Pelemahan Rupiah Diprediksi Mulai Terbatas
A
A
A
JAKARTA - Laju rupiah pada perdagangan akhir bulan Februari hari ini diperkirakan masih dalam tren sideways. Pelemahan yang terjadi pun masih terbatas seiring respons sentimen yang ada.
"Namun demikian, tetap cermati berbagai sentimen yang dapat berpengaruh pada berubahnya harga dan yield obligasi," ujar Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Selasa (28/2/2017).
Diperkirakan rupiah akan bergerak dengan kisaran support di level Rp13.360/USD dan resisten Rp13.323/USD. Sementara menurutnya laju rupiah di awal pekan ini terpantau melemah, sama halnya dengan IHSG dimana pergerakannya berbalik melemah setelah merespon sentimen yang ada.
Dia menambahkan pelaku pasar masih khawatir terhadap upaya penyelasaian masalah utang di beberapa wilayah Zona Eropa. Termasuk masalah politik terkait pemilihan umum 2017 yang terjadi di Belanda pada Maret, Perancis pada April dan Mei serta Jerman pada Oktober.
Kondisi Yunani yang masih terbebani dengan utang bisa menjadi masalah lain karena bisa mempengaruhi penilaian pelaku pasar atas investasi di pasar surat utang berdenominasi valas. Di sisi lain meski masih bersifat tentatif, namun saat itu pelaku pasar kembali pegang USD jelang penantian pidato Presiden AS Doland Trump.
"Laju rupiah turut tertekan setelah Pemerintah melaluiKementerian Keuangan menyampaikan defisit anggaran hingga 20 Februari 2017 telah mencapai Rp22,2 triliun atau 0,16% dari PDB, atau sedikit lebih rendah dari periode sama tahun lalu," paparnya.
"Namun demikian, tetap cermati berbagai sentimen yang dapat berpengaruh pada berubahnya harga dan yield obligasi," ujar Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Selasa (28/2/2017).
Diperkirakan rupiah akan bergerak dengan kisaran support di level Rp13.360/USD dan resisten Rp13.323/USD. Sementara menurutnya laju rupiah di awal pekan ini terpantau melemah, sama halnya dengan IHSG dimana pergerakannya berbalik melemah setelah merespon sentimen yang ada.
Dia menambahkan pelaku pasar masih khawatir terhadap upaya penyelasaian masalah utang di beberapa wilayah Zona Eropa. Termasuk masalah politik terkait pemilihan umum 2017 yang terjadi di Belanda pada Maret, Perancis pada April dan Mei serta Jerman pada Oktober.
Kondisi Yunani yang masih terbebani dengan utang bisa menjadi masalah lain karena bisa mempengaruhi penilaian pelaku pasar atas investasi di pasar surat utang berdenominasi valas. Di sisi lain meski masih bersifat tentatif, namun saat itu pelaku pasar kembali pegang USD jelang penantian pidato Presiden AS Doland Trump.
"Laju rupiah turut tertekan setelah Pemerintah melaluiKementerian Keuangan menyampaikan defisit anggaran hingga 20 Februari 2017 telah mencapai Rp22,2 triliun atau 0,16% dari PDB, atau sedikit lebih rendah dari periode sama tahun lalu," paparnya.
(akr)