Penetrasi Keuangan Syariah di Indonesia Masih Minim
A
A
A
JAKARTA - Pengusaha nasional Sandiaga Uno menyebutkan, penetrasi keuangan syariah di Indonesia saat ini masih minim. Jumlahnya masih berada di angka 5%.
Dia menjelaskan, minimnya penetrasi membuat peluang industri keuangan syariah masih besar. Sehingga, pemasaran produknya diyakini akan semakin meluas.
"Ekonomi syariah tumbuh dengan 30 juta nasabah. Indonesia juga terbitkan sukuk terbesar di dunia USD10 miliar dengan outstanding USD9,5 miliar," ujarnya di Jakarta, Rabu (25/1/2017).
Di tempat yang sama, Pengamat Ekonomi Syariah Adiwarman Karim menyampaikan, Indonesia merupakan negara Islam terbesar di dunia. Banyak produk sudah dikemas secara syariah mulai dari makanan hingga jasa keuangan.
"Kita kiblat islamic fashion, islamic food, dan islamic fund. Karaoke syariah dan spa syariah. Indonesia kiblat dunia, dari islamic food dulu kita enggak peduli sertifikat halal," kata dia.
Karim menuturkan, sertifikat halal itu muncul di Indonesia karena banyak barang dari luar justru disertifikasi di Malaysia. Daripada dilakukan di negara tetangga lebih baik di dalam negeri.
"Malaysia pionir sertifikat halal di Indonesia. MUI terkejut barang Eropa masuk pakai stempel halal Malaysia, pada saat itu MUI buat sertifikat halal," pungkasnya.
Dia menjelaskan, minimnya penetrasi membuat peluang industri keuangan syariah masih besar. Sehingga, pemasaran produknya diyakini akan semakin meluas.
"Ekonomi syariah tumbuh dengan 30 juta nasabah. Indonesia juga terbitkan sukuk terbesar di dunia USD10 miliar dengan outstanding USD9,5 miliar," ujarnya di Jakarta, Rabu (25/1/2017).
Di tempat yang sama, Pengamat Ekonomi Syariah Adiwarman Karim menyampaikan, Indonesia merupakan negara Islam terbesar di dunia. Banyak produk sudah dikemas secara syariah mulai dari makanan hingga jasa keuangan.
"Kita kiblat islamic fashion, islamic food, dan islamic fund. Karaoke syariah dan spa syariah. Indonesia kiblat dunia, dari islamic food dulu kita enggak peduli sertifikat halal," kata dia.
Karim menuturkan, sertifikat halal itu muncul di Indonesia karena banyak barang dari luar justru disertifikasi di Malaysia. Daripada dilakukan di negara tetangga lebih baik di dalam negeri.
"Malaysia pionir sertifikat halal di Indonesia. MUI terkejut barang Eropa masuk pakai stempel halal Malaysia, pada saat itu MUI buat sertifikat halal," pungkasnya.
(izz)