Bos BEI Minta Presdir Freeport Agar Segera IPO
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio meminta waktu kepada Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Chappy Hakim untuk mencatatkan saham perdana (initial public offering/IPO) di Indonesia.
Namun, proses IPO Freeport belum bisa dilakukan. Pasalnya, kata Tito, ada persoalan antara Freeport dengan pemerintah terkait pelepasan sebagian (divestasi) saham sebesar 10,64% yang belum menemukan titik temu.
Karena itu, Tito ingin pihaknya meminta waktu dengan mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara itu. "Saya tidak bicara Freeport, kalau Anda tanya saya, saya hanya katakan ada masalah antara Freeport dengan pemerintah yang belum selesai. Jadi saya minta waktu sama Pak Chappy," ujarnya di Jakarta, Kamis (5/1/2017).
Selain membidik Freeport, Tito menyampaikan ada satu perusahaan pertambangan dan satu perusahaan properti besar luar negeri yang diharapkan melantai di pasar modal Indonesia pada tahun ini.
"Saya sudah bicara dengan tiga perusahaan, Freeport dan Newmont. Jadi ada dua pertambangan dan satu properti. Ketiga-tiganya kepemilikan Indonesia memakai nama asing," katanya.
Khusus untuk Newmont, dia menambahkan sudah bertemu dengan sang pemilik Arifin Panigoro. Hasil dari pertemuan tersebut, dinilainya pantas untuk mereka melakukan IPO di dalam negeri.
"Newmont diambil Arifin. Saya sudah bicara dan menurut saya pantas (IPO)," pungkasnya.
Namun, proses IPO Freeport belum bisa dilakukan. Pasalnya, kata Tito, ada persoalan antara Freeport dengan pemerintah terkait pelepasan sebagian (divestasi) saham sebesar 10,64% yang belum menemukan titik temu.
Karena itu, Tito ingin pihaknya meminta waktu dengan mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara itu. "Saya tidak bicara Freeport, kalau Anda tanya saya, saya hanya katakan ada masalah antara Freeport dengan pemerintah yang belum selesai. Jadi saya minta waktu sama Pak Chappy," ujarnya di Jakarta, Kamis (5/1/2017).
Selain membidik Freeport, Tito menyampaikan ada satu perusahaan pertambangan dan satu perusahaan properti besar luar negeri yang diharapkan melantai di pasar modal Indonesia pada tahun ini.
"Saya sudah bicara dengan tiga perusahaan, Freeport dan Newmont. Jadi ada dua pertambangan dan satu properti. Ketiga-tiganya kepemilikan Indonesia memakai nama asing," katanya.
Khusus untuk Newmont, dia menambahkan sudah bertemu dengan sang pemilik Arifin Panigoro. Hasil dari pertemuan tersebut, dinilainya pantas untuk mereka melakukan IPO di dalam negeri.
"Newmont diambil Arifin. Saya sudah bicara dan menurut saya pantas (IPO)," pungkasnya.
(ven)