IHSG Diprediksi Masih Tertekan
A
A
A
JAKARTA - Analis Reliance Securities Lanjar Nafi memperkirakan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini masih akan bergerak cenderung tertekan dengan range pergerakan 5.200-5.310.
Lanjar mengatakan, secara teknikal IHSG terkonfirmasi pulled back tepat ditarget 61,8% dari bullish butterfly harmonic pattern setelah membentuk pola gravestone doji di akhir tahun kemarin.
"Indikator stochastic dead-cross pada area overbought dengan momentum bearish trelihat dengan indikator RSI. Koreksi yang berkelanjutan akan terlihat jika IHSG break out support MA50 tepat pada kisaran level 5.260," ujarnya di Jakarta, Rabu (4/1/2017).
Sementara, IHSG kemarin justru ditutup pada zona negatif di awal tahun, dengan turun -20,74 poin sebesar -0,39% di level 5.275,97 dengan volume yang cukup tinggi.
Seluruh indeks sektoral melemah kecuali sektor pertambangan yang bertahan pada zona hijau. Terapresiasinya rupiah terhadap USD di awal tahun tidak mampu memberikan dorongan lebih pada pergerakan IHSG. Investor asing pun tercatat net sell Rp77,43 miliar.
"Investor terlihat mengevaluasi penguatan IHSG di akhir tahun yang cukup signifikan di tengah kekhawatiran pertumbuhan inflasi yang menjadi ancaman di tahun 2017, pasca kenaikan harga listrik dan gas elpiji," pungkasnya.
Saham-saham yang dapat diperhatikan diantaranya JPFA, TINS, ITMG, SIMP, dan SSIA.
Lanjar mengatakan, secara teknikal IHSG terkonfirmasi pulled back tepat ditarget 61,8% dari bullish butterfly harmonic pattern setelah membentuk pola gravestone doji di akhir tahun kemarin.
"Indikator stochastic dead-cross pada area overbought dengan momentum bearish trelihat dengan indikator RSI. Koreksi yang berkelanjutan akan terlihat jika IHSG break out support MA50 tepat pada kisaran level 5.260," ujarnya di Jakarta, Rabu (4/1/2017).
Sementara, IHSG kemarin justru ditutup pada zona negatif di awal tahun, dengan turun -20,74 poin sebesar -0,39% di level 5.275,97 dengan volume yang cukup tinggi.
Seluruh indeks sektoral melemah kecuali sektor pertambangan yang bertahan pada zona hijau. Terapresiasinya rupiah terhadap USD di awal tahun tidak mampu memberikan dorongan lebih pada pergerakan IHSG. Investor asing pun tercatat net sell Rp77,43 miliar.
"Investor terlihat mengevaluasi penguatan IHSG di akhir tahun yang cukup signifikan di tengah kekhawatiran pertumbuhan inflasi yang menjadi ancaman di tahun 2017, pasca kenaikan harga listrik dan gas elpiji," pungkasnya.
Saham-saham yang dapat diperhatikan diantaranya JPFA, TINS, ITMG, SIMP, dan SSIA.
(ven)