Agus Marto: Stabilitas Moneter RI Bukan Usaha Semalam
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan, tantangan dan dinamika ekonomi global telah mempengaruhi stabilitas sistem keuangan dalam negeri. Namun demikian, sistem keuangan Indonesia diyakini tetap stabil, didukung oleh tangguhnya industri perbankan.
(Baca Juga: Sri Mulyani Waspadai Gejolak Situasi Eropa
Per Desember 2016, Capital Adequacy Ratio (CAR) tercatat sebesar 22,69% dan rasio likuiditas pada 20,93%. Sementara itu, kredit bermasalah (NPL) tercatat sebesar 2,93% (gross) atau 1,15% (net).
"Prestasi stabilitas moneter dan sistem keuangan di Indonesia bukan merupakan usaha semalam. Sebaliknya, itu adalah proses membangun terintegrasi, konsisten dan kebijakan yang kredibel atas media untuk cakrawala jangka panjang," ujar Gubernur BI Agus DW Martowardojo di Jakarta, Rabu (22/2/2017).
(Baca Juga: Ekonomi Indonesia Bisa Manfaatkan Pertumbuhan AS dan China
Lebih lanjut dia menyampaikan, diyakini bahwa stabilitas makroekonomi termasuk stabilitas harga dan stabilitas keuangan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Inflasi tinggi, harga stabil dan sistem keuangan sering dikaitkan dengan risiko dan ketidakpastian yang pada gilirannya mengurangi efisiensi dan produktivitas.
Ketidakpastian, sambung Agus, juga melemahkan kepercayaan konsumen, membatasi kegiatan pengambilan risiko dan menghambat investasi karena investor cenderung berhati-hati. Kita semua tahu bahwa investasi dan produktivitas sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan jangka panjang.
"Dengan demikian, adalah penting untuk mencapai stabilitas harga, tetap menjaga stabilitas keuangan," pungkasnya.
(Baca Juga: Sri Mulyani Waspadai Gejolak Situasi Eropa
Per Desember 2016, Capital Adequacy Ratio (CAR) tercatat sebesar 22,69% dan rasio likuiditas pada 20,93%. Sementara itu, kredit bermasalah (NPL) tercatat sebesar 2,93% (gross) atau 1,15% (net).
"Prestasi stabilitas moneter dan sistem keuangan di Indonesia bukan merupakan usaha semalam. Sebaliknya, itu adalah proses membangun terintegrasi, konsisten dan kebijakan yang kredibel atas media untuk cakrawala jangka panjang," ujar Gubernur BI Agus DW Martowardojo di Jakarta, Rabu (22/2/2017).
(Baca Juga: Ekonomi Indonesia Bisa Manfaatkan Pertumbuhan AS dan China
Lebih lanjut dia menyampaikan, diyakini bahwa stabilitas makroekonomi termasuk stabilitas harga dan stabilitas keuangan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Inflasi tinggi, harga stabil dan sistem keuangan sering dikaitkan dengan risiko dan ketidakpastian yang pada gilirannya mengurangi efisiensi dan produktivitas.
Ketidakpastian, sambung Agus, juga melemahkan kepercayaan konsumen, membatasi kegiatan pengambilan risiko dan menghambat investasi karena investor cenderung berhati-hati. Kita semua tahu bahwa investasi dan produktivitas sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan jangka panjang.
"Dengan demikian, adalah penting untuk mencapai stabilitas harga, tetap menjaga stabilitas keuangan," pungkasnya.
(akr)