang Barat.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6927 seconds (0.1#10.140)