Kadin Bakal Bentuk Koperasi Khusus bagi Pedagang Daging Sapi
A
A
A
SEMARANG - Kamar Dagang Dan Industri (Kadin) Kota Semarang berencana membentuk koperasi yang khusus mewadahi para pedagang sapi. Koperasi tersebut diharapkan bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan berkaitan dengan daging sapi.
Wakil Ketua Bidang UKM, Koperasi & Ekonomi Kerakyatan Kadin Kota Semarang, Bernadette Natalia Sari Pujiastuti mengatakan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan harga daging sapi, terutama menjelang hari raya keagamaan. "Kenaikan terjadi karena ketergantungan terhadap tengkulak," katanya di Semarang, Selasa (24/1/2017).
Menurutnya, para peternak sapi belum bisa memenuhi kebutuhan pasar yang ada saat ini. Atas rencana pendirian lembaga ekonomi tersebut, Kadin juga telah berkoordinasi dengan Dinas Koperasi dan UKM setempat serta Bank Indonesia.
Sementara itu, Sekretaris Paguyuban Pedagang Daging Sapi Kota Semarang Herry Setiawan mengatakan, pemerintah masih belum bisa mengatasi permasalahan berkaitan dengan daging sapi. "Ini seperti lingkaran setan. Masih belum berujung dan semakin parah," katanya.
Permasalahan daging sapi, lanjut dia, sudah terjadi sejak tahun 80-an. Dia menambahkan pemerintah hanya melihat masalah tanpa melihat penyebabnya. Seharusnya, kata dia, pemerintah mencari tahu penyebab permasalahan daging sapi ini sebelum akhirnya memberikan solusi. "Kondisi yang terjadi, kadang solusi yang diberikan justru menimbulkan masalah baru," katanya.
Dia mencontohkan kebijakan penjualan daging impor beku untuk mengatasi permasalahan tingginya harga daging sapi dinilai juga tidak menyelesaikan masalah. "Daging dari Australia hingga mencapai tangan konsumen membutuhkan sekitar tiga bulan," katanya.
Pemerintah, menurut dia, seharusnya melihat kondisi permasalahan ini tidak hanya dari sisi peternak, namun juga dari sudut pandang jagal sapi. Selain itu, dia juga meminta pemerintah memotong mata rantai distribusi penjualan daging sapi yang masih terlalu panjang.
Wakil Ketua Bidang UKM, Koperasi & Ekonomi Kerakyatan Kadin Kota Semarang, Bernadette Natalia Sari Pujiastuti mengatakan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan harga daging sapi, terutama menjelang hari raya keagamaan. "Kenaikan terjadi karena ketergantungan terhadap tengkulak," katanya di Semarang, Selasa (24/1/2017).
Menurutnya, para peternak sapi belum bisa memenuhi kebutuhan pasar yang ada saat ini. Atas rencana pendirian lembaga ekonomi tersebut, Kadin juga telah berkoordinasi dengan Dinas Koperasi dan UKM setempat serta Bank Indonesia.
Sementara itu, Sekretaris Paguyuban Pedagang Daging Sapi Kota Semarang Herry Setiawan mengatakan, pemerintah masih belum bisa mengatasi permasalahan berkaitan dengan daging sapi. "Ini seperti lingkaran setan. Masih belum berujung dan semakin parah," katanya.
Permasalahan daging sapi, lanjut dia, sudah terjadi sejak tahun 80-an. Dia menambahkan pemerintah hanya melihat masalah tanpa melihat penyebabnya. Seharusnya, kata dia, pemerintah mencari tahu penyebab permasalahan daging sapi ini sebelum akhirnya memberikan solusi. "Kondisi yang terjadi, kadang solusi yang diberikan justru menimbulkan masalah baru," katanya.
Dia mencontohkan kebijakan penjualan daging impor beku untuk mengatasi permasalahan tingginya harga daging sapi dinilai juga tidak menyelesaikan masalah. "Daging dari Australia hingga mencapai tangan konsumen membutuhkan sekitar tiga bulan," katanya.
Pemerintah, menurut dia, seharusnya melihat kondisi permasalahan ini tidak hanya dari sisi peternak, namun juga dari sudut pandang jagal sapi. Selain itu, dia juga meminta pemerintah memotong mata rantai distribusi penjualan daging sapi yang masih terlalu panjang.
(akr)