2017, BSM Fokus Garap Pendidikan dan Health Care
A
A
A
YOGYAKARTA - Bank Syariah Mandiri (BSM) area Yogyakarta akan fokus menggarap sektor pendidikan dan health care di tahun 2017. Dua sektor tersebut dianggap memiliki prospek bisnis lebih dibanding sektor-sektor yang lain. Meski selama ini, BSM area Yogyakarta memang telah banyak menggarap sektor pendidikan.
Area Manager BSM Daerah Istimewa Yogyakarta, Sukma Dwie Ariadi mengungkapkan, tahun ini sektor bisnis memang mengalami degradasi akibat pengaruh perlambatan ekonomi global. Pertumbuhan bisnis yang diharapkan ternyata tidak banyak terjadi. Hal ini berimbas terhadap iklim bisnis perbankan secara menyeluruh di wilayah ini. "Pertumbuhan tetap ada tetapi tidak seperti tahun-tahun sebelumnya," paparnya, Kamis (29/12/2016).
Hingga bulan September 2016 lalu, besaran aset yang dimiliki BSM secara nasional mencapai Rp4,4 triliun. Sementara aset BSM area Yogyakarta mencapai Rp1,8 triliun. Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil mereka kumpulkan dari masyarakat mencapai Rp1,6 triliun. Karena pertumbuhan bisnis di Yogyakarta sedang tertekan, nilai pembiayaan mereka hanya di kisaran Rp1,2 triliun.
Menurutnya, kondisi makro yang sedang down akan berlanjut hingga tahun 2017, karena masih adanya perlambatan ekonomi global. Di samping itu, rasio potensi pengucuran kredit di masyarakat semakin besar. Dimana potensi pembiayaan bermasalah masih tetap ada, sehingga angka Non Performance Loan (NPL) perbankan masih tertekan dengan kredit atau pembiayaan bermasalah tersebut.
Untuk menggapai pertumbuhan serapan pembiayaan, semua pihak termasuk BSM harus bekerja keras. Perbankan harus lebih berhati-hati dalam mengalokasikan dana mereka untuk pembiayaan. "Strategi bisnis yang tepat memang harus dirancang sejak awal," tandasnya.
Salah satu strategis bisnis yang mereka terapkan adalah fokus pada dua sektor, pendidikan dan health care. Yogyakarta sebagai kota pelajar memiliki potensi untuk digarap maksimal. Dana yang berputar di institusi pendidikan sangat banyak. Di samping itu, tren health care belakangan ini juga tengah berkembang pesat. Tak sekedar rumah sakit, rumah perawatan kesehatan dan kecantikan juga berkembang bagus.
Institusi pendidikan merupakan salah satu potensi sumber dana murah. Dengan membidik potensi dana murah tersebut, maka efisiensi biaya yang mereka keluarkan juga bisa digapai. Dengan demikian BSM bisa mengalokasikan pembiayaan murah. Sehingga pembiayaan BSM bisa lebih kompetitif dan semakin diminati masyarakat untuk membiayai usaha. "Saat ini, 40 persen dari DPK kami berasal dari sektor pendidikan. Dan baru 15 persen pembiayaan kami yang masuk ke sektor pendidikan," tuturnya.
Kepala Perwakilan Otoritas Jasa Keuangan Yogyakarta, Fauzi Nugroho mengatakan, untuk bisa bersaing maka, perbankan harus mampu menekan biaya mereka. Karena itu, mereka harus mampu mencari sumber dana yang murah. Komposisi DPK berasal dari tabungan ataupun deposito.
Tabungan merupakan dana yang murah karena untuk deposito harus mengeluarkan biaya bunga yang besar. "Tabungan memang harus mulai dikedepankan. Karena kalau DPK dari komposisi lain biayanya lebih besar," ujarnya.
Area Manager BSM Daerah Istimewa Yogyakarta, Sukma Dwie Ariadi mengungkapkan, tahun ini sektor bisnis memang mengalami degradasi akibat pengaruh perlambatan ekonomi global. Pertumbuhan bisnis yang diharapkan ternyata tidak banyak terjadi. Hal ini berimbas terhadap iklim bisnis perbankan secara menyeluruh di wilayah ini. "Pertumbuhan tetap ada tetapi tidak seperti tahun-tahun sebelumnya," paparnya, Kamis (29/12/2016).
Hingga bulan September 2016 lalu, besaran aset yang dimiliki BSM secara nasional mencapai Rp4,4 triliun. Sementara aset BSM area Yogyakarta mencapai Rp1,8 triliun. Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil mereka kumpulkan dari masyarakat mencapai Rp1,6 triliun. Karena pertumbuhan bisnis di Yogyakarta sedang tertekan, nilai pembiayaan mereka hanya di kisaran Rp1,2 triliun.
Menurutnya, kondisi makro yang sedang down akan berlanjut hingga tahun 2017, karena masih adanya perlambatan ekonomi global. Di samping itu, rasio potensi pengucuran kredit di masyarakat semakin besar. Dimana potensi pembiayaan bermasalah masih tetap ada, sehingga angka Non Performance Loan (NPL) perbankan masih tertekan dengan kredit atau pembiayaan bermasalah tersebut.
Untuk menggapai pertumbuhan serapan pembiayaan, semua pihak termasuk BSM harus bekerja keras. Perbankan harus lebih berhati-hati dalam mengalokasikan dana mereka untuk pembiayaan. "Strategi bisnis yang tepat memang harus dirancang sejak awal," tandasnya.
Salah satu strategis bisnis yang mereka terapkan adalah fokus pada dua sektor, pendidikan dan health care. Yogyakarta sebagai kota pelajar memiliki potensi untuk digarap maksimal. Dana yang berputar di institusi pendidikan sangat banyak. Di samping itu, tren health care belakangan ini juga tengah berkembang pesat. Tak sekedar rumah sakit, rumah perawatan kesehatan dan kecantikan juga berkembang bagus.
Institusi pendidikan merupakan salah satu potensi sumber dana murah. Dengan membidik potensi dana murah tersebut, maka efisiensi biaya yang mereka keluarkan juga bisa digapai. Dengan demikian BSM bisa mengalokasikan pembiayaan murah. Sehingga pembiayaan BSM bisa lebih kompetitif dan semakin diminati masyarakat untuk membiayai usaha. "Saat ini, 40 persen dari DPK kami berasal dari sektor pendidikan. Dan baru 15 persen pembiayaan kami yang masuk ke sektor pendidikan," tuturnya.
Kepala Perwakilan Otoritas Jasa Keuangan Yogyakarta, Fauzi Nugroho mengatakan, untuk bisa bersaing maka, perbankan harus mampu menekan biaya mereka. Karena itu, mereka harus mampu mencari sumber dana yang murah. Komposisi DPK berasal dari tabungan ataupun deposito.
Tabungan merupakan dana yang murah karena untuk deposito harus mengeluarkan biaya bunga yang besar. "Tabungan memang harus mulai dikedepankan. Karena kalau DPK dari komposisi lain biayanya lebih besar," ujarnya.
(ven)