Kolaborasi Dua Anak Usaha RNI Genjot Produksi Alat Kesehatan
A
A
A
JAKARTA - PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) berupaya menggenjot produksi alat kesehatan (alkes) yang berkualitas ekspor agar mampu bersaing di pasar regional. Guna merealisasikan target tersebut, perseroan mendorong dua anak usahanya yaitu PT Phapros Tbk dan PT Mitra Rajawali Banjaran (MRB) untuk melakukan sinergi pengembangan alat kesehatan.
"Melalui kerjasama ini kami tidak hanya menargetkan produksi alkes yang mampu diserap pasar dalam negeri tetapi juga memiliki kualitas ekspor agar mampu bersaing di pasar regional," kata Direktur Utama RNI Didik Prasetyo dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (3/1/2017).
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), 94% pasar alkses dalam negeri masih dikuasai produk impor, padahal produk alkes buatan dalam negeri mampu menekan 30% biaya pengobatan. Sedangkan industri alkes nasional mencapai Rp12 triliun, namun tidak diimbangi oleh produktivitas alkes nasional, dimana hanya terdapat 6% izin edar alkes dalam negeri yang selebihnya 94% dikuasai alkes impor.
Secara spesifik, kata Didik, sinergi ini juga bertujuan untuk mendukung terlaksananya program pemerintah dalam percepatan pengembangan industri farmasi dan alkes sesuai dengan Instruksi Presiden RI (Inpres) No 6/2016.
"RNI akan berupaya semaksimal mungkin membesarkan industri alkes yang merupakan bagian dari core bisnis kami, kedua anak usaha ini juga telah berpengalaman dalam bidang tersebut," lanjutnya.
Menurut dia, PT Phapros sudah berpengalaman dalam industri farmasi dan alkes nasional begitu pula PT MRB. Selain peningkatan skala bisnis, sinergi ini juga tidak lepas dari upaya optimalisasi protensi yang ada. Dalam roadmap-nya PT Phapros telah memiliki rencana pengembangan bisnis alkes.
"Untuk itu kami gagas kolaborasi antara Phapros yang punya modal dan teknologi dengan MRB yang memiliki lahan dan aset bangunan," papar dia.
"Melalui kerjasama ini kami tidak hanya menargetkan produksi alkes yang mampu diserap pasar dalam negeri tetapi juga memiliki kualitas ekspor agar mampu bersaing di pasar regional," kata Direktur Utama RNI Didik Prasetyo dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (3/1/2017).
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), 94% pasar alkses dalam negeri masih dikuasai produk impor, padahal produk alkes buatan dalam negeri mampu menekan 30% biaya pengobatan. Sedangkan industri alkes nasional mencapai Rp12 triliun, namun tidak diimbangi oleh produktivitas alkes nasional, dimana hanya terdapat 6% izin edar alkes dalam negeri yang selebihnya 94% dikuasai alkes impor.
Secara spesifik, kata Didik, sinergi ini juga bertujuan untuk mendukung terlaksananya program pemerintah dalam percepatan pengembangan industri farmasi dan alkes sesuai dengan Instruksi Presiden RI (Inpres) No 6/2016.
"RNI akan berupaya semaksimal mungkin membesarkan industri alkes yang merupakan bagian dari core bisnis kami, kedua anak usaha ini juga telah berpengalaman dalam bidang tersebut," lanjutnya.
Menurut dia, PT Phapros sudah berpengalaman dalam industri farmasi dan alkes nasional begitu pula PT MRB. Selain peningkatan skala bisnis, sinergi ini juga tidak lepas dari upaya optimalisasi protensi yang ada. Dalam roadmap-nya PT Phapros telah memiliki rencana pengembangan bisnis alkes.
"Untuk itu kami gagas kolaborasi antara Phapros yang punya modal dan teknologi dengan MRB yang memiliki lahan dan aset bangunan," papar dia.
(akr)