Mark Erwin, Mantan Narapidana yang Sukses Menjadi Miliarder

Jum'at, 23 Desember 2016 - 06:20 WIB
Mark Erwin, Mantan Narapidana...
Mark Erwin, Mantan Narapidana yang Sukses Menjadi Miliarder
A A A
SEBAGAI seorang pebisnis, nama Mark Wylea Erwin, 72 tahun, memang kalah gaung dari Warren Buffet. Dan sebagai pengusaha cum politikus, ia kalah kondang dari Donald John Trump. Namun pengalaman hidupnya yang pernah berada di balik jeruji yang akhirnya mendirikan Erwin Capital, sebuah perusahaan finansial dan asset management hingga menjadi multi miliarder patut dicermati.

Melansir CNBC, Kamis (22/12/2016), Mark pun mengisahkan masa mudanya yang penuh kelam. Saat usia 16 tahun, ia dikeluarkan dari sekolahnya karena perangainya yang nakal. Hal ini dampak dari keluarganya yang berantakan dan menyia-nyiakan warisan dari orang tua mereka. Sang ibu pun terpuruk dalam alkohol. Mark lantas melakukan penipuan dengan memalsukan tanda tangan ibunya di sebuah cek untuk mendapatkan uang tunai.

Mark remaja harus mendekam di balik jeruji atas kejahatan ini, “Saya akhirnya berada di penjara atas kejahatan yang saya lakukan,” bebernya kepada CNBC.

Sembari menunggu hukuman yang dijalani selama empat tahun, Mark berdoa untuk mendapatkan kesempatan kedua dalam hidupnya. Hakim pun menawarkannya bebas bersyarat dengan kerja sosial di instalasi militer. Dari sini, ia tertarik masuk tentara. Erwin, pria kelahiran Coral Gables, Florida 30 Maret 1944, akhirnya diterima di Angkatan Udara Amerika Serikat.

Di tempat baru, ia mendapatkan dua buku dari seseorang dan berkata, “kamu perlu membaca buku-buku ini”. Kedua buku tersebut akhirnya mengubah perjalanan hidup Mark Erwin yang kini dikenal sebagai salah satu pengusaha real estat di Charlotte, North Carolina.

Kedua buku itu adalah The Power of Positive Thinking karya Norman Vincent Peale dan Think and Grow Rich karya Napoleon Hill. “Saya mulai membaca kedua buku itu dan saya tidak bisa berhenti,” ujarnya.

Buku-buku itu mengajarinya pelajaran penting dalam hidup. Pertama, berhentilah membuat alasan. Dalam Think and Grow Rich, Hill menulis bahwa latar belakang Anda tidak penting namun yang terpenting adalah apa yang Anda buat dari hari ke hari dan ini akan berdampak penting bagi Anda.

Sebagai seorang remaja, Erwin selalu menyalahkan keluarganya untuk masalahnya sendiri. Lewat buku tersebut, Erwin sadar bahwa menjadi pecundang atau pemenang itu karena Anda sendiri.

Hal kedua yang didapat dari buku tersebut adalah menetapkan tujuan dan memiliki visi untuk mencapai gol. “Hal lain yang saya pelajari adalah pentingnya menetapkan tujuan dan memiliki visi,” ucapnya. Buku The Power of Positive Thinking mengajarkan untuk merumuskan dan memantapkan tujuan dalam pikiran dan mental Anda sebagai manusia sukses.

Untuk Erwin, visi yang tergambar dalam The Power of Positive Thinking adalah prinsip untuk mengubah hidup Anda dari biasa menjadi luar biasa, adalah menjadi seorang jutawan.

Pada usia 18 tahun, Erwin lantas mengembangkan visinya yang saat itu masih di Angkatan Udara AS. “Visi saya adalah mengembalikan kekayaan dan prestise keluarga saya”. Saat itu ia tidak memiliki pendidikan tinggi, tidak punya modal, dianggap tidak punya prospek, dan memiliki rekam jejak kriminal.

Untuk mencapai tujuannya, Erwin memutuskan keluar dari Angkatan Udara. Ia lalu mendarat dan bekerja mengelola real estat untuk UPS (United Parcel Service). “Ketika saya bekerja di sana, saya bekerja total. Karena saya tahu semua orang ingin mencapai ke puncak,” katanya.

Dengan kegigihannya, ia mengumpulkan sejumlah uang dan mulai berinvestasi di real estat. Uangnya pun bekerja sekeras Erwin, karena baginya ketekunan adalah sangat penting.

Mendekati usia 40 tahun, ia akhirnya berhasil mewujudkan visinya menjadi jutawan. Pada 1991, ia mendirikan Erwin Capital, sebuah perusahaan sektor finansial dan asset management, yang lini bisnisnya mencakup real estat.

Pada era Presiden AS Bill Clinton, ia ditunjuk menjadi Duta Besar Amerika Serikat untuk Mauritius, Seychelles, dan Komoro--tiga negara di Afrika--untuk periode 1999-2001. Hari ini, Mark selain mengelola perusahaan modal investasi juga merupakan motivator.

Kepada CNBC, Mark Erwin berharap pengalamannya bisa menjadi pelajaran dan mengilhami orang lain untuk melakukan perubahan nyata, bahwa menjadi kaya tidak melihat latar belakang, modal, atau pendidikan namun apa yang ia buat dan memantapkan visi dan menerjemahkannya dalam ketekunan.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0933 seconds (0.1#10.140)