Saham HSBC Tumbang Usai Laba Tahunan Anjlok 62%
A
A
A
LONDON - Saham HSBC mengalami kejatuhan pasca salah satu grup perbankan terbesar di dunia tersebut melaporkan penurunan laba sebesar 62%, atau merosot tajam dibandingkan perkiraan sebelumnya. Tercatat laba sebelum pajak mencapai USD7,1 miliar atau lebih rendah 62% dibandingkan laporan tahun sebelumnya yakni USD18,9 miliar.
Seperti dilansir BBC, Selasa (21/2/2017) HSBC sepanjang musim panas lalu kerap dikaitkan bakal menjual salah satunya cabang operasionalnya di Brazil. Performa bank yang berkantor pusat di Menara HSBC, London ini telah menjadi sorotan seiring kondisi sektor keuangan serta peningkatan proteksionisme global. Saham HSBC menyusut sebesar 3,5% di Hong Kong.
Sementara terkait dengan hasil pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) serta ditambah keputusan Inggris untuk meninggalkan keanggotaan Uni Eropa (UE) alias Brexit, diyakini semakin memberikan ketidakpastian untuk sektor perbankan. Dua peristiwa itu menurut mayoritas pengamat sebagai kejadian luar biasa ekonomi dan politik yang di luar dugaan.
"Kondisi ini telah diperkirakan bakal mengubah hubungan geopolitik dan ekonomi yang telah terbentuk sangat kokoh. Perubahan interaksi dalam pengembangan ekonomi tidak hanya terjadi di antara mereka, tapi juga seluruh dunia. Ketidakpastian yang dibuat oleh perubahan, akan mempengaruhi kegiatan investasi dan berkontribusi terhadap kondisi bergelojak pasar finansial," terang Chairman HSBC Douglas Flint.
Melihat perkembangan ke depannya di 2017, pihak bank menerangkan hasil pemilu AS menambahkan kekhawatiran terkait rencana kebijakan proteksionisme yang kerap disampaikan Presiden AS Donald Trump. "Hal ini telah memberikan tekanan kepada mayoritas bagian dunia dan mengakibatkan gangguan dalam perdagangan global," paparnya.
Seperti dilansir BBC, Selasa (21/2/2017) HSBC sepanjang musim panas lalu kerap dikaitkan bakal menjual salah satunya cabang operasionalnya di Brazil. Performa bank yang berkantor pusat di Menara HSBC, London ini telah menjadi sorotan seiring kondisi sektor keuangan serta peningkatan proteksionisme global. Saham HSBC menyusut sebesar 3,5% di Hong Kong.
Sementara terkait dengan hasil pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) serta ditambah keputusan Inggris untuk meninggalkan keanggotaan Uni Eropa (UE) alias Brexit, diyakini semakin memberikan ketidakpastian untuk sektor perbankan. Dua peristiwa itu menurut mayoritas pengamat sebagai kejadian luar biasa ekonomi dan politik yang di luar dugaan.
"Kondisi ini telah diperkirakan bakal mengubah hubungan geopolitik dan ekonomi yang telah terbentuk sangat kokoh. Perubahan interaksi dalam pengembangan ekonomi tidak hanya terjadi di antara mereka, tapi juga seluruh dunia. Ketidakpastian yang dibuat oleh perubahan, akan mempengaruhi kegiatan investasi dan berkontribusi terhadap kondisi bergelojak pasar finansial," terang Chairman HSBC Douglas Flint.
Melihat perkembangan ke depannya di 2017, pihak bank menerangkan hasil pemilu AS menambahkan kekhawatiran terkait rencana kebijakan proteksionisme yang kerap disampaikan Presiden AS Donald Trump. "Hal ini telah memberikan tekanan kepada mayoritas bagian dunia dan mengakibatkan gangguan dalam perdagangan global," paparnya.
(akr)