Masyarakat Yogyakarta Cenderung Pilih BPRS Ketimbang Konvensional

Sabtu, 04 Februari 2017 - 03:27 WIB
Masyarakat Yogyakarta...
Masyarakat Yogyakarta Cenderung Pilih BPRS Ketimbang Konvensional
A A A
YOGYAKARTA - Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Daerah Istimewa Yogyakarta masih positif meski saat ini kondisi perekonomian masih mengalami perlambatan. Hal ini menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) karena nasabah kini memilih produk dari BPR Syariah (BPRS).

OJK Yogyakarta melihat, pertumbuhan kredit atau pembiayaan dari BPR Konvensional terhadap BPR syariah justru lebih kecil. Belakangan masyarakat lebih memilih kredit BPRS ketimbang melalui BPR Konvensional. Fenomena ini tentu harus menjadi perhatian kalangan BPR Konvensional.

Dan ini bisa dilihat dari data perumbuhan kredit BPR Konvensional tahun 2016 lalu, yang hanya tumbuh 8,81% dibanding tahun 2015. Sementara pembiayaan yang dikucurkan BPRS selama periode Januari-Desember 2016 meningkat 14,3% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Kepala Perwakilan OJK Yogyakarta, Fauzi Nugroho menilai gempuran kredit murah dari bank umum konvensional yang terjadi belakangan ini, terutama melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) mengakibatkan BPR harus bersikap. Kendati demikian, OJK mengaku tidak mengkhawatirkan hal tersebut, mengingat BPR selama ini telah mampu mencermati celah yang ada.

Dari sisi Non Performance Loan (NPL), NPL BPR Konvensional mencapai 5%, sementara BPRS mencapai angka 8%. Sementara aset BPR konvensional di Yogyakarta sudah mencapai Rp 5,54 triliun dan BPR Syariah Rp 0,4 triliun. Dari Rp 5,54 triliun aset BPR Konvensional, Rp4,42 triliunnya merupakan Dana Pihak Ketiga (DPK). "Kalau BPRS, dari aset Rp0,4 triliun maka Rp0,35 triliunnya DPK," ungkapnya, Jumat (3/2/3017).

Fauzi menilai BPR masih tetap bertahan dengan adanya budaya malu dari kalangan nasabah di Yogyakarta. Nasabah di Yogyakarta masih merasa malu ketika meminjam di bank diketahui khalayak umum. Dan biasanya, sisi emosional inilah yang digarap oleh BPR.

Pihaknya juga mencatat minat masyarakat untuk ke BPR masih tinggi. Hal tersebut terlihat dari nilai Loan Deposit Ratio (LDR) mereka yang masih tinggi. OJK melihat LDR BPR Konvensional mencapai 97,8% sementara BPRS 94,6%, artinya DPK yang dikucurkan menjadi kredit cukup besar. Hal ini menunjukkan peran sebagai lembaga intermediasi masih terjaga.

"Jadi BPR masih tetap bisa bertahan. Bahkan saya melihat ada BPR yang daftar antre kreditnya cukup panjang. Dan saya lihat ini terjadi di BPR Syariah," tuturnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1144 seconds (0.1#10.140)