Ekspor Yogyakarta Sepanjang 2016 Turun
A
A
A
YOGYAKARTA - Nilai ekspor Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama 2016 mengalami penurunan. Meski pada akhir tahun nilai ekspor mengalami kenaikan, tetapi secara keseluruhan nilainya mengalami penurunan, karena kondisi ekonomi yang belum stabil.
Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, Arjuliwondo mengungkapkan berdasarkan data yang mereka peroleh dari sejumlah pintu keluar ekspor, secara keseluruhan ekspor DIY mulai Januari hingga akhir November 2016 mengalami penurunan sekitar 1,65% dibanding periode sama tahun sebelumnya.
Penurunan ekspor banyak terjadi di beberapa negara tujuan ekspor sebelumnya. "Tiga negara tujuan ekspor mengalami penurunan," kata dia di Yogyakarta, Rabu (18/1/2017).
Pihaknya mencatat, total nilai ekspor dari DIY ke 10 negara dari Januari-November 2016 sekitar USD296,7 juta. Jumlah tersebut menurun dibanding nilai ekspor periode sama tahun sebelumnya yang mencapai USD301,6 juta.
Lima negara tujuan ekspor mengalami penurunan permintaan di antaranya Amerika Serikat, Jerman, Australia, Jepang, dan Tiongkok. Nilai ekspor ke Australia yang terbanyak mengalami penurunan, karena mencapai -23,38% dari USD11,27 juta menjadi USD8,86 juta.
Penurunan ekspor kedua terbanyak terjadi ke Jepang, mencapai -8,73% dari USD 28,9 juta menjadi USD26,4 juta. Amerika serikat juga menunjukkan penurunan dari USD119,6 menjadi USD111,97 juta atau menurun -6,41% dibanding periode sama tahun sebelumnya.
Begitu juga dengan Jerman yang mengalami penurunan sekitar 4,33% dibanding periode sebelumnya dari USD36,7 juta menjadi USD35,1 juta. Sementara, China mengalami penurunan paling sedikit hanya -0,73%. "Tiongkok nilai ekspor dari USD5,59 juta jadi USD5,55 juta," tambahnya.
Empat komoditas dari 10 komoditas utama yang mengalami penurunan terbesar adalah barang-barang dari kulit. Barang-barang dari kulit turun sekitar 18,2% dan enam komoditas yang mengalami kenaikan terbesar adalah karton/kertas sekitar 157,79%.
Distribusi ekspor terbanyak memang masih Amerika Serikat. Sekretaris HIMKI DIY, Endro Wardoyo mengakui ekspor dari DIY memang belum pulih seperti beberapa tahun silam.
Atas dasar itu, pasar mereka alihkan ke pasar lokal karena lebih menjanjikan. Dalam beberapa tahun terakhir pasar lokal justru mengalami pertumbuhan. "Kini teman-teman banyak mengalihkan ke pasar lokal," tambahnya.
Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, Arjuliwondo mengungkapkan berdasarkan data yang mereka peroleh dari sejumlah pintu keluar ekspor, secara keseluruhan ekspor DIY mulai Januari hingga akhir November 2016 mengalami penurunan sekitar 1,65% dibanding periode sama tahun sebelumnya.
Penurunan ekspor banyak terjadi di beberapa negara tujuan ekspor sebelumnya. "Tiga negara tujuan ekspor mengalami penurunan," kata dia di Yogyakarta, Rabu (18/1/2017).
Pihaknya mencatat, total nilai ekspor dari DIY ke 10 negara dari Januari-November 2016 sekitar USD296,7 juta. Jumlah tersebut menurun dibanding nilai ekspor periode sama tahun sebelumnya yang mencapai USD301,6 juta.
Lima negara tujuan ekspor mengalami penurunan permintaan di antaranya Amerika Serikat, Jerman, Australia, Jepang, dan Tiongkok. Nilai ekspor ke Australia yang terbanyak mengalami penurunan, karena mencapai -23,38% dari USD11,27 juta menjadi USD8,86 juta.
Penurunan ekspor kedua terbanyak terjadi ke Jepang, mencapai -8,73% dari USD 28,9 juta menjadi USD26,4 juta. Amerika serikat juga menunjukkan penurunan dari USD119,6 menjadi USD111,97 juta atau menurun -6,41% dibanding periode sama tahun sebelumnya.
Begitu juga dengan Jerman yang mengalami penurunan sekitar 4,33% dibanding periode sebelumnya dari USD36,7 juta menjadi USD35,1 juta. Sementara, China mengalami penurunan paling sedikit hanya -0,73%. "Tiongkok nilai ekspor dari USD5,59 juta jadi USD5,55 juta," tambahnya.
Empat komoditas dari 10 komoditas utama yang mengalami penurunan terbesar adalah barang-barang dari kulit. Barang-barang dari kulit turun sekitar 18,2% dan enam komoditas yang mengalami kenaikan terbesar adalah karton/kertas sekitar 157,79%.
Distribusi ekspor terbanyak memang masih Amerika Serikat. Sekretaris HIMKI DIY, Endro Wardoyo mengakui ekspor dari DIY memang belum pulih seperti beberapa tahun silam.
Atas dasar itu, pasar mereka alihkan ke pasar lokal karena lebih menjanjikan. Dalam beberapa tahun terakhir pasar lokal justru mengalami pertumbuhan. "Kini teman-teman banyak mengalihkan ke pasar lokal," tambahnya.
(izz)