Pengaruh Kenaikan Tarif Listrik terhadap Inflasi Hanya Sesaat
A
A
A
YOGYAKARTA - Pada Februari, kenaikan tarif listrik menjadi penyumbang terbesar inflasi di DIY. Hanya saja, Bank Indonesia (BI) menyebutnya tidak akan berlangsung lama. Mereka menganggap kenaikan tarif listrik sebagai kejutan temporer, hanya sesaat setelah adanya perubahan tarif tersebut.
Kepala Perwakilan BI Yogyakarta Budi Hanoto mengatakan, pengaruh kenaikan tarif listrik terhadap inflasi tidak akan berlangsung lama. Karena selang beberapa waktu usai kenaikan, nanti kondisi akan kembali menyesuaikan.
Namun dia mengakui, kenaikan tarif listrik ini membuat ekspektasi masyarakat menjadi tinggi. "Kalau listrik naik, pasti yang dibayangkan masyarakat harga-harga jadi naik," tuturnya, Kamis (9/3/2017).
Karena itu, BI akan berusaha untuk meredam anggapan atau ekspektasi masyarakat tersebut agar tidak berkembang menjadi liar. Pihaknya akan mencoba melakukan komunikasi ke berbagai stakeholder untuk meredam isu kenaikan tarif listrik tersebut.
Langkah kedua yang perlu dilakukan adalah dengan menganjurkan masyarakat berperilaku hemat dalam menggunakan listrik. Penghematan ini perlu dilakukan untuk menjaga daya beli masyarakat. Karena, ketika ada kenaikan tarif listrik maka akan ada sisi atau barang lain yang harus dikorbankan.
"Karena listrik naik, otomatis alokasi anggaran untuk bayar listrik lebih besar. Biasanya ada pos atau sektor lain yang dikurangi porsinya," ujar dia.
Selain itu, pihaknya juga mewaspadai komponen inflasi yang terdampak, yaitu dampak rambatannya. BI mewaspadai kenaikan tarif listrik ini terhadap kenaikan ongkos produksi ataupun kenaikan tarif sewa kos-kosan. Tarif kos-kosan di DIY selama ini juga menjadi saah satu penyumbang inflasi.
Kepala Perwakilan BI Yogyakarta Budi Hanoto mengatakan, pengaruh kenaikan tarif listrik terhadap inflasi tidak akan berlangsung lama. Karena selang beberapa waktu usai kenaikan, nanti kondisi akan kembali menyesuaikan.
Namun dia mengakui, kenaikan tarif listrik ini membuat ekspektasi masyarakat menjadi tinggi. "Kalau listrik naik, pasti yang dibayangkan masyarakat harga-harga jadi naik," tuturnya, Kamis (9/3/2017).
Karena itu, BI akan berusaha untuk meredam anggapan atau ekspektasi masyarakat tersebut agar tidak berkembang menjadi liar. Pihaknya akan mencoba melakukan komunikasi ke berbagai stakeholder untuk meredam isu kenaikan tarif listrik tersebut.
Langkah kedua yang perlu dilakukan adalah dengan menganjurkan masyarakat berperilaku hemat dalam menggunakan listrik. Penghematan ini perlu dilakukan untuk menjaga daya beli masyarakat. Karena, ketika ada kenaikan tarif listrik maka akan ada sisi atau barang lain yang harus dikorbankan.
"Karena listrik naik, otomatis alokasi anggaran untuk bayar listrik lebih besar. Biasanya ada pos atau sektor lain yang dikurangi porsinya," ujar dia.
Selain itu, pihaknya juga mewaspadai komponen inflasi yang terdampak, yaitu dampak rambatannya. BI mewaspadai kenaikan tarif listrik ini terhadap kenaikan ongkos produksi ataupun kenaikan tarif sewa kos-kosan. Tarif kos-kosan di DIY selama ini juga menjadi saah satu penyumbang inflasi.
(izz)